"Mia itu, siapa?"
Rasanya seperti dijatuhi bola besi seberat 100 kg tepat mengenai kepalanya dan isi isi kepalanya berceceran begitu saja.
Chanyeol terkejut. Jujur ia terkejut. Darimana istrinya ini tahu mengenai Mia? Apa ia sempat menggeledah ponselnya? Kalau iya kapan? Seungwan tak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya. Kalaupun iya, Chanyeol yakin pesan teksnya dengan Mia sudah tenggelam dan mungkin berada di urutan ke 100.
Percayalah, bekerja menjadi seorang pengusaha apalagi di jaman yang modern begini akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget.
Mia memang mengirim pesan, beberapa kali, di satu minggu pertama mereka berpisah. Atau lebih tepatnya ditinggalkan Chanyeol.
Tentu saja Chanyeol abaikan. Ia hanya membaca pesan pesan tersebut dan mengabaikannya. Ia belum sempat menghapus isi isi pesannya dan memblokir kontaknya, sampai sekarang.
Sementara tatapan Seungwan tak lepas dari suaminya, Chanyeol memutar otaknya dengan sangat keras. Berpikir jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Seungwan.
Chanyeol tak tahu, pikirannya benar benar suci hingga noda sedikitpun tak terlihat. Maksudnya ia tak bisa berfikir apa apa hingga detik ke-5 ini. Bahkan ide untuk menjawab secuil pun tidak ada.
"Chanyeol."
"Iya.... Seungwan", jawab Chanyeol pelan. Jeda beberapa saat hingga ia melanjutkan kalimatnya.
"Aku.. aku tak punya kenalan bernama Mia", Yah, setidaknya hanya kalimat itu yang terlintas diotak Chanyeol saat ini. Chanyeol menahan dirinya sekali lagi untuk tidak bergerak gelisah.
Padahal jantungnya saat ini sudah tak bisa dikontrol lagi. Mereka bekerja terlalu cepat.
Bukan pertanyaan tentang Cha Eun Woo, malah pertanyaan tentang Mia yang ia lontarkan.
Seungwan menggenggam erat toples kue keringnya, kedua alisnya menaik. Rasanya tak percaya dan tidak puas dengan jawaban yang diberikan Chanyeol. Kalau ia tidak punya kenalan bernama Mia, lalu yang ia lihat beberapa minggu yang lalu itu apa?
Sungguh, Seungwan penasaran dengan nama itu. Siapa dia dan apa hubungannya dengan Chanyeol.
Seungwan merasa saat ini Chanyeol sedang berbohong. Kedua mata itu tak dapat mengelabuinya. Walau sikap tenang yang Chanyeol perlihatkan saat ini, Seungwan tahu Chanyeol menyimpan jawaban rahasia didalam benaknya sana.
"Jangan bo---", kalimatnya terputus. Saat Hani yang berselimut tebal diatas kasur tiba tiba terbangun dan menangis kencang. Seungwan menoleh, menatap anaknya khawatir. Ia menaruh sembarang toples kue kering itu dan berjalan cepat menuju Hani.
Chanyeol berdiri dari duduknya. Laki laki itu antara kaget dan bersyukur, karena gangguan gangguan yang tidak terencana. Jadi ia tidak harus melanjutkan menjawab pertanyaan mematikan Seungwan.
"Kenapa sayang? Kebelet pup ya?" Hani sudah membuka matanya dan meredakan tangisannya, ketika tangan ibunya mulai melingkari tubuhnya dan mengelusnya sayang.
Seungwan mengangkat Hani dan berlalu dari Chanyeol. Chanyeol menatap pintu yang ditutup dengan pelan itu dengan hati yang berdebar debar. Aneh. Ia sudah tidak selingkuh lagi, namun kenapa rasanya saat ini ia sudah seperti orang selingkuh saja?
Perasaan was was dan takut mulai memenuhi relungnya, bahkan ia baru merasakannya sekarang. Walau ia sudah meminta maaf pada Seungwan dan wanita itu memaafkannya, tapi tetap saja. Dua persepsi yang berbedalah yang terjadi saat itu.
Chanyeol meminta maaf karena dirinya berpaling dari Seungwan, mengabaikannya beberapa minggu terakhir dan memilih perempuan muda lainnya. Sementara dalam pikiran Seungwan, Chanyeol meminta maaf karena sudah egois dan tak mau mendengarkan penjelasan darinya karena Eunwoo mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Years Old Chanyeol | wenyeol
FanfictionSelamanya setia ada dalam kamus Seungwan. Namun, apa selamanya setia juga ada dalam kamus Chanyeol? Ketika orang bijak mengatakan kesetiaan laki laki diuji saat ia berada di puncak karirnya ada benarnya juga. 36 tahun Son Seungwan harus merasakan pe...