Jangan lupa vote, klik tanda bintang ☆ di pojok kiri bawah 👌😘
____________________________________________¤¤¤ HAPPY READING ¤¤¤
"Apapun yang menjadi risaumu, ceritakan padaku. Sebab kita terbiasa berbagi sejak dini."
____________________________________________
“Siapa?”
“Hah?”
“Siapa gadis itu?”
“Alisa, kalau tidak salah.”
Jawaban Layv barusan membuat kening lawan bicaranya berlipat, curiga.
“Alisa siapa?”
“Anak emak bapaknya lah.” Balas Layv asal.
Pria itu kesal, sejak kembali ke ruangan ini setelah sebelumnya bercekcok dengan Alisa hingga menyuruh gadis itu membeli ice cream di kedai yang berada di depan Polda, sahabatnya ini terus saja merecokinya dengan berbagai macam pertanyaan.
“Kau tidak sedang menculik anak gadis orang, kan?”
Layv melayangkan delikan tajam atas tuduhan barusan. “Sembarangan!”
“Jadi, bisa kau jelaskan mengapa dia bisa bersamamu, bahkan sampai meneriaki kita, HO_MO?”
Layv berdecak malas, “Kau cerewet sekali, dude.”
Sahabatnya melotot, tidak terima mendengar balasan jawaban yang terdengar sepele itu.
“Bayangkan saja, jika orang sekantor mendengarnya, bisa hancur reputasiku.”
Layv tersenyum jahil. “Seorang SATYA SAKA MANDALA diduga mengalami kelainan seksual.”
Ya, seseorang yang Layv temui itu adalah Satya, sahabatnya yang berprofesi sebagai abdi negara, ia seorang polisi.
“Ditambah usiamu yang sudah cukup matang namun tak kunjung meminang seorang gadis. Bukankah itu bisa menjadi sebuah bukti telak?” Imbuh Layv disertai kekehan, tak peduli dengan wajah masam Satya.
Layv beranjak dari sofa, ada yang lebih menarik fokus pandangannya dibanding sekedar membahas kekonyolan Alisa. Ia mendekat lalu menyentuh sebuah benda.
Semua gerak-gerik Layv tak luput dari tatapan Satya. Pria itu menahan nafas dengan jantung yang berdebar cepat, manakala Layv meraih bingkai foto yang sengaja ia pasang untuk mempermanis ruangan. Tidak tahu harus mengucapkan apa, lidahnya terasa kelu. Sekedar membayangkan reaksi sahabatnya pun ia tak berani melakukannya.
Hening, Layv terdiam, sedang Satya tengah sibuk mencari kata yang tepat untuk menyampaikan sesuatu.
“Kau, masih menyimpannya?”
“Kau keberatan?”
Demi tuhan dalam hati Satya merutuki kebodohannya. Mengutuk mulutnya yang dengan enteng melemparkan pertanyaan itu. Ia melihat dengan jelas bagaimana mimik wajah Layv mendadak tegang, menatapnya dengan sorot terluka, lalu dengan pintarnya ia memanipulasi tatapan di detik berikutnya.
Layv mengusap bingkai itu pelan, seakan menikmati kebersamaan mereka belasan tahun silam. Tumbuh dan berkembang sejak masih kecil hingga mereka menginjak bangku SMA membuat ketiganya memiliki hubungan dekat bak saudara meski tak sedarah. Saling berbagi dalam berbagai macam hal, dari mainan, makanan, contekan ulangan harian, hingga perhatian dan kasih sayang orangtua dengan ikhlas mereka berikan kepada sahabatnya. Namun semua berubah, ketika menginjak akhir tahun masa abu-abu. Ternyata ada hal yang tak mampu lagi saling mereka bagi dalam persabahatan itu, sebut saja namanya hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHACKLES
RomansaAku adalah rasa yang membelenggu dari masa lalu yang memilukan.