Wonwoo meliburkan karyawan kantornya selama satu minggu. Dia tahu ini tidak akan berdampak banyak pada permasalahan kesehatan, tapi setidaknya ada waktu untuk karyawannya istirahat tanpa takut dengan keadaan.
Waktunya di rumah dia habiskan bermain sama anak-anak. Wonwoo senang bisa seharian penuh sama anak-anak kayak gini. Apalagi ini waktunya satu minggu penuh.
Sekarang Wonwoo lagi duduk malas-malasan di depan televisi. Dia mengamati Sua yang sedang berbicara sendiri dengan notebook milik Roa yang dibuat main sama anak-anak. Suji sedang melakukan hal lain di sebelah Wonwoo. Fokus Wonwoo sedang berada di Sua yang lagi ngomong sendiri sambil berdiri di depan notebook.
Iseng-iseng, Wonwoo merekam apa yang dilakukan anaknya itu.
"Namaku Sua. Umurku 6 tahun. Aku paling sayang sama mami. Tentunya aku juga sayang sama papi, tapi lebih sayang sama mami. Aku juga sayang adikku. Aku benar-benar anak yang berbahagia. Aku adalah anak yang bahagia."
Wonwoo menahan tawanya sambil ngerekam. Dia tahu Sua sedang merekam dirinya sendiri di notebook.
"Kak, kamu ngapain?" Tanya Wonwoo sambil melepas tawanya. Dia belum berhenti merekam Sua.
Sua menoleh, mendapati papinya memegang hapenya. Lalu sadar apa yang dilakukan papinya itu.
"Papi yang ngapaiiiin!!" Ucap Sua sambil lari ke arah papinya.
"Papi ngerekam kamu dari tadi hahaha. Kamu ngapain coba ngomong-ngomong sendiri gitu?"
"Hapus gak, Pi!!! Aku maluuuu!!" Teriak Sua yang benar-benar malu sekarang.
Wonwoo malah mengangkat hapenya tinggi-tinggi biar Sua tidak bisa meraihnya. Karena Wonwoo sedang berada di posisi duduk, Sua dengan mudah memanjat tubuh papinya itu.
"Kak, sakit nih papinya dinaikin!" Ucap Wonwoo masih tahan sama hapenya.
"Makanya hapus dulu videonya!!"
"Oke, turun dulu!" Sekarang Wonwoo mengucapkannya dengan tegas.
Sua turun. Takut sama papinya juga yang mulai serius.
"Sini, duduk di pangku papi." Dan lagi-lagi Sua menurut.
Wonwoo memanggilnya bukan buat nunjukin kalau videonya mau dihapus, justru Wonwoo menyembunyikan hapenya biar Sua lupa.
"Kakak kenapa lebih sayang sama mami daripada sama papi?" Wonwoo tuh emang suka gini. Cemburuan kalau anak-anaknya lebih milih Roa. Padahal juga biasanya larinya ke Wonwoo kalau dia lagi libur.
"Mami lebih sering bareng sama aku daripada papi. Lagian papi juga mainnya sama adek. Kan aku jadi lebih sayang ke mami, tapi aku juga sayang kok ke papi tenang aja hehe."
Anak-anak Wonwoo ini memang sudah cakap kalau berbicara, meskipun masih kecil begini.
"Kakak masih marah ya sama papi karena lebih sering sama adek?"
"Enggak! Beneran deh Pi, aku gak marah sama papi."
"Papi gak percaya tuh!" Goda Wonwoo.
"Kakak sayang papi, tapi lebih sayang ke mami. Tapi sama aja kan sayangnya??"
"Gak percaya! Papi juga pengen disayang sama kakak kayak mami." Wonwoo pura-pura mewek.
"Gak bisa papiiii!!! Ini udah selesai! Aku sama mami, adek sama papi."
Suji yang dari tadi main loncat-loncat di sofa langsung ikutan nimbrung ke papinya.
"Adek sayang sama papi. Jangan kuatir, adek bakal jagain papi terus." Suji berkata sambil merangkul Wonwoo di kepalanya, lebih terlihat Suji sedang mencekik Wonwoo.
"Dek, beneran sayang papi, kan? Kayaknya papinya bisa sakit nih kalau diginiin terus??"
"Hahaha biarin! Nanti aku yang ngerawat papi!"
"Udah ya Pi, gak ada yang perlu dibahas lagi. Pokoknya papi harus hapus videonya!" Sua turun dari pangkuan Wonwoo kemudian pergi meninggalkannya di ruang tengah.
"Dih, kak! Nasib papi gimana ini? Tolongiiiin!" Wonwoo teriak gak terlalu kenceng. Dia masih jadi bahan cekekannya Suji yang sedang gembira hari ini.
🍑🍑🍑
Sebulan lebih gak apdet. Semoga gaada yang lupa sama ini cerita wkwkwk
10 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPI
Short StorySetelah lulus jadi bucinnya Roa, Wonwoo ganti jadi bucin anaknya yang kembar.