▪Prolog▪

886 36 0
                                    

William Nugraha, seorang lelaki tampan yang tinggal bersama adik perempuannya dirumah mewah milik orang tua mereka yang telah tiada. Belajar dan terus belajar, itulah prinsip yang wajib ia terapkan, mau itu untuknya, maupun adiknya. Dengan sikapnya yang selalu berubah-ubah sesuai mood yang ia dapatkan, sering kali membuat para kaum hawa yang ingin mendekatinya menjadi enggan untuk melanjutkan pendekatan dengannya. Kadang baik, lembut, perhatian, atau bisa juga menjadi kasar. Itulah William, seorang lelaki yang tak mudah untuk dimengerti.

"Assalamualaikum kak" salam seorang gadis cantik sembari memasuki rumahnya. Hanya menunggu beberapa detik, sudah terdengar suara jawaban dari salam yang ia berikan sebelum masuk kerumah

Naira Nurul Naswa, adik kesayangan dari seorang kakak lelaki yang bernama William. Berumur 14 tahun. dan sangat tidak suka dengan pelajaran mate-matika, Fisika, dan pelajaran lain yang menyangkut rumus perumusan. Hal yang paling ia sukai adalah, menulis cerita di Aplikasi. Sudah bisa ditebak, cita-citanya adalah seorang penulis novel. Naira bukan hanya sekedar bermimpi bahwa buku-bukunya akan diterbitkan, tapi Naira juga sangat ingin jika bukunya bisa sampai difilmkan.

"Waalaikum'salam" balas William yang berjalan untuk menghampiri adiknya. "Hari ini gimana ulangannya?" Tanya William kepada adik kesayangannya Naira.

Dengan raut wajah yang takut, Naira pun menunduk dalam lalu mengeluarkan selembar kertas ulangan yang berisikan soal-soal dan jawaban dari tas ransel miliknya. Terlihat jelas nilai yang terpampang diselembaran kertas tersebut.

"Nilainya 60" jawab Naira mengulurkan lembaran ulangan yang baru saja ia keluarkan dari tasnya.

Sudah William duga, pasti seperti biasa, nilainya selalu rendah. Itulah nilai yang sering didapatkan oleh adiknya semenjak almarhum Ayah dan Ibu mereka meninggal. jadi mau tidak mau dia harus bekerja keras untuk membuat adiknya belajar dengan tekun. setiap malam, tidak boleh ada yang tidur diantara mereka sebelum belajar.

"Seperti biasa, rendah. makanya pelajaran itu harus diprioritaskan supaya nilainya juga bagus. Kamu liat kakak sekarang? Pengusaha sukses. Jadi kakak gak mau ngeliat Naira nantinya susah" ketus William. "Malam ini, kamu gak boleh megang handphone dulu. Belajar yang giat, pokoknya kakak mau besok nilai kamu harus diatas 80" ucap Wiliam menatap adiknya tajam.

Sebenarnya William sangat tidak tega jika harus memarahi adiknya sendiri. Bukan karena terlalu memanjakannya, dia hanya tidak ingin membuat hati adiknya terluka.

Namun tanpa ia sadari, baru saja ia melukai hati adiknya dengan kata-katanya yang kasar. bukan karena amanah yang ia berikan kepada Naira untuk mendapatkan nilai yang bagus, tapi karena ucapannya yang ketus. Sehingga membuat Naira berpikir bahwa kakaknya tidak peduli akan dirinya.

"Iya kak, aku usahain. Sekarang aku bolehkan ke kamar? Mau istirahat dulu" Naira tersenyum paksa untuk menghilangkan rasa sakit hati karena ucapan sang kakak. Namun ia tau, semua perkataan William itu benar. Semuanya untuk masa depan dan kesuksesannya sendiri. Jadi Naira masih bisa memaklumi kenapa kakaknya harus memarahinya.

"Belajar. handphone kamu kakak sita, besok kalau kamu udah bisa ngelewatin tantangan yang kakak kasih, handphone kamu kakak kembaliin" William membalas senyuman adiknya sembari berjalan menuju ruang keluarga.

"Huft, handphone kesayanganku" gumam Naira menatap punggung belakang kakaknya yang tak lama hilang dari pandangannya. "Hidup tanpa handphone itu susah kak" Naira kembali bergumam.

"Belajar yang giat"
Semua ucapan kakaknya masih terngiang ditelinganya. Kata-katnya betul-betul tercetak diotaknya.

"Mungkin saatnya aku harus belajar, sebelum semua ucapan kakak menghantuiku"

Sadar karena dia seorang diri diruang keluarga, Naira pun bergegas ke kamarnya lalu mengambil buku pelajaran yang akan diberikan kepada pengawas peserta ulangannya besok.

"Fisika" Naira menatap datar kearah buku yang sedang dipegangnya. Tentu saja jika sudah menyangkut pelajaran rumus-rumusan seperti ini, akan membuat kepala Naira pusing 7 keliling. "Oh iya, kan bisa minta diajarin sama kakak" Naira tersenyum sembari berlari keluar kamar untuk menemui kakaknya

Naira pun sampai dikamar William dan segera memintanya untuk diajari.

"Kak aku masuk yah"

"Masuk aja dek, gak kakak kunci kok" William menjawab pertanyaan adiknya untuk mempersilahkannya masuk

"Kak, ajarin aku Fisika dong, terutama rumus-rumusnya. Masalnya aku gak bisa kalau hitung menghitung. Pliese yah kak? Ajarin aku" mohon Naira yang lalu duduk disamping sang kakak

"Yaudah sini kakak ajarin" Wiliam menganggukkan kepalanya sembari mengulas senyuman untuk adik kesayangannya

My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang