1

18.6K 2K 133
                                    

SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS KARENA SUDAH TAMAT DI WATTY

Happy reading!!

"Mendesah jalang!"

Plak!

Tamparan melayang di pipi Senan yang sudah memerah, ia hanya meneteskan air matanya semakin deras saat Saka menghujamkan kejantanannya di dalam liangnya.

Rasanya perih dan sakit, Senan tidak bisa menikmati percintaan kali ini. Karena Saka menyentuhnya dalam keadaan marah.

Hanya kesalahan kecil berbuntut penyiksaan lahir batin Senan. Saka tidak segan memukul, meludahi dan menyetubuhinya layaknya binatang.

Apa yang Senan bisa perbuat di lecehkan begitu menyedihkan. Tidak ada.

Bodoh. Satu kata untuk dirinya. Senan bodoh tidak mampu melawan atau lari, karena ia mencintai Saka, hidupnya hanya untuk lelaki itu tapi ia tidak mengerti kenapa Saka selalu menyakitinya. Padahal mereka saling mencintai.

Saka semakin mengeram di bawahnya, mendesah panjang saat menyemburkan spermanya. Tubuh kekar Saka ambruk menimpa Senan. Setelah menormalkan nafasnya Saka melepaskan penyatuannya, bergulir ke samping. Ia berdecih menatap jijik pada Senan.

Senan memekik saat Saka meraih pipinya kasar menangkupnya kuat seakan siap meremukannya.

"Kenapa kamu menangis, apa kamu keberatan aku menyetubuhimu. Katakan ini salah siapa?" Desis Saka menatap tajam tepat di manik mata Senan yang ketakutan.

"Jawab aku!" Bentak Saka semakin membuat Senan ketakutan.

"Salah...aku." Sahut Senan bergetar.

"Bagus, kuharap kamu tidak mengulanginya lagi karena sampai itu terjadi aku tidak segan, menguliti pria itu dan menghabisi kalian." Desis Saka membuat bulu kuduk Senan meremang. Senan meringis saat Saka mencubit puting payudaranya sebelum beranjak dari ranjang.

Senan masih memperhatikan Saka yang meraih celana tergolek di lantai kemudian mengenakannya. Saka mengambil sebilah rokok dan memetiknya, duduk di depan balkon menghisap rokoknya.

Senan melirik pada selimut di mata kaki, perlahan ia menarik selimut itu, melilitkannya ke tubuh telanjangnya. Kakinya menjuntai menapaki lantai melangkah tertatih menuju kamar mandi.

Senan meringis saat sampai ke kamar mandi karena perih di kemaluannya. Ia menutup pintunya bersandar lelah. Air matanya tumpah, di gigitnya kuat bibir bawahnya tuk meredam tangisannya, tidak peduli giginya mampu mengoyak permukaan bibirnya.

Perih, saat darah akhirnya keluar di permukaan bibirnya. Tapi hatinya lebih perih atas perlakukan kasar Saka padanya. Senan semakin terisak, buru buru ia melangkah ke wastafel memutar keran air menyamarkan suara tangisannya yang tidak mampu ia tahan lagi. Di basuhnya wajahnya yang pucat dan memar dengan air mengalir. Di tatapnya dirinya di pantulan cermin.

Menyedihkan, Senan sekarang sudah hilang keceriaannya. Ia tertunduk pilu tatapannya mengarah pada cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin pertunangannya dengan Saka.

Ikatan ini lah membuat kehidupan Senan berubah. Berawal 7 tahun silam di saat Senan berkuliah ia menaruh hati pada Saka, dosen muda pembimbingnya.

Semua salah Senan karena ia tidak mampu membendung perasaannya, ia merendahkan harga dirinya menyatakan perasaannya pada Saka.

Senan tidak banyak berharap, Senan hanya ingin Saka mengetahui isi hatinya. Tidak mampu Senan bayangkan dan bahagianya ternyata Saka menerimanya menjadi kekasih pria itu.

Tentu Senan bahagia, siapa yang tidak senang berpacaran dengan seorang Saka yang di kenal sangat tampan dan berkarisma. Sikap dingin Saka menambah daya tarik pria itu. Banyak mahasiwi mengejar Saka bahkan dosen wanita sekalipun yang mempunyai suami menaruh hati pada Saka, berharap di sentuh Saka sekali saja.

Kebahagiaan Senan hanya sementara. Seminggu setelah mereka resmi berpacaran. Banyak hal Senan kecewakan pada sikap dan aturan Saka.

Saka tidak pernah ingin siapapun mengetahui hubungan mereka. Saka juga tidak ingin Senan menjalin pertemanan dengan pria lain. Senan harus ada bila Saka membutuhkan. Semua aturan itu harus Senan patuhi tapi tidak dengan Saka. Tidak jarang Senan memergoki Saka jalan dengan wanita lain yang ia sebut hanya teman biasa. Senan tidak bisa protes karena Saka lebih dominan. Senan tidak bisa cemburu karena hanya Saka yang boleh cemburu.

Tatapan Senan kembali ke cermin, keningnya mengerut miris menyentuh bekas luka di sudut bibirnya. Luka yang hampir tidak mampu mengering karena terus di berikan Saka.

Pukulan yang pertama kali Senan terima di saat usia pacarannya satu bulan. Kini tujuh tahun telah berlalu, Senan tersenyum getir. Betapa bodohnya ia bertahan selama ini dengan sikap Saka yang tidak berubah bahkan semakin mengila. Dan lebih bodohnya lagi Senan membiarkan cincin ini tersemat di jari manisnya.

Apakah hanya karena cinta membuat seseorang sangat bodoh lebih dari keledai?

Senan menangis hampir ia menjerit. Ia sadar hubungan ini salah, cinta ini salah tapi ia tidak mampu lepas.

Klek..

Pintu terbuka, buru buru Senan membasuh wajahnya. Ia tidak berani menegakan tubuhnya menatap ke arah Saka.

Saka bergeming, berdiri di ambang pintu, perlahan ia mengayunkan kakinya mendekati Senan dan memeluk Senan dari belakang.

"Maaf..." Bisiknya membuat Senan membeku.

"Maaf, pasti sangat sakit." Ucapnya lagi mengelus luka memerah di lengan Senan.

Kedua mata Senan berkaca kaca, saat Saka menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher Senan. Air mata Senan mengalir. Menangis dalam diam.

"Jangan pergi dengan pria itu lagi. Sungguh aku tidak suka, kamu hanya untukku." Gumam Saka menjilat leher Senan.

Saka membalik tubuh Senan, menatap intens wajah Senan yang sangat pucat.

"Dia hanya teman kerjaku Saka, percayalah." Lirih Senan tersendat.

"Usssttt...." Jari telunjuk Saka di tempelkan di bibir Senan. "Aku tidak ingin mendengar apapun. Yang jelas kamu telah salah sayang." Desis Saka merenggut rambut Senan hingga wanita itu memekik kesakitan. Saka mendekat, melumat bibir Senan dan menyentuhnya lagi.

"Kamu milikku hanya milikku sampai mati." Bisik Saka di sela ciumannya di bibir Senan.

Tbc

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang