Inilah titik akhir dari hidupnya. Inilah titik akhir penyiksaan dunia terhadapnya.
°°°°°°
Zanna Anantari.
Baginya,hidup hanyalah tentang kesedihan. Baginya, kebahagiaan hanya terjadi saat mata terpejam. Ia selalu berada dititik lemahnya,sama sekali tak pernah merasa hidupnya diselimuti bahagia. Hanya air mata yang bahkan enggan lagi menyapa,terlalu sering keluar dari mata.
Selama ini,hanya kegelapan yang Zanna rasakan. Memang, ia melihat terangnya Surya, juga indahnya sinar bulan. Tapi ia hanya melihatnya,tak pernah merasakan arti cahaya yang sesungguhnya. Karna bagi Zanna, hidupnya penuh kegelapan.
Berusaha bertahan selalu Zanna lakukan. Berusaha tetap hidup meski rasanya ingin sekali berhenti. Berusaha menahan walau sebenarnya diri selalu dipenuhi emosi. Berusaha tetap berdiri walau rasanya sangat letih.
Hidup seakan menyiksanya sepanjang hari, tak membiarkannya bernafas dengan tenang. Hidup juga tak pernah memberi Zanna kesempatan. Kesempatan untuk bahagia, kesempatan untuk menata hatinya , kesempatan untuk mengangkat beban yang masih dipikulnya.
Karna semakin hari, yang Zanna rasakan hanyalah beban yang semakin bertambah. Hati yang semakin pecah,dan pikiran yang lelah dan terus lelah.
"Aku cape! Aku cape!" Zanna berteriak. Namun hening,hanya hembusan angin yang terasa menyentuh rambutnya,mengibaskan dengan perlahan.
"Aku selalu sendiri. Kenapa?" Zanna terisak ,sudah tidak mampu membendung rasa sakitnya. "Aku iri,aku iri ngelihat semua orang bahagia!"
"Kenapa ?kenapa hidupku berantakan begini, Tuhan. Aku juga ingin,aku ingin tersenyum,aku ingin tertawa,aku ingin bahagia," lirih Zanna.
Zanna mengusap kasar air matanya,meski masih terus mengalir deras. Inilah titik akhir dari hidupnya. Inilah titik akhir penyiksaan dunia terhadapnya. Ia, akan pergi.
"Dunia,sudah cukup. Kau lihat kan? Aku sudah tersiksa,aku tak pernah merasa bahagia. Lalu , untuk apa kau tetap menahanku disini? Hanya untuk merasa terluka? Hanya untuk sengsara? Penyiksaan bagaimana lagi yang ingin kau lihat padaku,dunia." Hening. Keadaan masih sunyi. Tidak ada yang membuat Zanna ingin menyelamatkan nyawanya. Tidak ada.
"Aku lelah,aku cukup lelah dengan semuanya. Bisa tolong sebentar saja,hentikan waktu. Aku sangat ingin bernafas dengan tenang. Aku sangat ingin tersenyum barang sebentar. Sebentar saja ,biarkan waktu berhenti. Sebentar saja..." Zanna semakin terisak. Air matanya tak henti mengalir,membasahi wajah pucat gadis itu.
"Baiklah," Zanna mengehela nafasnya yang semakin berat,tanpa berniat mengusap air mata yang kini membuat pipinya basah sempurna. "Kalau begitu selamat tinggal dan terimakasih."
"Selamat tinggal dunia, mungkin ini yang kau mau, mungkin ini alasanmu selalu menyiksaku. Agar aku pergi,kan?" Lagi-lagi sunyi,Zanna tertawa miris. Menertawakan nasib dirinya. Menertawakan angin yang bahkan enggan menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fetch Happiness
Teen FictionZanna. Gadis yang hidupnya kacau tak karuan. Gadis yang melakukan selfharm setiap kali merasa sedih. Sayangnya,ia merasa sedih sepanjang hari. Javas menemukan Zanna diujung hidupnya. Ia juga yang meminta waktu untuk membuktikan bahwa Zanna 'layak' b...