Di lantai terbawah gedung Institut yang tersembunyi di dalam tanah, terdapat sebuah ruangan dengan pintu kembar raksasa dengan ukiran rumit pada daunnya sebagai satu-satunya jalur keluar dan masuk. Di balik pintu tersebut, terdapat ruang dengan pencahayaan yang temaram. Ada sebuah ranjang berukuran besar dengan sprei putih gading sebagai alasnya, sebuah lemari berwarna senada di sudut ruangan dan sebuah meja kerja dengan kursi besar sebagai temannya.
Di atas kursi tersebut, seorang pria duduk sambil memangku seorang wanita yang sedari tadi hanya duduk diam di sisinya. Pria itu mengulurkan satu tangannya untuk menyelipkan helaian rambut sang wanita ke belakang telinganya.
"Bukankah kau yang mengatakan jika kita tidak akan melakukan pergerakan apapun untuk sementara waktu?" Suara husky dengan aksen yang agak unik menyapa pendengaran sang wanita.
Libra menatap wajah pria yang sedang memangkunya saat ini. Ekspresinya masih stoic seperti biasa. "Inginku begitu, tapi ada yang aneh dengan orang-orang di sirkus itu dan aku harus menemukan penyebabnya." Ia kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu pria tersebut.
Ophiucus namanya, sang bintang ketiga belas yang hampir tidak terendus keberadaannya. Leo bukanlah pemimpin mereka, dia hanyalah seorang wakil yang sering disalah kira sebagai pemimpin para zodiak. Ophiucus memang lebih suka menyendiri di dalam ruangannya. Bahkan, saat terjadi perkelahian tempo hari antara beberapa orang bintang dan juga anggota sirkus, dia sama sekali tidak peduli dan tetap berada di persembunyiannya.
Jika ada orang yang perkataannya akan selalu di dengar oleh Libra, Ophiucus lah orangnya. Libra, wanita perwujudan dari zodiak berlambang timbangan tersebut tidak begitu baik dalam mengikuti perintah yang diberikan, dia lebih suka bekerja sendiri dan para atasan mereka, tidak ada yang bisa berkutik ketika berhadapan dengannya. Bisa dikatakan, Libra adalah senjata yang memakan tuannya sendiri, pihak Institut sama sekali tidak menyangka jika Libra mampu mengembangkan kekuatannya dengan begitu pesat sehingga bisa menjadi bumerang bagi mereka sewaktu-waktu.
"Hei, Jiyeon-ah...," Libra kembali mengangkat kepalanya untuk menatap Ophiucus. Sudah sangat lama rasanya sejak dia mendengar nama aslinya disebut.
"Ya?"
Ophiucus mengeratkan pelukannya pada pinggang Libra sehingga jarak di antara keduanya semakin terkikis.
"Setelah semua ini selesai, menikahlah denganku..."
Libra lantas tersenyum. "Tentu saja. Setelah semua ini selesai," jawabnya sebelum mereka berdua tenggelam dalam pagutan mesra di tengah redupnya pencayahaan ruangan milik Ophiucus.
.
Ruangan tempatnya berada saat ini terasa begitu besar dan kosong, padahal ada banyak perabotan di dalamnya. Bahkan tendanya di sirkus juga sama besarnya. Tapi, Seungcheol tetap merasa asing. Dulu, dia memang sering masuk ke ruangan ini, berkunjung sebagai seorang bawahan. Kali ini, ketika dia harus duduk di kursi kebesaran milik pemimpin Markas Utama, dia merasakan ada beban besar yang diletakkan di punggungnya. Berat dan dia kesepian, tak ada yang bisa dia jadikan tempat berbagi untuk saat ini.
Seungcheol rasanya ingin kembali ke sirkusnya. Tapi, tidak mungkin dia meninggalkan Markas Utama tanpa pimpinan. Dia juga ingin sekali datang berkunjung, tapi entah kenapa dia selalu merasa was-was ketika ingin keluar dari ruangannya.
Seungcheol menatap sebuah pigura berukuran kecil yang terpajang di atas mejanya. Dia meraih pigura tersebut dan tersenyum tipis. Pigura itu berisikan foto dirinya bersama keduabelas rekannya yang lain... Tapi, kalau dipikir lagi, hubungan mereka lebih dari sekedar rekan atau teman seperjuangan. Dua kali dibangkitkan, bahkan di kehidupan mereka setelah bereinkarnasipun mereka masih bersama. Keluarga? Mereka juga lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.I.P : Le Cirque des Reves
FantasíaSeason kedua dari R.I.P : Without Up and Down Community. Inspired by: - Anime : Karneval - Novel : Night Circus by Erin Morgenstern - RP Group : Cirque des Reves in DeviantArt Kali ini Seungcheol dan yang lain lebih banyak berinteraksi dengan dunia...