Bagian 6

1.9K 205 55
                                    

Bagian 6

.

Mingyu tahu jika sampai kapanpun hubungannya dengan Wonwoo tidak akan di terima oleh sebagian besar orang. Jika memikirkan masa depan hubungan mereka, maka hanya akan ada kehancuran di setiap kata.

Bukan hanya kehancuran untuk diri mereka pribadi, tetapi juga orang-orang di sekitar mereka, terutama keluarga dan para sahabat.

Mereka bukan orang biasa, bahkan hingga mereka tidak lagi terlalu aktif diatas panggung. Di pundak mereka, tidak hanya ada nama besar keluarga, ratusan, atau mungkin jutaan nama anak-anak muda di seluruh dunia secara tidak langsung juga menjadi tanggung jawab mereka. Bertahun-tahun Mingyu berpikir; adakah jalan agar ia bisa menggapai semuanya tanpa harus kehilangan satupun? Ia sungguh tidak bisa memilih antara Wonwoo, keluarga dan juga mimpinya. Semua terasa begitu sulit dan menyesakkan.

Saat usia bertambah dan teman-teman sekolah sudah mulai membangun keluarga, Mingyu di hantui tentang masa depan miliknya yang tidak pasti serta ketakutan akan karir yang mungkin menurun. Terkadang kerinduan akan keluarga juga menjadi faktor Mingyu menjadi sangat resah dan ketakutan.

Lama menghindar untuk bertemu, ada masa dimana Mingyu rindu usapan lembut tangan sang Ibu di wajahnya, atau nasehat kecil sang Ayah tentang kehidupan yang terus menjadi pedomannya, bahkan rengekkan menyebalkan Minseo ketika mereka bertengkar karena kejahilannya. Semua itu begitu Mingyu rindukan hingga rasanya menjadi sesak. Dan bodohnya, ia selalu melampiaskan kekeselannya yang tidak bisa bertemu keluarganya kepada Wonwoo. Menolak bertemu, menghindar, kemudian menyesal dengan rasa rindu yang tidak kalah hebat.

Kekanakkan bukan?

Maka itu, Mingyu terus menghindar ketika topik masa depan mulai di singgung oleh orang-orang terdekat seperti para member. Ia begitu menikmati Wonwoo yang di rasa mengikuti alur pikirannya, dan menjalani hubungan mereka tanpa masa depan yang pasti.

Ketika Jisoo akan menikah, Mingyu merasa beban pikirannya semakin bertambah. Seungcheol yang patah hati, terus mencarinya sebagai teman berbagi untuk mendengar dan menghibur keluh kesahnya, tanpa peduli jika Mingyu juga memiliki tekanan yang sama besarnya.

Tapi, mana bisa ia menolak? Belum lagi pembicaraan dengan Seungcheol juga tidak selalu berakhir menyenangkan. Dia juga semakin sering menyinggung masa depan hubungannya dengan Wonwoo dan mengkaitkan hal itu dengan hubungan tidak berhasilnya bersama Jisoo.

Sejujurnya Mingyu merasa kesal ketika para member mulai lebih sering bicara tentang hubungannya dengan Wonwoo melebihi diri Wonwoo sendiri. Mereka ikut campur terlalu jauh, mendikte-nya seolah ia tidak peka dengan perasaan Wonwoo.

Mungkin benar jika Mingyu tidak sesensitif itu kepada Wonwoo. Ia terus berpikir semua baik-baik saja, karena itulah yang ia inginkan. Meski kenyataannya tidak, dan Wonwoo harus terus memendam ketakutannya seorang diri.

Malam ketika mereka berhubungan dengan perasaan hambar, dan Wonwoo langsung keluar kamar setelahnya untuk meminum kopi, Mingyu yang pengecut mengintip dari balik pintu kamar, untuk melihat seberapa rapuh kekasihnya dengan segala tekanan dan ketakutan yang ada. Ia tertampar oleh kenyataan, kenyataan yang mengatakan bahwa tidak ada yang baik-baik saja seperti apa yang diharapkannya.

Ia harus memilih. Mimpi, keluarga atau Wonwoo? Dan dari semua pilihan, Mingyu sadar jika Wonwoo lebih dari banyak pilihan yang ada. Karena; Keluarga, Mingyu masih berharap jika suatu hari mereka bisa memaafkannya. Mimpinya, Mingyu rasa dengan dirinya yang sudah berada di posisi sekarang, mimpinya sudah cukup. Ia sudah merasakan puncak dari kegilaan mimpinya sepanjang 15 tahun berkarir. Dan akhir dari semuanya adalah, ia ingin Wonwoo, untuk sekarang dan untuk selamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang