Five

775 83 12
                                    

    Dont Forget to Vote and Comment💙💚
Happy eReading💕
.
.
.

    Sudah seminggu Mean dan Plan tidak berbicara satu sama lain. Bahkan Plan setiap hari hanya ditemani oleh Boun, yang notabenenya  bodyguard yang dikirim Mean untuk dirinya. 

   Setelah kejadian di rumah orang tua Mean, Mean benar-benar marah padanya. Bahkan Plan yakin jika saja saat itu orang tua Mean tidak menelepon dan meminta video call. Plan sudah menjadi mayat. Tetapi setelah kejadian malam itu Mean benar-benar berbeda. Dia tidak mengucapkan satu kata pun padanya.

  Padahal Plan sudah berusaha untuk sedikit menahan amarahnya juga. Dia memasak masakan untuk Mean, tetapi Mean hanya membiarkan makananannya hingga menjadi dingin. Melirik sedikit pada Plan pun tidak.

   Plan marah. Apanya yang keluarga? Plan tidak mengerti! Bukankah berarti Mean tidak menepati Wishnya?

  Plan juga marah.

  Karena apa salahnya jika dia belum siap untuk melakukannya? Lagipula Plan tidak tahu bagaimana hubungan sex dengan laki-laki! Dan Plan juga belum tahu bagaimana perasaannya pada Mean. Bayangkan saja hidupnya berubah dalam 360 derajat tetapi bukankah hal seperti ini tidak beda jauh dengan dia tinggal sendirian?

   "oiiiiiiii" pekik Plan kesal sambil membanting stik play stationnya.

   "Ada apa tuan muda?" Tanya Boun bingung melihat Tuan Mudanya membanting stik play stationnya.

   Plan pun langsung berdiri dan mengulurukan tangannya pada Boun, "Boun! Ayo jalan-jalan, aku bisa gila jika setiap hari seperti ini!"

   Boun pun menggelengkan kepalanya pelan. Dia paham kenapa tuan mudanya seperti ini melihat bossnya yang setiap hari mendiamkannya. Boun pun meraih tangan Plan dan berdiri.

  Plan pun berjalan menuju kamarnya dan mengganti pakaiannya menjadi lebih rapi dengan kaus oblong berwarna biru tua dan celana jeans biru.

   "Ayo pergi!"

    Boun pun akhirnya mengikuti Plan, tidak lupa ia mengambil jaket abu-abu dan dipasangkan kepada istri bossnya tersebut, "Pakai Tuan Muda. Diluar dingin karena hujan"

   Plan pun mengangguk, sebetulnya Plan agak canggung diperlakukan seperti ini. Dia benar-benar tidak terbiasa. Tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan.

   Pernah Plan menolak untuk diantar ke supermarket oleh Boun. Dan Boun akhirnya dipukuli sampai berdarah oleh Mean. Plan tidak tahu apa yang sebenarnya ada di otak Mean.

   Jika bisa, Plan ingin membawa Mean ke rumah sakit. Pria itu benar-benar sudah gila.

    Plan pun berjalan turun dari apartemen milik Phiravich diikuti oleh Boun. Para pegawai apartemen itu menyapanya dengan ramah.

    Plan tidak suka.

    Dan lagipula, bukankah Mean seharusnya merahasiakan pernikahannya? Kenapa semua orang jadi tahu pernikahan mereka?

    Plan pun mencoba tersenyum melihat pegawai yang menyapanya dan dia pun masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh pegawai Phiravich. Tak lupa, Plan tidak mau ada supir atau bodyguard lain selain Boun.

    Karena itu, Boun yang membawa mobilnya dan Plan duduk di samping Boun.

    "Tuan Muda. Bukankah Boss sudah bilang agar anda duduk di belakang?"

    Plan menghela nafasnya kasar, "Hei Boun. Mean tidak ada di sini. Hentikanlah. Lagipula aku hanya ingin berbelanja. Biar saja uang si sialan itu habis olehku!"

Untied Me | MeanPlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang