"Pembunuhan dengan racun. Biasanya pelakunya wanita." Lana Denver menghela nafasnya.
"Biasanya. Wanita memang lebih suka cara halus. Arsenik. Tidak berbau, tidak berwarna." Mr. Perkin berkata sambil memainkan pulpen di sakunya. Ini berarti dia sedang berpikir keras.
"Dengan kekerasan. Menurut laporan forensik, ada bekas cekikan di leher. Apakah kira-kira perbuatan wanita, orang yang sama? Apakah setelah diracun lalu dicekik? Kenapa?" Mr. Perkin seakan bertanya kepada dirinya sendiri.
"Tapi Mr. Perkin, bukankah Finn Hanley cocok menjadi tersangka juga? Dia mantan kekasihnya, bisa saja memiliki semacam dendam."
"Betul. Mari kita mengunjunginya lagi. Ah, begini saja. Anda saja yang menemui Mr. Hanley, Ms. Denver. Saya akan ke Regaz Manor. Ini, saya titip pertanyaan untuk Mr. Hanley. Saya kirimkan melalui pesan singkat."
###
"Saya? Menghabisi Lucille? Untuk apa? Tidak ada untungnya bagi saya." Finn Hanley, pengacara muda itu, kali ini merasakan sendiri seolah sedang duduk di kursi terdakwa.
"Mengapa hubungan Anda dan Ms Lucille Ray putus?"
"Yah, ada rumor, kabarnya dia selingkuh. Dia tidak mengaku, kami bertengkar, lalu semua buyar."
"Ada rumor yang beredar juga; Anda pun selingkuh, Mr. Hanley."
"Ohh. Hanya sekali. Tidak masuk hitungan."
Apa? Dasar laki-laki aneh. Lana Denver bersyukur pikirannya ini tidak sampai terucap.
"Tidakkah hal itu juga menjadi sebab pertengkaran Anda?"
"Memang, tapi kami akhirnya pisah baik-baik. Tidak ada dendam."
"Baiklah. Satu hal lagi. Anda tentu tahu bunga kesukaan Miss Lucille Ray. Apakah itu bunga mawar merah muda?"
"Betul. Tapi...kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir
Mystère / Thriller"Petunjuknya ada di bunga itu," Mr. Perkin menunjuk ke arah coffee table. "Tolong amankan." 1 jam sebelumnya, Regaz Manor, rumah besar keluarga Austin digemparkan oleh peristiwa terbunuhnya salah seorang tamu. Malam itu, keluarga Austin mengadakan j...