Hanya tersedia versi buku.
Pernah tamat di wattpad
Melewatkan makan siang sendiri di kantin perusahaan tanpa berkenan bergabung satu meja dengan rekan satu kerjanya yang lain. Senan menyantap makanannya sembari pendengarannya sesekali menangkap suara riang para karwan yang saling lempar candaan.
Tatapan Senan memperhatikan meja sebrangannya, semua berkumpul, karyawan laki laki dan perempuan hanya dirinya yang memilih menepi tidak pedulikan sorot mata karyawan yang lain menatap aneh padanya.
Membatasi diri dalam lingkungan kerjanya. Janji Senan pada Saka yang harus Senan tepati, kalau tidak ia bisa kehilangan pekerjaannya.
Tiga hari beristirahat di rumah akhirnya Senan masuk kerja lagi setelah memastikan luka memar di wajahnya memudar. Selama tiga hari pun Saka menginap di rumah memberi perhatian pada Senan.
Senan mendesah lelah, ia tertunduk meletakan sendok makannya. Senan mengingat akan ancaman Saka berikan pagi tadi sebelum ia berangkat kerja. Ancaman yang mampu menghapus semua mimpinya.
Pekerjaan ini sangat Senan cintai, sangat susah awalnya Senan membujuk Saka agar ia bekerja di luar. Sikap Saka yang posesif selalu memberi praduga negatif pada Senan.
Sudah sering Senan yakinkan bahkan Senan bersumpah ia tidak mungkin mengkhianati Saka. Tapi semua percuma sedikit saja Saka memergoki Senan bicara dengan lawan jenis Saka akan marah dan menghukumnya.Mulai detik ini Senan akan berjanji pada dirinya sendiri, ia akan menjaga jarak pada teman lelaki satu kantornya. Ini demi kebaikan hubungannya dengan Saka.
"Hei kok melamun!?" Seruan suara wanita mengejutkan Senan, ia menoleh pada Livia, teman baiknya di kantor yang membawa napan makanan.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanya Livia menyampingkan rambut ikalnya ke belakang telinga.
"Tentu, kenapa harus izin." Jawab Senan mengambil air putih dan meminumnya.
Livia menyengir, ia mengeser kursi dan duduk berhadapan dengan Senan.
"Habisnya kamu terlihat menyendiri tidak bergambung dengan yang lain." Kata Livia melirik pada meja seberangnya yang ramai di duduki karyawan.
Hampir saja Senan tersedak, ia meletakan cangung gelas di meja.
"Aku hanya masih sedikit kurang enak badan." Kata Senan agar Livia tidak curiga dengan sikap anehnya.
Kening Livia mengerut memperhatikan lekat wajah Senan yang tidak menyadarinya. Senan yang ingin menyendok makanannya lagi terhenti saat tatapannya membalas tatapan Livia.
"Ada apa?" Tanya Senan merasa aneh pada perubahan mimik wajah Livia.
"Kamu habis jatuh atau apa?" Tanya Livia cemas, tangannya menyentuh bekas memar yang masih nampak di pipi Senan.
Deg.
Tubuh Senan membeku, ia tergagap harus mencari alasan apa.
"Ah....aku terjatuh di kamar mandi dan terbentur din...ding." Kata Senan menggiggit bibirnya cemas.
"Alasan yang sama dua minggu lalu." Kata Livia matanya menyipit curiga.
Bodoh. Senan meringis dalam hati, ia lupa alasan itu sudah ia berikan dua minggu lalu saat pipinya memar di tanyakan Livia.
"Aku terjatuh lagi." Kata Senan terdengar pelan, ia tertunduk menyuap makannya dan mengunyahnya tanpa berani lagi menegakan wajahnya.
"Sepertinya kamar mandimu perlu di perbaiki Senan." Livia mengangkat alisnya, mulai menyantap makanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/209005718-288-k714386.jpg)