Part4

50 2 0
                                    

           "Pakailah!!, nanti kalau kau demam bagaimana?" Suara itu membuat Ah hye menoleh, Ah hye terheran bagaimana laki laki ini dapat berada disini dan membawakan mantelnya. "Jangan menatap ku seperti itu hye, aku tau aku ini tampan"

"Ciiiih, kau ini percaya diri sekali. tapi ngomong ngomong terimakasih" Ah hye kembali memandangi sosok yang amat sangat ia puja. Mata nya terus tertuju pada satu sosok yang kini sedang berbincang dengan seseorang, seseorang itu adalah

Sahabatnya, Jinri.

Andai kau bisa sekali saja memandang ku , seperti kau memandang teman teman mu, setidaknya kau menyadari bahwa aku berada disekitar mu.

"Minho, kau menyukainya?" Pertanyaan kai seperti Batu godam yang secara tiba tiba menimpa tubuhnya. "Akuuu akuu mmm tidak" Kai menyeringai "jangan berbohong pada Ku hye!" Ah hye menunduk takut akan semua rahasia yang ia pendam dalam dalam akan diketahui oleh seseorang yang belum lama iya kenal.

"Kau kaget aku mengetahuinya hye?" Ah hye menolehkan wajahnya menatap Kai. Tangan nya bergetar , keringat dingin secara tak sopan mulai membasahi dirinya, matanya terpejam ia mencoba untuk menenangkan jantung yang betalu begitu kencang.

" aku pernah membaca Surat mu hye, kau jangan lupakan itu" ucap Kai dengan penuh penekanan disetiap katanya, Ah hye hanya bisa menghela dan terus menghela.

 

           

          5 tahun telah berlalu, sejak saat itu sampai kini pun perasaan ah hye masih saja sama tak ada yang bebubah sedikit pun. Ia tetap mencintai seseorang yang bahkan tak pernah memandang nya. Jangankan memandangnya melirik pun tak pernah.

"Mencintai dalam diam tak semudah yang Ku fikirkan rupanya" seketika Ah hye bersuara, pandangan nya kini beralih menatap Kai, "andai aku lelaki yang berani mengungkapkan perasaan ku, tapi sayangnya aku hanya perempuan lemah yang tak mampu mengungkapkan perasaan ku secara langsung, memendam dan terus memendam, hanya ITU yang Ku bisa" Ah hye tersenyum getir, Kai hanya memandang iba, sungguh ia tak sanggup memandang wajah lesu Ah hye. "Setidak nya kau telah berusaha dengan mengirimkan Surat Surat ITU hye."

"Kai entah kini aku ragu apakah dia membaca semua Surat Ku?, akan kah dia tau bagaimana perasaan Ku? Bisakah aku terus berada disisi nya?, bukan sebagai teman melaikan seseorang yang ia cinta, bisakah Kai?" Tetes demi tetes turun begitu saja dari mata indahnya.

Dengan begitu cekatan Kai menghampiri Ah hye dan memeluknya. "Mungkin tidak untuk saat ini, tapi bisa saja besok atau pun lusa. Kau tak perlu bersedih, terus lah berusaha untuk mendapatkan apa yang kau ingin kan" Kai mengelus punggung Ah hye, berusaha memberikan kekuatan yang Kai miliki. Ah hye terus menangis di pundak Kai, malu yaaah dia malu pada Kai. Tapi apa yang bisa Ah hye perbuat kini? Tak ada, ia hanya ingin menangis dan terus menagis.

"Mengislah sepuas mu, aku takan menertawakan mu Hye tenang saja"

        "Jinri sampai kapan kau akan terus berdiri disana? Duduklah! Kau tak lelah?" Minho menghampiri Jinri yang sedang berdiri di dekat pancuran air. Bibirnya membentuk senyuman yang sarat akan kebahagiaan. "Kau tak lelah hem?" Lagi lagi Minho bertanya, Jinri hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearah Minho "kau tau aku bahagia sekali bisa mendengarkan gemercik air, merasakan tetesan yang mengenai wajah ku, INI sangat dingin tapi aku suka" Minho terkekeh dan mencoba menyamai jinri, mata Minho pun terpejam. "Aku menyukai mu Jinri" ucap Minho terkesan seperti gumaman.

Deg

"APA?" Jinri merasa tak yakin dengan pendengarannya. "Perlu Ku ulang?" Jinri tersenyum. Ya hanya senyuman yang bisa jinri berikan.

"Sebaiknya kau Ku antar pulang" Jinri mengibaskan lengan nya tanda ia tak setuju dengan pernyataan Minho. "Aku hanya ingin pulang bersama Ah hye" Minho bergumam ia pun pergi meninggalkan Jinri yang masih sibuk dengan suasana disekitarnya.

"Kai terimakasih"

"Hapuslah air Mata mu! Nanti kalau diketahui Minho bagaimana?" Ah hye tertawa, kini raut wajah nya telah kembali seperti semula.

"Ah hye" suara itu membuat hati nya terasa dicabik, perih amat sangat perih. Ah hye menoleh memandang wajah Minho, sungguh kini ia sedang bursusah payah mengatur deru napas yang memburu, seakan akan tak ada pasukan oksigen disekitarnya. Kai hanya memandangi Ah hye "breath Hye, kau harus bernapas" Ah hye memukul lengan Kai.

"Kai sejak kapan kau disini" Kai bingung harus menjawab apa, ia hanya bisa menunjukan Gigi gigi putihnya, "Ada apa Minho?" Ah hye akhirnya bersuara, "Jinri hanya ingin pulang bersamu" Ah hye mengagguk cepat dan langsung meninggalkan Minho dan Kai.

   Ah hye Dan jinri pun akhirnya pulang, dengan Minho yang selalu berjalan berdampingan dengan Jinri.

Sedangkan Kai? Entah ia kemana.

         Andai aku bisa menghilang Dari tempat ini mungkin aku tak akan merasakan perasaan yang bisa saja membunuh Ku, berlebihan memang tapi ya beginilah aku.

Langkah demi langkah Ku lewati, disini aku bagaikan mahluk yang kasat Mata, tak nampak tapi Ada. Mereka hanya sibuk dengan perasaan mereka, tanpa perduli dengan apa yang kurasakan juga.

Aku tau INI bukan kesalahnnya, INI adalah kesalahan Ku yang tak mampu mengungkapkan perasaan Ku.

Aah aku bisa gila bila terus berada disini "Kai kau dimana?"
Batin Ah hye berbicara.



Mohon koment Dan vote nya



Why I Love you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang