Kegiatan pagi hari di rumah Wonwoo Roa sangat hectic. Roa bangun paling awal, siapin sarapan dulu, terus bangunin Wonwoo buat mandi duluan. Setelah Wonwoo mandi, baru Roa mandiin anak-anaknya karena mereka harus berangkat ke TK bareng Wonwoo berangkat kerja.
Biasanya, kalau Wonwoo lagi libur, dia sadar diri bantuin Roa mandiin anak juga, tapi berhubung ini lagi hari kerja, dia jadi gak bisa bantuin.
"Pi, cepetan mandi! Udah jam setengah 6!"
"5 menit lagi!" Tawar Wonwoo yang masih enggan bangun dari kasurnya.
"Gak ada 5 menit lagi! Cepet bangun atau telat ngantor!"
Akhirnya mau gak mau Wonwoo bangun sambil mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu sebelum masuk kamar mandi. Setelah membangunkan Wonwoo, Roa ke kamar anak-anaknya buat bangunin mereka. Anak kecil kalau bangun kadang lama, makanya Roa bangunin dulu dari sekarang.
"Kakak… adek… bangun yuk! Mami udah bikin makanan enak tuh! Hayoo siapa yang mau?"
Tidak ada jawaban dari mereka. Roa mencoba lagi membujuknya, dia mendekati anaknya itu sambil menepuk punggungnya lembut berharap mereka bangun. "Kak, bangun yuk! Kata papi kalau kakak sama adek rajin sekolahnya, ntar diajak jalan-jalan. Mau gak?" Bisiknya di telinga Sua.
Sua seketika bangun, tapi masih tidak berkata apa-apa.
"Pinter anak mami udah bangun. Ntar kita tanya papi yaa mau ajak kakak sama adek ke mana kalau sekolahnya rajin."
"Tapi adek belum bangun?" Tanya Sua merasa tidak adil.
"Iyaa… ayo kita bangunin adek bareng!" Ajak Roa. Mereka tidur secara terpisah ranjang memang, saling berseberangan.
"Dek bangun!! Kata mami, papi mau ngajak jalan-jalan kalau kita rajin sekolah. Ayoo kita tanya papi."
Suji denger itu langsung bangun. Dia seneng banget emang jalan-jalan keluar. Mereka jarang banget keluar rumah karena kata Roa kalau keluar rumah lebih ribet 4 kali lipatnya.
"Papiiiiii!" Teriak anak-anak sambil jalan ke kamar Roa dan Wonwoo.
"Pinter banget anak papi udah bangun jam segini."
"Iya, kata mami kalau kita rajin sekolah papi mau ajak jalan-jalan."
Roa yang berada di belakang anak-anak cuma nahan ketawa. Pasalnya di cuma ngarang omongan itu, bukan Wonwoo yang ngomong. Makanya Wonwoo langsung mandang Roa seperti minta penjelasan.
"Hehehe iyaa nanti papi ajak jalan-jalan deh kalau kakak sama adek tiap pagi bangun tanpa dibangunin mami. Kasian tuh mami capek habis masak harus bangunin kakak sama adek."
"Oke pi, kalau gitu adek mau bangun sendiri biar bisa jalan-jalan bareng papi hehe." Senyum polos Suji yang selalu bikin Wonwoo ikutan senyum juga.
"Mami gak diajak nih?" Roa yang dari tadi memandang dari belakang pura-pura ngambek.
"Mami diajak kok. Kalau mami gak ikut, siapa yang gandeng kakak nantinya?"
"Itu kan papi punya dua tangan. Satu gandeng kakak, satunya buat gandeng adek."
"Iiih gak mau!! Pokoknya mami harus ikut."
"Kakak, papi mau ngobrol sebentar bareng kakak boleh?"
Sua menggeleng kuat. Dia benar-benar terganggu jika berdua dengan Wonwoo saja di satu ruangan.
Roa menyadari situasi sehingga mengajak Suji untuk keluar meninggalkan Wonwoo dan Sua di kamar sendirian.
"Kakak ngambek ya sama papi?" Tanya Wonwoo sambil menatap anak pertamanya sendu.
Sua menggeleng lagi. Dia hanya diam dan melihat ke bawah, tidak menatap Wonwoo langsung.
"Kok gak mau ngomong sama papi?"
"Papi minta maaf yaa jarang main sama kakak. Mulai hari ini papi bakalan sering-sering main sama kakak yaa… papi sayang sama kakak sama adek. Papi gak bilang sayangnya cuma ke adek doang. Sayang papi ke kakak lebih besar tau!! Kakak gak tau kan?"
Lagi-lagi Sua kembali menggeleng tanpa ada suara sama sekali.
"Kok diem mulu dari tadi? Gantian papi nih yang ngambek gara-gara dicuekin kakak!"
Akhirnya Sua membuka suara, "jangaaan…" suaranya melemah seiring kata yang diucapkannya mulai berakhir.
Wonwoo tersenyum senang dengan tingkah anaknya itu, persis sekali sama Roa yang lagi ngambek. Makin gemes aja dia sama anaknya.
Gini ya senengnya punya anak…
"Papi cium dulu doong kalau gak ngambek lagi." Wonwoo menunjuk pipinya dan Sua langsung menciumnya tanpa ragu.
"Ini belum loh kak! Papi gak mau berangkat kerja kalau gak dikasih!" Wonwoo menunjuk bibirnya. Dengan malu, Sua maju untuk sekedar mengecup singkat bibir Wonwoo.
"Makasih kakaak!! Papi sayang banget sama kakak. Jadi anak yang pinter yaa." Wonwoo mengucapkannya sambil memeluk Sua. Dia tidak ingin memiliki hubungan yang jauh dengan anaknya. Makanya Wonwoo selalu meluangkan waktunya buat main ataupun ngobrol bareng anak-anak.
"Kakak juga sayang sama papi." Suara kecilnya itu membuat Wonwoo melebarkan senyumnya pagi ini. Rasanya dia bersemangat untuk kerja hari ini.
"Yaudah sana mandi sama mami. Papi mau siap-siap dulu yaa." Wonwoo melepaskan pelukannya untuk membiarkan Sua menyusul Roa yang sedang memandikan Suji di kamar mandi.
Wonwoo menyadari kalau memiliki anak kembar itu tidak mudah untuk memberikan kasih sayang yang sama, karena dirinya sebagai orang tua sudah merasa benar melakukan tugasnya, tapi berbeda dengan sudut pandang anak-anak. Meskipun kembar, karakter maupun fisiknya sudah berbeda. Wonwoo harus memahami dengan benar karakter anak kembarnya itu.
Dia juga merasa terlalu memihak kepada anak bungsunya, makanya dia paham Sua merasa tidak diperdulikan ataupun tidak diberikan kasih sayang olehnya. Dengan kejadian ini membuat Wonwoo belajar lagi memahami perasaan anak-anak.
🍑🍑🍑
Jadi aku bakal update ini seminggu sekali ya gais karena aku masih belum paham bener bikin cerita ada anaknya itu kayak gimana wkwkwk
07 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPI
Short StorySetelah lulus jadi bucinnya Roa, Wonwoo ganti jadi bucin anaknya yang kembar.