Terungkap - Part 2

836 99 32
                                    


Dua tubuh yang hampir membiru itu dibawa ke ruang bawah tanah dimana jadi tempat yang biasa digunakan untuk 'menggambar'.

Sarung tangan berwana hitam membentuk jemarinya yang mungil namun lihai menggunakan benda tajam bernama pisau itu indah. Senyumnya mengembang kala melihat wajah tak berdaya dari kedua korbannya. "Oh ayolah, ini begitu indah." Pujian itu mengudara. Dadanya membuncah gembira.

Sebuah pinset berada ditangan, bagian dada dari manusia yang sudah kehilangan nyawa sejak dua jam yang lalu akibat gas asfiksian yang dihirup dengan sengaja. Diletakkan diatas sana, salah satunya mulai mengukir dengan tenang.

Darah kecil merembes, sebab kematian sudah terjadi sejak beberapa jam lalu. Senyumnya makin terkembang, ditariknya garis miring sedalam mata kaki menggunakan pinset itu tepat di pertengahan antara dada korbannya.

"Maaf Jisung, tapi sepertinya kau harus segera menemui Felix dengan ukiran indah ini ditubuh mu." Kini giliran bagian tenggorokan Jisung; si mayat yang sedang jadi kanvas lukisannya, disayat dengan perlahan. Ditekan cukup dalam hingga dirasa kerongkongan itu terputus. Kikikan nya mengudara.

Mengambil pisau yang berukuran lebih besar, ujungnya dibakar. Setelah dirasa cukup panas, ditempelkan diatas permukaan kulit pucat dan dingin itu.

Asap kecil mengepul, bau dari daging bertemu permukaan panas menggelitik indera penciumannya. Aroma yang sangat menarik dan candu. Menghirupnya seolah bau itu berasal dari lilin aromaterapi.

Diatas perut itu dibuatnya garis panjang-panjang, tak beraturan namun dimatanya bagaikan sebuah seni. Jemarinya meraba permukaan kasar kulit terbakar itu, sensasinya menyenangkan.

Juugh!!

              Juugh!!

Jughh!!

Dalam satu tarikan nafas kemudian perut itu ditusuk sebanyak tiga kali menggunakan pisau yang sama. Tak banyak darah yang keluar sebab pembuluh darah telah berhenti. Lantas pada tusukan terakhir, ditekannya dalam-dalam pisau itu hingga menyentuh setidaknya usus atau lambung. Mata pisau itu terbenam di kedalam tujuh centi meter.

Ugh.

"Ini menyenangkan sungguh."

Dan dalam satu tarikan pisau itu membuat garis lurus hingga mengakibatkan perut itu terbuka dan menganga cukup lebar. Memperlihatkan isi nya pada si pemegang pisau. Ia bangga akan hasil kerjanya yang selalu berakhir menakjubkan. Ayolah, harus diakui bahwa jiwa seninya memang mengagumkan.

Lantas ia beralih, lirikannya jatuh pada sosok tak bernyawa yang berbaring tepat di sebelah mayat Jisung. Kanvas barunya.

"Giliran mu, Kim Woojin."

🔪

Hwang Hyunjin, pria itu kini tengah bergulat dengan notebook-nya tak ada henti demi sebuah pekerjaan yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Semenjak dua rekannya menghilang dan sang ketua sekarat, pekerjaan bertambah menjadi dua kali lipat. Ia masih mencoba mencari latar belakang Minho, ketambahan Felix juga sebab siapa tahu ada sesuatu antara dua saudara tiri itu.

Seungmin masuk ke dalam kamar tempat dimana Chan dirawat, Hyunjin mendongak sejenak untuk sekedar menyapa Seungmin yang datang membawa dua cup kopi yang kemudian di letakkan di atas meja, di sebelah notebook-nya.

"Ada yang menarik, Hwang?" Seungmin duduk di sebelah Hyunjin. Menyilangkan kakinya sembari melirik layar notebook Hyunjin yang berisi deretan tulisan layaknya barisan para semut.

"Buntu." Seungmin mengembus pelan, matanya kini tertuju pada sosok Chan yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Tubuhnya di penuhi alat penolong pernafasan juga penstabil detak jantung sebab berkat peluru yang bersarang di jantungnya itu menyebabkan benda itu bocor. Terhitung sudah dua hari Chan belum sadarkan diri.

[7]SEXY KILLER || SKZ [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang