I found him committing treason to me

532 61 0
                                    

Malam minggu.

Apa yang terbesit pertama kali dalam benakmu ketika mendengar frasa empat silabel itu?
Menghabiskan waktu dengan kekasihmu?

Itu adalah apa yang Seungwoo selalu minta dari Seungyoun.

Tapi pria Cho itu selalu menanggapi dengan kalimat yang sama.

"What are we? Teenager?"

Ia pikir ia cukup sadar umur dengan usianya yang sudah menginjak dua puluh delapan, dan Seungwoo bahkan sudah kepala tiga.

Mungkin ia tidak tahu saja jika keberlakuan SatNite lovey dovey adalah pada segala usia?

Tapi ia adalah entitas millenial. He knows what is 'happening' these days.
He does.

Ia hanya... kau tahu lah penyebabnya.

Tapi malam minggu ini berbeda.

Karena entah bagaimana, entah mendapatkan bisikan dari mana, Seungyoun meminta Seungwoo untuk menemaninya pergi ke Adhesion Polis-department store terbesar di ibukota-untuk berbelanja. Ia cukup fashionable untuk ukuran pria seusianya, jadi ia akan menghabiskan lebih dari enam digit angka dalam mata uang won hanya sekadar berbelanja pakaian.

Kau salah jika berpikir ia sengaja mengajak Seungwoo sehingga ia bisa meminta tunangannya itu untuk membiayai tagihan belanjanya. Seungyoun adalah pribadi mandiri, dan ia bisa menghabiskan waktu seharian penuh untuk bersenang senang hanya dengan satu unlimited platinum black card yang ia miliki sebagai hadiah ulang tahun dari ayahnya, seorang diri.

Jadi ketika ia meminta Seungwoo untuk menemani, itu adalah permintaan pendampingan secara literal dan denotasi.

Dan di luar kata mandiri, alasan ia mengajak Seungwoo untuk menghabiskan akhir pekan bersamanya adalah mungkin karena ia sedang berada dalam mood yang baik kali ini?

Tapi di luar dugaan, Seungwoo menolak ajakan itu. Secara tidak langsung. Ia tidak benar benar menolak, hanya saja, ia tahu Seungyoun tidak pernah bisa ia ajak untuk berkencan di malam minggu. Jadi ia sudah mengatur rencana lain dan melakukan kesibukannya sendiri.

Salah siapa?

Jadi pada akhirnya, Seungyoun hanya mengangkat kedua bahu atas jawaban itu. Dan berakhir berkeliling di area pusat perbelanjaan itu sendirian hingga ia kelelahan.

Keluar dari gedung mall tersebut dengan menenteng banyak kantong kertas berisi pakaian dan perhiasan, ia berjalan menyusuri trotoar sebagai pedestrian. Karena percaya atau tidak, ia tidak membutuhkan kendaraan. Letak Adhesion Polis hanya berjarak beberapa blok saja dari rumahnya. Ia hanya tinggal berjalan kaki untuk bisa sampai di sana.

Di tengah perjalanan, ia melakukan transit di sebuah kafe yang ia lewati. Bermaksud mengistirahatkan kaki, dan relaksasi diri. Ia bisa melanjutkan perjalanan hingga habis dan sampai di rumahnya jika ia ingin. Tapi malam minggu kali ini ia benar benar ingin meninggalkan rumah seharian, semalaman.

Menempati tempat duduk di sebuah meja, ia meletakkan barang belanjaan di samping kursi yang ia duduki. Sejauh mata memandang, semua manusia berpasangan.

Termasuk satu pasangan yang salah satu dari keduanya seperti familier baginya.

"Seungwoo?"

Jarak yang membatasi ia dan pasangan itu hanya tiga meja. Tidak mungkin ia salah lihat, terutama ia tidak memiliki masalah apapun pada penglihatannya.

"Siapa pria yang bersamanya? Kenapa mereka terlihat sangat akrab?"

Terlalu mesra lebih tepatnya.

Bahkan sampai pada satu waktu, keduanya menautkan bibir. Saling mengisap wajah tanpa rasa malu.

Dengan sikap yang selama ini Seungwoo tunjukkan pada Seungyoun, dengan kasih sayang dan kehangatan yang selama ini Seungwoo tawarkan padanya, ia tidak pernah berpikir bahwa pria itu akan melakukan pengkhianatan dengan cara ini.

Seungyoun tidak mengerti. Ia baru saja meyakinkan diri, bahwa ia sudah tidak mencintai pria itu lagi. Tapi kenapa melihat apa yang terjadi, ia merasakan sakit di hati?

Apakah ia mendapatkan perasaan cintanya kembali?

Atau sekadar perasaan cemburu yang menguras hati?

Apapun itu, ia tidak memiliki gairah untuk menerkanya lagi.

Sudah terlalu lelah dengan apa yang ia lakukan seharian ini.

Hingga tanpa terasa, sesuatu yang basah meleleh di permukaan pipi.

"Sial, kenapa aku menangis? Sepertinya tempat ini sangat kotor hingga debu memasuki mataku?"

Ia menyeka buliran basah itu. Memperhatikan sebuah cincin titanium yang melingkar di jari telunjuk kirinya. Mengusapinya.

Han Seungwoo sudah bertunangan dengannya. Bisa bisanya...

Jadi ini adalah kesibukan yang kau maksud? Yang menjadi alasanmu menolak ajakanku untuk menghabiskan malam minggu bersamaku?

Bahkan meskipun Seungyoun sudah tidak mencintainya, Seungyoun tidak pernah berpikir untuk berkencan dengan pria lain di balik punggung sang tunangan. Ia berencana untuk tetap memaksakan pernikahan dan menyerahkan segala dalam dirinya pada pria itu seorang.

"Apa yang ingin anda pesan, tuan?"

Seorang pelayan wanita membuyarkan lamunan. Wanita berseragam khas kafe itu telah bersiap untuk mencatat pesanan.

"Minuman apapun yang paling kau rekomendasikan," jawab Seungyoun. Gairahnya telah menguap entah kemana. Ia tidak bisa memilih sesuatu dengan kecamuk pikiran yang sekarang.

Siapa tahu minuman terbaik bisa memperbaiki perasaanku?

Nyatanya, setelah pesanannya datang dan ia meminumnya, minuman itu terasa hambar di lidahnya.

Seungwoo bersama pria yang ia bawa melakukan interaksi semakin mesra sepanjang Seungyoun menenggak minumannya. Dan sepasang manusia itu sudah lenyap dari jangka pandang ketika Seungyoun telah menghabiskan air di gelas setengahnya.

Apa artinya lamaranmu hari itu?

Apa artinya bagimu pertunangan ini?

.

.

.

.

Hayo siapa itu yg ama Seungwoo?

Chap depan beneran muncul deh Hangyul nya hwhw

Drive Me Up the Wall 💍 Seungyul [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang