▪Salting▪

548 27 0
                                    

"Mengerti?" Tanya William kepada Naira untuk mempertanyakan bahwa Naira sudah mengerti atas penjelasannya atau belum.

Sangat kelihatan dari gerak gerik Naira, William sama sekali sudah  menduga kalau adiknya ini pasti belum mengerti. Melihat dari pandangan matanya menghadap William, dia terlihat sangat kebingungan.

"Su-sudah kak" Naira menatap kakaknya sambil memasang senyuman kecil. Sangat jelas terlihat pasti William tidak percaya atas jawaban dari Naira. Yah, Naira sadar kalau dirinya memang tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa merepotkan kakaknya saja.

"Benar?" Tanya William lagi untuk memastikan.

"Bener kak." Naira tersenyum getir meyakinkan. Tentu saja jika Naira bilang seperti itu, kakaknya tidak akan percaya.

"Yaudah, kamu tidur aja. Udah malam banget, kakak gak mau kamu sakit" William memberi senyum manis kepada adiknya dan mengusap puncak kepala Naira

"Iya kak. Kakak juga yah? Tidur." Naira membalas senyuman Wiliiam dan hanya dibalas anggukan oleh William.

"Good nigth adek kesayanganku" William berkata lembut lalu mencium kening Naira.

Deg! Jantung Naira berdetak kencang karena sifat kakaknya yang tak seperti biasanya. Baiklah, bukannya Naira tak senang jika diberi perlakuan yang lembut, tapi dia sangat salting jika diperlalukan seperti ini.

"Sifat lembut kakak keluar, duhh gue jadi salting Ya Allah." Batin Naira sambil memasang wajah merah meronanya

"Go-good nigth kak" Naira gelagapan seperti orang yang sudah tak bisa berbicara lagi karena kehabisan perkataan.

"Kenapa Ra? Wajahnya kok merah gitu? Kamu sakit?" William bertanya-tanya pada adiknya. Tak ampil pikir panjang, dia langsung mengangkat adiknya menuju tempat peristirahatan ternyaman dirumahnya yaitu kamar.

"Kak! Aku bisa kok jalan sendiri" Naira memberontak meminta untuk diturunkan dari gendongan sang kakak

"Ih, kakak kasih hati kamunya mala minta jantung" William tidak menurunkan Naira. Dia tetap dengan posisinya yang menggendong sang adik.

"Kak, aku nyaman kalau sama kakak. Jangan tinggalin Naira yah kak? Nanti Naira sama siapa kalau kakak pergi" Naira mulai merasa nyaman berada didekapan William. Sesekali ia mencium aroma khas dari tubuh kakaknya. Sangat wangi, itulah aroma yang dimiliki oleh William. Nampak Naira sangat menyukainya, tapi karena mereka itu saudara. Bukan karena cinta.

"Kakak gak mungkinlah ninggalin kamu, Naira kan harta karun satu-satunya kakak. Kamu bahkan lebih berharga dibanding semua uang harta berlian yang kakak miliki"

"Kakak janji kan?" Naira mengacungkan kelingkingnya untuk membentuk perjanjian antara kakak dan adik itu

"Iya, kakak janji gak bakalan ninggalin kamu. Karena kakak sayang, suka, plus cinta sama Naira" William mambawa Adiknya kekasurnya dan segera beranjak keluar dari kamar Naira.

"Sayang?, suka? Plus cinta?" Gumam Naira namun tak didengar oleh William karena jarak mereka yang semakin jauh. Wajah Naira kembali merona, ada apa ini? Ia sangat paham kalau William itu hanya bilang seperti itu karena mereka itu bersaudara. Bukan karena ia memiliki rasa kepadanya. "Tidak-tidak! Dia itu kakakku! Kak William tidak mungkinkan ada perasaan sama aku? Duh"

Malam berganti jadi pagi, matahari mulai terbit dari arah timur, kenapa kata-kata William semalam masih terngiang ditelinganya? Sudahlah, William tidak mungkin suka dengan Naira. bukannya mereka saudara, Dan memiliki darah daging yang sama?

"Sudah pagi? Oh iya! Hari ini ada ulangan! Kalau nilaiku rendah lagi gimana?" Naira sangat bingung harus mengatakan apa kepada kakaknya jika nilainya rendah lagi. "Baiklah, aku akan belajar saat sampai disekolah"

My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang