20

666 48 9
                                    


"Dengan keluarga pasien?" tanya Dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

Irene langsung menghampirinya, "Saya, saya Maminya, Dok. Gimana keadaan anak saya?"

"Cukup mengkhawatirkan. Banyak tubuhnya yang lebam, dan juga pasien mendapat 5 jaitan di tangan kirinya yang terkena sayatan pisau. Dan pasien sepertinya mengalami shock sejak tadi ia meracau mengucapkan aku nggak ngelakuin itu berkali-kali. Tapi itu tidak akan berlangsung lama. Cukup hibur pasien jika sudah sadar. Usahakan jangan menyinggung kejadian-kejadian yang pasien alama terakhir kali. Dan pasien akan di pindahkan ke ruang rawat inap, tolong di selesaikan administrasinya, ya, Bu."

Irene dan Suho mengangguk bersamaan, "Baik, Dok. Terimakasih."

Dokter mengangguk dan tersenyum lalu kembali memasuki ruangannya.

Setelah dipindahkah di ruang rawat inap. Suho menyuruh teman-temannya Ratu untuk pulang karena sudah malam.

Irene terduduk dikursi samping ranjang yang Ratu tempati. Hanya terdengar suara isak tangis Irene yang mengusap punggung tangan Ratu yang sedang tertidur pulas.

Tadi, Dokter memutuskan untuk memberikan obat tidur untuk Ratu agar Ratu bisa beristirahat lebih lama lagi tanpa memikirkan kejadian-kejadian yang cewek itu alami.

Suho, Wooseok dan Yohan duduk di sofa yang memang disediakan di ruangan rawat inap. Karena Suho tidak ingin anaknya kekurangan apapun selama di rumah sakit. Alhasil Suho memesan ruang rawat inap yang VVIP sangat luas, hingga sepertinya bisa dihuni oleh 10 orang lebih. Bukan hanya itu, bahkan ruangannya dilengkapi satu kulkas, 1 TV, 1 pendingin ruangan plus penghangat ruangan, juga kamar mandi yang luas, dan ada kasur lipat juga beberapa sofa.

***


Paginya Ratu baru bangun. Yang pertama kali ia lihat saat kesadarannya telah kembali dengan sempurna yaitu langit-langit atap dengan cat putih dan juga dinding yang bernuansa putih. Tidak perlu bertanya lagi Ratu sudah tahu kalau dirinya dirumah sakit.

Pandangannya mengelilingi setiap sudut ruangan dan menemukan Irene yang sedang mengisi gelasnya dengan air putih dari dispenser di pojok ruangan.

Irene yang sudah selesai mengisi gelasnya pun langsung tersenyum lebar dan berjalan mendekat saat melihat putrinya sudah bangun.

"Sayang,,," Irene menaruk gelasnya di meja dan mengusap kepala Ratu pelan.

"Mami. Kemana yang lain?"

"Papi lagi pergi cari bubur. Mami tau kalau kamu nggak suka makan, makanan rumah sakit."

"Abang sekolah?"

"Nggak. Kedua Abang kamu ikut sama Papi."

"Kenapa harus ikut? Kan Papi bisa sendiri?"

"Ya. Kamu taulah Papi kamu itu masih suka di godain sama Ibu-ibu. Padahal udah punya anak 3, makanya Mami suruh aja tuh Wooseok sama Yohan ikut Papi biar Ibu-ibu uda pada tau kalau Papi udah punya anak."

Mendengar perkataan Maminya membuat Ratu tertawa kencang. Namun, tidak lama karena rasa nyeri yang menghinggapi bagian punggung dan bahunya.

Raut wajah Irene berubah seketika. Irene mulai panik dan berniat memanggil Dokter. Namun, Ratu mencegahnya, "Nggak apa-apa, Mi. Cuma sebentar sakitnya."

Irene duduk dikursi sebelah ranjang, "Kalau ada yang sakit langsung bilang Mami, ya? Jangan dibiarin aja."

Ratu mengangguk. Tidak lama Suho dan kedua Kakaknya datang. Masing-masing membawa satu bungkusan plastik.

"Gimana, Dek? Udah baikan?" Wooseok meletakan plastiknya di meja.

Ratu mengangguk, "Nggak apa-apa, Bang."

Pacar Dingin-Cha Junho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang