Entah mimpi apa Fiza semalam. Yang dia rasakan pagi ini hanyalah hampa. Tubuhnya masih menegang. Otaknya masih tak percaya. Hatinya pun merasa nyeri. Rasanya dia tidak pernah bermimpi, sebelum tidur dia masih menjadi Fiza si anak bungsu manja kesayangan mommy daddy juga ke tiga kakak laki-lakinya, tapi setelah tidur dia menjadi Fiza si Siti Nurbaya.
Ya...kalian pasti bisa menebaknya. Kalian pintar. Fiza.. Tidak. Bahkan dia tidak ingin menebaknya. Memikirkannya pun enggan.
Bagaimana tidak dia merasa hilang arah begini kalau tadi malam seperti tidak ada apa-apa dirumahnya, dia masih bergelut manja pada daddy dan mommynya, karena memang hanya tinggal dirinyalah yang ada dirumah.
Ketiga kakak laki-lakinya telah berkeluarga. Kakak laki-laki yang terakhir bahkan baru 6 bulan menyabet gelar sebagai pengantin baru.
Tetapi pagi tadi seolah menjadi pagi paling mematikan baginya. Dia tidak bisa berkutik. Bahkan katapun tidak.
“daddy cuman mau bicara sekali Fiza.”
Mata daddy menatapnya tajam. Baru kali ini daddy memperlakukannya seserius ini.Dia tercengang. Dia terlalu gamang menanggapi daddy nya yang tak pernah seperti ini sebelumnya.
Mommy nya hanya diam, menatapnya lurus, tak kalah seriusnya dengan daddy, meskipun matanya masih memancarkan kelembutan. Itu yang membuatnya tenang.
Tapi ketenangan yang dirasakannya tak berlangsung lama, karena...
“daddy tidak pernah meminta apapun dari kamu. Sekalinya daddy memintanya, daddy mau, kamu mau menerimanya dan tidak membantahnya.”
Oh God. Daddy memang tidak pernah menuntutnya apa-apa. Bahkan soal nilai pelajaran pun, daddy hanya adem ayem saja. Daddy menuruti apapun yang dia minta, tanpa meminta apapun sebagai balasannya.
Jadi jika daddy memintanya sekarang, bukankah ini tidak main-main. Pantaskah Fiza tidak menerimanya setelah banyaknya hal yang daddy beri?
“daddy minta kamu mau dijodohkan dengan anak sahabat daddy. Titik. Tidak ada pertanyaan. Kamu hanya perlu ikuti alur jalannya saja. Dan daddy tidak mau ada penolakan.”
Apaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....
Seketika Fiza lemas.Dijodohkan? Oh tidaaaaaaaaaaaaaaaak.
Daddy.... Tolooooooooooong jangan begini. Teriaknya dalam hati.Karena berkata pun rasanya Fiza kelu. Perlahan Fiza melihat sang mommy meskipun rasanya kepalanya cukup mati rasa untuk digerakkan.
“ini keputusan final daddymu, honey. Mommy tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula daddy memang tak pernah meminta apapun dari kamu kan. Jadi mommy harap kamu ikhlas ya, honey.”
Jeduuuuuuuaaar...
Sekalipun lembut tapi perkataan mommy pun tak berbeda dengan daddy nya.Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Tanyanya dalam hati.
Fiza berdiri dari duduknya. Dia langkahkan kakinya berat. Dia berjalan seolah seperti bayi yang baru belajar jalan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan dia tak yakin bisa mengendalikan kesedihan ini dengan mengalihkannya untuk bekerja.
Tidak.. Aku tidak bisa. Lanjutnya dalam hati.
Fiza masuk mobil. Dia meminta sopir mengantarnya pergi. Karena Fiza rasa arwahnya tidak menyatu dengan tubuh maupun otaknya. Dan disinilah Fiza sekarang,
Tok.. Tok.. Tok..
Ceklek.
Pintu terbuka.“pagi amat neng udah rapi. Tapi gue be...”
Fiza melangkahkan kaki masuk ke dalam. Dia berjalan kembali seperti bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Nyebelin (End)
Short StoryFiza...lagi enak-enaknya curhat, eh.. malah ditinggalin. Cowok yang dicurhatin hanya mengusap rambutnya lembut, lalu pergi gitu aja. Nggak sopan kan? Lebih nggak sopan lagi, karena cowok itu lebih muda darinya. Ngeselin kan? banget... Alih-alih m...