2

148 50 24
                                    

Keesokan harinya, Hana terpaksa berlari  lapangan karena terlambat. Kalau dipikir pikir, bukan salahnya juga sih dia terlambat. Salahkan saja kakaknya yang malah memilih pergi duluan dan meninggalkan Hana yang tengah sibuk sarapan.

"Dasar si botak kampret" Hana terus mengumpat, menyalurkan kemarahannya kepada penjaga sekolah yang 'menciduk' aksi lompat pagar yang tadi Hana lakukan beberapa waktu lalu.

Sekarang sudah pukul setengah sembilan, dan artinya Hana sudah setengah jam mengelilingi lapangan sembari berlari kecil. "Pak, udah ya. Saya capek. Kalau saya sakit lagi, Mama bakal marah,Pak" tawar Hana sembari menunjukkan muka memelas.

"Iya,Pak. Kasihan, cantik cantik kok disuruh lari keliling lapangan. Nanti capek" Hana terkejut, dia menatap kearah belakang dan mendapatkan Devara yang tengah asik berdiri dan melipat kedua tangannya. Tak lupa pula, ada Micha yang entah bagaimana bisa ikut Devara.

"Yasudah, sana masuk ke kelas. Besok jangan terlambat lagi" ujar penjaga sekolah sembari berjalan mendekati pinggir lapangan untuk berteduh.

"Hana, ikut gue kuy? Ke kantin"

"Lah, tapi kan sekarang gue ada pelajaran ekonomi. Gue harus ke kelas"

"Santuy lah, entar gue bakal bilang kalau lo abis dari uks"

Hana terpaksa mengikuti langkah Devara dan Micha menuju kantin, tempat para anggota Golden Closet berkumpul. Sebenarnya hari ini akan diadakan ulangan ekonomi. Karena semalam Hana terlalu asik menonton film bersama kakaknya, akhirnya dia lupa untuk belajar dan membiarkan bukunya terbengkalai.

Dari kejauhan, Hana dapat melihat keenam pria yang tengah bersantai di sana. Bahkan Arkan yang dinilai pintar pun ikut bergabung dengan anggota gengnya.

"Eh, Hana? Micha? Tumben gak masuk kelas. Jamkos?" tanya salah satu pria yang sepertinya bernama Arjuna.

"Hana telat, Micha lupa bawa pr. Makanya gue ajak kesini" balas Devara yang langsung menyambar kripik kentang milik Arjuna. Pria itu menatap Devara dengan tatapan tidak suka, seolah Devara baru saja menjajah daerah kekuasaanya.

***

Siapa sangka, ternyata geng itu tak seperti yang Micha bayangkan. Mereka ramah dengan Hana dan dirinya. Supel, terkecuali pria bernama Faresta. Dia sedari tadi hanya duduk dan menatap sekeliling dengan sinis. Mendengar suaranya pun rasanya sangat mustahil, seolah keajaiban dunia yang perlu di masukkan dalam buku sejarah.

"Wah, perlukah gue kabur? Habis ini pelajaran matematika. Kepala gue kaya mau meledak kalo udah liat angka" keluh Tama sembari memegang kepalanya.

"Nakal boleh, goblok jangan" balas Arkan pedas. Boleh dikatakan bahwa Arkan adalah komputer diantara keenam temannya. Otaknya bekerja dengan paling cepat dan yang jelas dia adalah orang terpintar di sekolah. Tentu saja, Arkan selalu berada diranking satu paralel ketika ujian. Siapa sangka, dibalik kejeniusannya Arkan jarang sekali belajar. Katanya dia jarang menyentuh buku pelajaran, hampir tidak pernah.

Selain itu Arkan juga menyukai IT, dia paling suka meretas situs atau akun media sosial untuk mendapatkan informasi. Makanya Hana panik setelah mengetahui bahwa ponselnya dibawa oleh Arkan kala itu.

"Ribut mulu, gak liat gue lagi nge vlog" ujar Gavin dengan tatapan tidak suka. Yah mau bagaimana lagi, selain hobi jalan jalan dan makan enak, Gavin mengabadikan momen dengan vloging. Selain menambah penghasilan, vlog membuat Gavin semakin populer. Ditambah lagi visualnya yang tiada dua. Dapat dipastikan setiap hari akan ada kaum hawa yang berlomba lomba untuk menakhlukkan hati Gavin.

Your MarionetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang