"Bukannya kamu ngundang saya? Sekarang saya hadir. Kamu kan mau ngehabisin saya, iya kan? Sekarang apa yang mau kamu lakuin?" Tanya Steven
"Hah? Saya gak ngundang bapak" Afifa bengong
"Oh begitu? Lalu bagaimana dengan surat ini?" Steven mengulurkan kertas yang tadi Afifa beri pada Naira. Afifa pun mengambil kertas yang Steven beri. Afifa terkejut, bahkan sangat amat terkejut.
Bukannya ini surat yang Afifa berikan untuk Naira? Bagaimana bisa surat ini bisa sampai ketangan kepala sekolah? Masalah besar! Semua ini pasti ulah si Naira.
"Pak, bapak jangan salah paham dulu. Saya akan jelasin semuanya sekarang" bujuk Afifa tak mau terkena masalah besar. Walau sudah pasti hal itu akan menimpanya.
"Mau menyangkal apa lagi kamu? Sudah jelas kamu sudah membuat onar pada saya" Steven tetap datar
Sekarang alasan apa yang akan Afifa buat? Semua ini salah Naira, walau Afifa lah yang sudah memulainya duluan. Jadi Naira tak sepenuhnya bersalah.
"Senjata makan tuan? Kacian deh lo" Naira tersenyum sinis menatap Afifa yang sudah terdiam geram menatapnya kesal
Merasa tak tahan dengan ucapan Naira, dengan cepat Afifa langsung menghampiri Naira dan mencoba untuk menamparnya. Dengan sigap Steven langsung menahan tangan Afifa yang sudah hampir mengenai pipi Naira.
"Kenapa kamu pengen nampar Naira? Kan emang bener kata dia. Senjata makan tuan" Naira tersenyum penuh kemenangan mendengar belaan dari Steven
"Hahaha, tuh kan bener. Gue mah gak salah apa-apa" ucap Naira sembari turun dari rooftop. Masih ada rasa kesal dalam diri Afifa. Cepat atau lambat, akan ia balaskan dendamnya. Secepatnya.
"Kamu sekarang ikut sama saya" Steven menarik tangan Afifa lalu membawanya menuju ruangannya. Dan Steven dengan senang hati memberinya surat peringatan untuk diberi tau kan kepada orang tua Afifa, bahwa tingkah laku anak mereka yang sangat membuat onar disekolah.
"Pak saya harus jelasin dulu. Saya mohon jangan keluarin saya yah pak? Saya mohon banget pak" pinta Afifa berkali-kali
"Berikan ini pada orang tua mu" Steven memberikan surat peringatan untuk Afifa
"Tapi pak! Sebenarnya pesan itu buat Naira, bukan buat bapak! Eh. Upssssss! Salah" Afifa membelalakkan matanya akibat keceplosan kata-katanya sendiri. Dua masalah sekarang yang harus ia hadapi. Mampuslah hidup Afifa
"Oh begitu yah? Baiklah, saya akan menelpon kedua orang tua mu agar segera kemari" Steven sembari mengambil gengam telepon yang berada di atas mejanya.
Dengan mata yang membelalak Afifa langsung memohon maaf dengan nada memelas "ehhhh, jangan pak saya mohon. Maaafin yah pak Steven yang ganteng ter-umuachh deh sumpah. Jangan telepon orang tua saya yah, pliese" ucap Afifa yang mencoba untuk meminta
"Haha, bagaimana pun kau memohon tapi saya tak akan mengubah keputusan saya. Duduk diam, dan biarkan orang tuamu datang" Steven tertawa datar mendengar pujian dari muridnya yang memang itu adalah nyata
"Ayolah pak, bagaimana kalau aku melakukan hal yang menyenangkan untukmu" Afifa berkata dengan suara yang sepertinya sedang menggoda Steven. Afifa lalu berdiri dari duduknya lalu menghampiri Steven mencoba untuk memegang pundaknya. Dengan sigap Steven langsung mendorong kursinya kebelakang yang mengakibatkan Afifa terpental dilantai
"Aww, sakit tau pak" ringis Afifa yang hanya dibalas senyuman sinis oleh Steven
"Saya tak akan pernah membiarkan cewek murahan sepertimu menyentuhku" Steven berjalan ke arah pintu berniat untuk pergi langsung ke rumah Afifa dan memberi tahu orang tuanya agar mereka tau kelakukan anaknya yang selalu membuat onar
"Tunggu pak!" Teriak Afifa sembari berlari menghadap Steven yang kini membalikkan tubuhnya untuk mencari tau kenapa Afifa memanggilnya dengan teriakan
"Hm? Ada apa lagi?" Steven bertanya dengan suaranya yang sangat datar. Sepertinya Afifa akan melakukan hal yang tidak-tidak kepada Steven. Sambil terus tersenyum Afifa bergerak maju dan terus maju. Dan akhirnya?
Mohon maaf yah author lama banget updatenya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother
Novela JuvenilSeorang kakak yang jatuh cinta kepada adiknya sendiri? Mungkin hal ini akan terdengar aneh ditelinga orang, namun untuk apa mendengarkan pendapat orang lain yang tak suka? Aku hidup bukan untuk membuat orang lain bahagia. "Kakak gak mungkinlah ning...