You've gotta still put the ring on no matter what

913 72 0
                                    

"Yes, I do."

Itu adalah jawaban yang Seungyoun berikan ketika Seungwoo bertanya Would you marry me?

Pria itu lantas dengan bersemangat memasangkan cincin di jari manis kiri Seungyoun.

Dan ternyata terlalu longgar.

"Ck, kenapa bisa begini?!"

Sementara Seungwoo kebingungan, pasangannya hanya tersenyum miris. Tidak tampak terkejut dengan apa yang terjadi.

Ia tahu, ia memang tidak cocok dengan pria di hadapannya ini.

Bahkan jawaban kesediaannya atas lamaran Seungwoo hanyalah sebuah ucapan kosong.

Ia tidak benar benar bersedia menikah dengan pria itu.

Dengan jalinan kasih selama dua tahun lamanya, bukannya memperdalam rasa cinta, malah membuat Seungyoun merasakan kebosanan. Padahal Seungwoo selalu memberikan perhatian dan menyayanginya.

Tapi Seungyoun sudah tidak mencintainya.

Ia ingin meninggalkannya, tapi entah bagaimana ia tidak bisa.

Mungkin karena ia takut akan merasa bersalah jika meninggalkan pria sebaik dan sepenyayang Seungwoo?

Tapi apakah ia tidak lebih merasa bersalah jika terus bersama dengan kedustaan perasaan dan tanpa rasa cinta?

Entahlah.

Ia hanya... tidak bisa.

"Apa kau mengukur cincin ini dengan jarimu ketika membelinya?" Tanya Seungyoun.

"Iya. Tapi aku mana tahu kalau ternyata ukuranku lebih besar darimu?"

"Ya sudah, kau masih bisa menukarnya. Kau membelinya belum dua puluh empat jam kan?"

"Tidak mau. Ini adalah model titanium terbaik dan satu satunya. Bahkan aku sudah mengukirkan namamu di dalamnya. Mereka bilang edisi yang sama hanya bisa dirilis tahun depan dan aku tidak akan menunggu selama itu kan?"

"Astaga Han Seungwoo, memangnya kita akan menikah kapan sih? Besok?"

Tanpa menanggapi lebih jauh, Seungwoo segera menanggalkan cincin longgar itu dan memasangkannya ke jari telunjuk kiri Seungyoun.

Dan akhirnya pas.

Ia sudah bisa tersenyum lega sekarang.

Sedikit.

"Aku tidak peduli. Kau harus memakai cincin ini meski harus di telunjuk sekalipun."

"Ide bagus. Kenapa bukan dari tadi? Pakai cincin tunangan tidak harus di jari manis kan?"

"Tentu harus. Jari manis memiliki pembuluh darah yang menuju langsung ke jantung."

Wow, jujur saja Seungyoun berpikir bahwa itu sangatlah manis, juga fakta bahwa Seungwoo mencaritahu sampai sejauh itu. Ia ingin mengapresiasi usaha kekasihnya, maksudnya, sekarang telah menjadi tunangannya.

"Bagaimana? Kau suka?" Tanya Seungwoo penuh ekspektasi.

"Ini bagus."

Itu bukanlah jawaban yang memuaskan.

Seungwoo hanya ingin tahu jika Seungyoun menyukai pilihannya.

Tapi tidak masalah. Mungkin ia baru saja melamar di saat yang tidak tepat? Mungkin ia baru saja melamar di saat Seungyoun tidak berada dalam mood bagusnya?

Ia menarik Seungyoun ke dalam sebuah dekapan hangat. Mencium keningnya.

"Aku mencintaimu."

Tanpa menjawab, Seungyoun melepaskan sentuhan.

"Aku harus pergi, Seungwoo. Sampai jumpa nanti."

Seungwoo menghela napas lelah ketika memperhatikan punggung Seungyoun yang menjauh. Punggung kokoh yang entah bagaimana menebarkan rasa dingin padanya. Mungkin ia membenci perpisahan dengan kekasihnya.

Dan, selalu begini.

Cho Seungyoun yang tidak pernah lagi membalas kata kata cintanya. Sudah sejak lama.

Seungwoo terlalu naif jika ia tidak menyadari sikap sang kekasih padanya akhir akhir ini.

Karena ia tahu.

Bahwa Cho Seungyoun sudah tidak mencintainya.

.

.

.

.

Ini cuma dikit kok, aku perkirakan enam chapter juga tamat

Hangyul nya lom muncul ya wkwk entar ya

Drive Me Up the Wall 💍 Seungyul [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang