"Bagaimana kak, udah?" tanya Naira masih nyengir
"Ngapain kamu cengar cengir gitu? Gak kasihan apa sama kakak? Kakak kan lagi sakit perut. Kamu bilangin kek kalau kakak gak perlu kerja hari ini, besok aja. Atau gimana gituh" keluh William ingin dimanjakan oleh sang adik
"Jadi kakak pengen dimanjain nih? Eaaa, nanti kakak mala laper lagi. Wkwk" Naira bergurau garing. William yang mendengar lawakan Naira hanya terkekeh sembari menggaruk-garuk lehernya yang tak gatal
"Apaan sih. Yang bener itu baper dedekku sayang bukan laper" William mencoba memperbaiki perkataan Naira yang salah. Naira hanya tertegun malu saat William memanggilnya dengan sebutan 'dedek'
Astaga naga, Dedek? Sejak kapan William berani bilang seperti itu ke Naira. Lagian sebutan itu kayaknya terlalu ... alay? Ayolah itu seperti sebutan untuk anak bayi. Tau kan? Yang biasanya para kakak bilang gini 'ulululu, dedek bayi mau mamam yah? Sini kakak cuapin' yah kira-kira seperti itulah
"Hehehe, yaudah deh kakak pulang aja istirahat. Nanti aku naik ojek ke sekolahnya. Ingat, istirahat yang cukup jangan main handphone mulu" Naira mengulas senyuman untuk William.
"Tidak boleh. Nanti kalau om-om tukang ojek itu nyulik adek aku gimana? Kakak sama siapa!" William berbicara layaknya pecinta sinetron.
"Ih kakak kok alay banget sih!" Naira mulai tertawa atas tingkah konyol William.
'Aku hanya berpura-pura bertingkah tolol, tapi sepertinya dia menganggapku tolol sungguhan!' Batin William tepat pada sasaran. 'Tapi tak apa jika aku dianggap tolol sungguhan olehnya. Naira sangat manis jika tersenyum, apa lagi tertawa. Ya Allah, bisa-bisa aku jadi diabetes nih" William menjadi luluh dengan senyuman adiknya. Seumpama dia sedang dihipnotis dengan adiknya sendiri.
"Kakak sudah lama ingin melihat senyuman ini lagi" William memeluk tubuh Naira. Kehangatan yang ia rasakan, dan rasa yang amat bahagia.
"KAK! AKU UDAH TELAT!" Naira berteriak histeris karena jamnya yang sudah menunjukkan pukul 8.05, dengan cepat William langsung menarik tangan Naira untuk menuju sekolah
Telat. Gerbang sekolah sudah tertutup, dan ulangan pertama pasti sudah dimulai. Bagaimana sekarang?! Apa dia harus bolos? Untuk sehari saja, tak ada salahnya bukan? Em, tapi Naira sangat ragu untuk melakukannya. Apa dia harus memanjati pagar ini? Tidak mungkin. Dia sedang menggunakan rok pendek berwarna biru tua. Lagian William masih berada di dalam mobil, jika ia melihat adiknya bolos, entah apa yang akan William lakukan padanya
Tiba-tiba suara klakson mobil berbunyi. Refleks Naira langsung berbalik dan mendapati mobil kepala sekolah yang sering ia gunakan. Merasa panik, akhirnya Naira tak bisa melakukan apa-apa. Diam seperti patung.
"Naira, kamu ngapain disini? Kamu gak ikut ulangan?" tanya kepala sekolah. Naira hanya menggeleng dan menjawab pertanyaan kepala sekolah yang masih tetap setia berada di dalam kendaraannya
"Anu pak, itu... saya" Naira mencoba mencari alasan, tapi tak dapat. Apa yang akan dia jawab sekarang?. Naira nampak celingak celinguk bingung memikirkan sesuatu. Yang pastinya ia ingin mencari alasan untuk menjawab pertanyaan kepala sekolahnya
"Anu apaan?" Kepala sekolah mencoba mengintrogasi anak muridnya. Dan tak lama, ada seorang lelaki yang sepertinya ia kenal.
"Permisi pak, saya..." ucapan William terpotong saat melihat orang yang ada di depannya. Sadar bahwa dia sangat mengenal orang yang ada dihadapannya, William pun mengernyitkan alisnya mencoba untuk mengingat-ingat
"Kamu ... William kan?" Tanya pak kepala sekolah antusias langsung tersenyum. William juga ikut tersenyum saat mengetahui bahwa orang yang ada di depannya ini adalah teman masa SMPnya.
Steven Halberd. Seorang kepala sekolah muda yang masih berumur 20 tahun. Tampan, cerdas, dan bijak dalam memilih keputusan. Banyak siswi yang sangat mendambakannya dan ingin memilikinya. Dengan umur yang sangat muda untuk menjadi kepala sekolah, membuatnya menjadi semakin keren jika dipandang.
"Steven! Yah aku ingat, kita dulu pernah bertemankan waktu SMP?" William terkejut karena sekian lama mereka tak pernah bertemu lagi. Entah kenapa, hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan baginya. Mulai dari sikap konyolnya yang membuat Naira tertawa, dan sekarang ia bertemu dengan teman lamanya. Sebentar kejutan apa lagi yang akan dia dapat?
"Kalian saling kenal?" Naira kelihatan sangat bingung saat kedua lelaki yang ia kagumi saling bercakap ria. Refleks kedua orang yang ditanyainya langsung menganggukkan kepala
"Steven itu teman SMP kakak, dia orangnya baik banget loh, ganteng pula, jadi banyak cewek yang naksir ama dia. Tapi dari sekian banyaknya orang yang naksir dia, Steven hanya cinta sama satu cewek, namanya itu -----"
Saat William ingin melanjutkan obrolannya, tiba-tiba Steven menghentikannya. Alasannya, Steven tidak mau kalau Naira tak ikut ulangan hari ini. Dengan cepat Steven pun menyuruh Naira untuk masuk ke kelasnya, masalah Naira akan dimarahi oleh guru yang mengajar di dalam kelasnya atau tidak, sudah ditangani oleh Steven. Sungguh kepala sekolah idaman.
"Makasih pak, aku ke kelas dulu kalau gitu" Naira pun pamit dan hanya menyisakan William bersama Steven disana.
"Liam, mau gak ke cafe?, ngobrol-ngobrol aja. Kan udah lama tuh kita gak ngobrol bareng" Steven mulai membuka pembicaraan dengan William. William hanya mengangguk dan mereka pun berangkat menggunakan mobil masing-masing
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Novela JuvenilSeorang kakak yang jatuh cinta kepada adiknya sendiri? Mungkin hal ini akan terdengar aneh ditelinga orang, namun untuk apa mendengarkan pendapat orang lain yang tak suka? Aku hidup bukan untuk membuat orang lain bahagia. "Kakak gak mungkinlah ning...