"Tanya aja tuh didalam sama si bangs--" cibir Naira kesal tapi omongannya terpotong
"Sshitt Naira kamu gak boleh ngomong kasar" Steven meletakkan jari tekunjuknya dibibir mungil Naira. Naira nyaris tak berkedip akibat terkejut. Ia pun sadar lalu mengedipkan matanya dua kali secara beriringan. "Yaudah bapak nanyain dulu yah. Sekalian mau bebasin kamu dari hukuman ini" bisik Steven sembari menghembuskan angin dari hidungnya sehingga membuat Naira terasa geli
"Yey! Makasih pak" ucap Naira girang
Steven pun masuk ke dalam kelas dan melihat semua penghuni kelas (tidak termasuk Naira) sedang mengerjakan ulangan fisika dengan wajah yang sepertinya sangat pusing
"Eh pak Steven. Mau ngapain pak?" Tanya bu Rika pengawas dikelas 9-4 dengan ramah. Steven mengulas senyuman sehingga membuat para siswi dikelas jadi ngegibahin kepala sekolahnya sendiri. Terutama si Afifa, cewek tercantik dikelas mereka. Tapi tentu saja bagi Steven, Naira adalah orang yang paling cantik diseluruh dunia
"Itu bu, tadi saya lihat ada Naira di luar, ada apa yah bu? Apa dia kena hukuman?" Steven bertanya balik. Bu Rika mengambil napas panjang lalu menceritakan kejadian tadi.
"Jadi begini pak, kata Afifa, si Naira nyontek. Makanya saya hukum dia diluar" jelas bu Rika. Steven menatap Afifa lama membuat cewek yang dipandangnya menjadi salting.
"Kenapa kamu nuduh Naira nyontek? Kamu ada bukti?" Tanya Steven mencoba mencari bukti dari sang penuduh. Jika tadi Steven tersenyum ramah, maka sekarang berubah menjadi senyum sinis. Siapa yang terima jika orang yang kita cintai dituduh seperti ini?.
"GAK ADA PASTI BUKTINYA PAK. ORANG SAYA GAK NYONTEK KOK" teriak Naira dari luar ruangan. Semua pandangan tertuju pada Naira. "Upss" Naira menutup mulutnya mencoba untuk diam
"Em. Saya memang gak ada buktinya pak tapi--"
"MAKANYA JANGAN ASAL NUDUH!" Bentak Steven. Tak ada suara, hening. Bahkan suara deruh nafaspun tak terdengar.
"Tapi pak--"
"DIAM KAMU!" lagi dan lagi. Perkataan Afifa selalu dipotong oleh Steven. "Naira, sekarang kamu boleh masuk. Kerjain ulangan kamu secepat mungkin sebelum bel berbunyi" suruh Steven. Naira pun patuh lalu masuk ke dalam kelasnya dan melanjutkan ulangan fisikanya.
"Makasih pak!" Seru Naira gambira. Steven sekarang ikut tersenyum memandang wajah Naira. Sungguh cantik paras wanita ini. Matanya yang teduh, mengingatkannya pada sang bunda.
"Iya. Baiklah saya akan kembali keruangan saya" ucap Steven lalu keluar dari kelas 9-4.
Saat Naira mengerjakan ulangan fisikanya. Tiba-tiba ada benda yang terlempar disamping kepalanya. Naira pun mencari tau benda apa yang sudah menimpanya. Dilihatnya kertas yang sekarang berada disamping kursinya akibat terjatuh. Dengan cepat Naira langsung membuka selembar kertas itu.
Eh kampret! Sikap elo tadi udah ngebuat gue jadi malu didepan temen-temen. Dasar buriq! Awas aja yah lo, gue habisin lo entar. Nanti temuin gue dirooftop saat bel istirahat bunyi.
-AfifaNaira mengarahkan pandangannya kearah Afifa yang sedang menatapnya sinis. Naira pun tersenyum dan menaikkan salah satu sudut di bibirnya. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Mungkin gue yang bakalan ngehabisin lo entar" gumam Naira disertai dengan seringaian kejamnya. Tapi bagaimana pun Naira bukan orang yang jahat, dia hanya bertingkah iseng saja walau akan membuat orang yang ia jadikan korban akan terjerumus kemasalah yang besar. Naira pun kembali mengerjakan ulangannya tak peduli dengan isi ancaman disurat tersebut. Karena yang pasti, bukan dia yang akan mendapat masalah
Beberapa menit setelah Naira selesai mengerjakan ulangannya, bel sekolah pun berbunyi yang menandakan sudah waktunya istirahat. Dengan cepat Naira langsung mengumpul ulangannya dan berlari cepat keluar kelas. Ia sampai ke tempat tujuan sambil memegang kertas yang tadi Afifa beri. Terpampang jelas nama ruangan yang bertuliskan 'Ruang Kepala Sekolah'. Naira tersenyum dan langsung mengetok pintu ruangan tersebut. Selang beberapa detik, jawaban pun ia dapatkan
"Masuk" perintah pak Steven menghadap lurus lalu mendapati Naira yang sedang tersenyum lebar. Steven ikut tersenyum. Bidadari syurga datang dan memberinya senyuman, tentu saja Steven sangat senang
"Ada apa Ra?" Tanya Steven
"Gini pak, tadi temen sekelas Naira nyuruh Naira buat ngasih ini ke bapak" Naira memberikan lembaran kertas yang tadi Afifa lempar kekepala Naira. Steven mulai membacanya, dan disaat itu juga, dia langsung bergegas menuju rooftop dengan wajah marah
"ANJENK LAMA AMAT SIH TUH ORANG!" Teriak Afifa kesal. Untung saja dirooftop sangat sepi dan tak ada yang mau mendatangi karena harus menaiki anak tangga yang berjumlah puluhan
Suara pintu rooftop pun terbuka.
"LAMA BAN---" lagi, lagi, dan lagi. Kenapa kata-kata Afifa selalu terpotong?. Yah tentu saja ia terdiam, orang yang ada dihadapannya bukan orang yang ia harapkan.
"Sudah menunggu lama?" Tanya Steven dengan wajah datarnya
"Eh? Ng-ngapain bapak ada disini?" Afifa berbalik tanya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia mendapat firasat buruk. Apa dia akan mendapatkan masalah? Tentu saja. Dan masalah itu sudah ada depan mata, dia adalah, pak Steven.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Novela JuvenilSeorang kakak yang jatuh cinta kepada adiknya sendiri? Mungkin hal ini akan terdengar aneh ditelinga orang, namun untuk apa mendengarkan pendapat orang lain yang tak suka? Aku hidup bukan untuk membuat orang lain bahagia. "Kakak gak mungkinlah ning...