2. Paket

50 4 0
                                    

Zeline menghempaskan tubuhnya keatas kasur. Hari yang melelahkan. Dia membuka ponselnya lalu kembali membuka instagram. Bagi Zeline, tidak ada hari tanpa instagram.

Dia melihat beranda, sangat membosankan. Zeline mengklik tombol notifikasi. Kembali teringat tentang postingan Viona beberapa saat yang lalu.

Zeline rindu Viona. Selama 2 bulan ini Zeline menyimpan banyak sekali cerita. Zeline tidak tau ingin bercerita pada siapa lagi selain Viona. Andai saja dia ada di samping Zeline sekarang.

"Vi, lo tau nggak sih, gue tuh nggak punya temen deket lagi di kelas. Gue kangen lo," tanpa dia sadari, dia mulai menitikkan air mata.

"Lo dimana, Vi? gue mau ketemu lo."

Zeline menangis. Miris sekali hidupnya. Tidak punya siapa-siapa. Rumahnya berdiri megah namun terlihat sunyi. Seperti tidak ada kehidupan disana. Papa dan Mamanya sibuk bekerja. Sangat jarang untuk sekedar berkumpul di meja makan.

Papa dan Mamanya terlalu mementingkan karir sehingga Zeline merasa seperti figuran saja dirumah ini. Asisten rumah tangga berjajar rapi, jika Zeline ingin ini itu akan dikabulkan saat itu juga.

Tapi bukan itu yang Zeline mau. Zeline hanya mau berkumpul bersama papa dan mama di meja makan untuk sekadar memakan sepotong sandwich kesukaannya.

Air mata Zeline tidak berhenti mengalir. Dia ingin melampiaskan semuanya sekarang.

Tok tok tok

"Buka aja, bi." Zeline segera menghapus air matanya menggunakan jari-jari lentiknya.

"Ini mama, Lova," Ryn mengejutkan Zeline.

"Mama kok bisa ada disini? biasanya kan jarang banget pulang jam segini. Mama juga jarang masuk ke kamar Lova. Ada apa?" tanya Zeline, dia jengkel.

"Lova, mama mau bicara sebentar, penting," Ryn berkata dengan raut wajah serius.

"Sepenting itu kah sampai mama sempet-sempetin pulang jam segini?" Zeline tersenyum miring.

"Mama nggak punya banyak waktu, Lova. Minggu depan kita akan pergi ke Belanda. Mama dan papa harus menyelesaikan tugas perusahaan kita. Dalam waktu 1 bulan kita akan menetap di Belanda," jelas Ryn.

Entahlah, rasanya campur aduk. Dia senang, karena pikirnya dia akan bertemu Viona disana. Tapi dia juga tidak mau meninggalkan rumahnya ini.

"Lalu, sekolah Lova gimana?" tanya Zeline.

"Mama sudah mengurus surat izin kamu selama 1 bulan. Persiapkan diri kamu mulai hari ini, Lova. Mama pergi dulu."

"Lova nggak bisa janji bakal ikut mama ke Belanda. Banyak hal yang harus Lova pertimbangkan." Zeline menghela napas pelan.

Ceklek

Ketika Ryn sudah menutup pintu, Zeline perlahan-lahan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Zeline bersembunyi dibalik selimut berbulunya.

"Gue pengen banget ketemu lo, Vi. Tapi ada yang ganjel aja gitu. Gue belum siap."

Zeline tidak ingin terlalu memusingkan hal ini. Dia memilih untuk tidur saja sekarang.

                                 ♥♥♥

Saatnya makan malam. Zeline menghempaskan selimutnya ke sembarang arah lalu turun dari kasurnya dengan wajah lesu. Dia mulai menuruni tangga lalu bertemu dengan bi Hanum.

"Selamat malam, Non," sapa bi Hanum.

"Malam," balas Zeline jutek. Dia tidak peduli, dia memang seperti itu. Hanya berbicara seperlunya saja kepada asisten rumah tangganya.

Zeline berjalan kearah meja makan lalu duduk. Dia mulai menyantap makanannya sambil menonton youtube di ponselnya. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya. Menonton youtube dimanapun dan kapanpun.

Setelah selesai, Zeline berjalan ke laci kecil di samping TV untuk mengambil kunci mobil.

"Non, mau kemana malam-malam kayak gini?" tanya bi Hanum heran.

"Mau jalan-jalan doang," jawab Zeline yang sebenarnya tidak tau harus kemana dia sekarang. Dia hanya ingin hiburan.

Bi Hanum menggangguk paham, "Hati-hati ya, Non."

Zeline hanya tersenyum kecil lalu berjalan kearah pintu. Ketika Zeline sudah berada diluar, dia melihat paket diatas meja dekat pintu. Juga secarik kertas disamping paket.

"Lagi. Kayak gini aja terus sampe lemari gue penuh hadiah-hadiah nggak jelas." omel Zeline.

Zeline muak sekali melihat paket-paket berhamburan dikamarnya. Hampir setiap hari Zeline menemukan paket misterius di depan rumahnya. Pengirimnya berbeda-beda.

"Ish, mau dibuang tapi sayang, mau disimpen tapi nyampah dikamar gue. Serba salah kan jadinya," Zeline manyun.

"BI HANUMMM," teriak Zeline kencang. Bi Hanum yang mendengar suara teriakan itu langsung berlari keluar.

"Iya, ada apa, Non?" tanya bi hanum dengan wajah bingung.

"Ada paket, bi. Tolong simpen di gudang aja ya. Terus kalo besok-besok ada paket lagi, simpen aja di tempat yang sama," jelas Zeline.

"Oh, oke siap, Non."

"Makasih, bi," ucap Zeline lalu berjalan menuju mobilnya.

Zeline mulai melajukannya mobilnya menuju gerbang, "Kira-kira mau kemana ya? Bingung."

Dia berpikir sejenak.

"Bioskop...?"

                                 ♥♥♥

Hi, semoga suka💃

*cuma iseng cuma iseng. pendek ya gpp😠*

see u di chapter 3🤸🏻‍♀

                               

ZELINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang