Prolog

1.6K 83 9
                                    

      Hidup di Kota Bangkok sungguh tidaklah mudah. Apalagi Bangkok merupakan Ibukota dari negara asal pemuda yang sedang duduk di tepi jalan menatap nasibnya yang harus berjuang di kota besar tersebut.

      Pria itu bernama Plan, Pria mungil dengan tubuh tinggi dibawah standar pria Thailand, kulit putih dan mata sipitnya benar-benar berbeda dibandingkan kebanyakan pria Thailand, mungkin dikarenakan Plan merupakan keturunan Chinese-Thailand wajah Plan sedikit oriental ke Asia Timur.

   

     

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     

     Plan menggigit bibir bawahnya tidak tahu apa yang harus ia lakukan ketika ia merantau dari Chiang Mai menuju Bangkok. Ia harus menghidupi dirinya sendiri setelah kedua orang tuanya meninggal dan untungnya saja ia sudah lulus SMA, meskipun ia tahu tidak mudah bekerja di kota besar seperti ini dengan ijazahnya yang masih SMA.

     Amplop berwarna coklat benar-benar ia genggam erat karena tidak ada lagi harta tersisa dari kedua orang tua Plan. Ia benar-benar hanya sendiri di tempat baru dan ia benar-benar tidak punya yang namanya "Rumah"

     "Apa yang kulakukan disini?" gumamnya. Ia mengacak rambut hitamnya kasar, baru saja empat jam dia berada di Bangkok tetapi sungguh ia merindukan Chiang Mai.

   "Benar-benar pria lemah aku ini.." gumamnya lagi. Lebih baik ia mencari tempat menginap untuk malam ini karena saat ini sudah menunjukan pukul 11 malam dan ia bisa memesan kamar di motel karena harga kamar motel sangat murah dibandingkan hotel biasa. 

    Plan pun mengangguk dengan pikirannya, ia pun terbangun dan menarik kopernya setelah mencari motel yang sangat murah di Kota Bangkok. Sebenarnya ia bisa saja menggunakan uang di amplop itu untuk menaiki taxi motor. Tetapi hidupnya tidak hanya hari ini, ia perlu menggunakannya untuk mencari pekerjaan di Bangkok.

   Ia pun berjalan menyusuri jalanan kecil yang awalnya tidak terlihat di Bangkok, sudut gelap dari ibukota negara tersebut. Plan melihat sekelilingnya, tatapan orang-orang sangat menusuk dirinya. Ia tidak mengerti, apakah memang orang kota selalu menatap seseorang sampai seperti ini?

   Plan mencoba tidak peduli, ia terus berjalan melewati orang-orang tersebut hingga ia sampai di Motel yang berada di Maps ponselnya. Mulut Plan sedikit terbuka, ia terkejut melihat motelnya tidak sesuai gambar, motel tersebut seperti hotel.

    "Tunggu? Aku tidak salah bukan? Ini benar-benar Motel TwoWish?" Plan memperhatikan sekitar mencoba mencari seseorang untuk bisa ia tanyakan, ia pun menemukan seorang wanita dan menanyakannya padanya. Wanita itu mengangguk benar bahwa ini Motel yang ia cari di ponselnya.

      Senyuman mengembang di bibir Plan, Ia tak menyangka ia akan seberuntung ini. Ia pun dengan sangat senang memasuki motel tersebut hingga ia berhenti di resepsionis motel tersebut.

      "Selamat Datang" ujar Resepsionis tersebut sopan.

      Plan kembali dibuat terkejut dengan kesopanan resepsionis tersebut. Hey dude! Ini murah, bayangkan kau dapat menginap hanya 300bath! Dan lihat? Bahkan interiornya lebih bagus dibandingkan hotel bintang 1-3. Dia benar-benar tidak salah bukan?

Untied Me | MeanPlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang