Iqbaal point of view
***
Setelah mama pergi aku tak bisa tidur, perasaanku campur aduk tanpa bisa dideskripsikan. Belum lagi (Namakamu) yang sampai saat ini tidak bisa aku hubungi. Ponselnya aktif hanya saja dia tidak mengangkatnya. Sudah lebih dari 20 panggilan tak terjawab mungkin masuk ke ponselnya.
Aku melirik jam dinding. Sudah pukul sembilan malam, dan (Namakamu) sama sekali tidak berkunjung kesini. Aku mengutak-atik ponsel akan menghubungi Salsha. Mungkin saja dia tahu (Namakamu) dimana.
'Hallo?'
"Hallo Sha"
'Apa? Tumben inget gue?'
"Sha, (Namakamu) dimana?"
'Kok nanya gue lo kan pacarnya?"
"Bisa tolong lihat di kamar kosnya gak?"
'Iya bentar.'
Aku menunggu balasan Salsha dengan gelisah.
'Gak ada, (Namakamu) gak ada di kamar—'
Aku mendengar suara tak jelas.
'Eh itu suaranya di teras, bentar gue liat dulu.'
Aku menunggu lagi dengan cemas, tapi mendengar (Namakamu) ada di kosannya membuatku sedikit lega.
"Ada Sha?" Tanyaku memastikan sebab Salsha tak kunjung bersuara.
'Ntar, lo liat sendiri deh ya.'
Aku mengernyitkan sampai akhirnya Salsha meminta panggilan suara kami dialihkan ke panggilan video. Aku langsung menerimanya.
Dalam layar aku melihat (Namakamu) berhadapan dengan seorang laki-laki, Aldi. Tanpa pikir panjang aku langsung mematikan panggilan dan meraih jaket menuju kosan (Namakamu).
Aku tidak mau berpikir negatif atau apapun. Yang aku tahu, yang aku ingin saat ini adalah bertemu dengan (Namakamu). Aku harus tahu dulu alasannya tanpa menyalahkan. Aku harus lihat dulu wajahnya yang aku rindukan.
Aku tiba di kosan (Namakamu) setelah membayar ongkos ojek online. Aku menatap pagar hitam kosannya yang tertutup. Aku menelpon (Namakamu) lagi. Tapi tidak diangkat. Lalu mengirim pesan. Tapi pesanku belum bertanda centang dua.
Aku mengusap rambutku kesal, lalu menelpon Salsha. Awal panggilan tak terhubung tapi kedua kalinya terhubung.
'Hallo kenapa Baal?'
"Gue minta tolong suruh (Namakamu) keluar, gue di depan."
'Iya bentar.'
Lama aku menunggu, hanya mendengar suara tak jelas dari ponselku.
'(Nam...) Iqbaal ada didepan, Lo gak mau nemuin?'
Aku mendengar suara Salsha berteriak. Tak ada respon lama sampai Salsha berteriak lagi.
'(Nam...) Lo gak mau keluar?'
Rasanya aku ingin segera masuk kedalam, dan mengetuk pintu kamar (Namakamu), aku benar-benar tidak sabar.
'Hallo baal?'
"Iya Sha, gimana?"
'Dia geleng-geleng, gak mau keluar.'
Aku menunduk kecewa. Ada apa dengan (Namakamu)? Mengapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini membuatku tak suka. Kali ini apa lagi? Apa dia bosan denganku? Atau dia masih mencintainya mantannya. Detik ini aku mulai berpikir yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putar Balik
FanficAwalnya (Namakamu) kira Iqbaal mendekatinya karena tulus, tapi cowok kurus itu hanya modus! Berbulan-bulan (Namakamu) terjebak cinta lamanya, lalu Iqbaal datang membuka sisi hatinya yang dipenuhi kenangan usang. Tapi, saat (Namakamu) mulai jatuh pa...