Outro

1.3K 107 67
                                    

Ruangan sempit dengan sebuah meja dan satu buah kursi yang jadi satu-satunya perabotan disana kini di isi oleh dua orang pria yang telah berdiam sejak dua jam lamanya. Hanya saling bertukar pandang, lalu saling mengabaikan, atau salah satunya memberikan senyuman remeh yang sama sekali tak mampu membuat yang lainnya sebal atau bahkan marah.

"Masih tidak mau bicara, Dr. Seo?" Elangnya mengarah pada sosok yang dahulu dipandang manis dan ramah, kini di sekitar wajahnya terdapat bekas luka bakar serta tangan kirinya terbalut perban hingga ke lengan atas.

Luka itu didapat akibat kejadian satu bulan lalu, dimana mereka atau lebih tepatnya salah satu dari mereka memutuskan untuk membakar tubuh mereka di dalam kobaran api. Meskipun semua itu termasuk dalam rencana gila yang ia tawarkan, tetap saja tindakannya itu mendapat kecaman. Tapi peduli apa? Ia ingin egois untuk pertama kalinya.

Bahkan bayaran yang didapat dari ide gila itu adalah wajah rupawannya pun turut terkena luka bakar, mungkin lebih parah dari sang lawan bicara sebab ketika itu ia masih memikirkan si pelaku yang selama ini ia cari.

Pada punggungnya terdapat luka bakar yang cukup lebar, bahkan lengan atas kanan dan kaki kirinya pun terdapat luka yang membuat pergerakannya terbatas.

Seorang detektif paling pintar dan diakui perkara perkejaannya yang sangat sempurna itu sekarang terlihat sangat pendiam, seolah sangat terpuruk akan sesuatu. Ya memang benar begitulah kenyataannya.

"Apa yang harus aku katakan? Aku tidak melakukan apapun." Jawaban yang lolos dari bibir itu membuat Chan membuang muka. Kendati ia tahu bahwa Changbin itu adalah iblis, tapi entah kenapa dirinya masih saja menyimpan simpati akan sang dokter.

"Katakan semuanya. Alasan mu membunuh anak-anak itu, membunuh rekanku, semua buku-buku bersampul hitam, dan membuat semua kekacauan ini. Kau tidak bisa lagi mengelak, Chef Lee telah mengatakan segalanya."

Changbin memiringkan kepalanya lantas tersenyum miring. Memandang lurus pada Chan.

"Nah, kau sudah tahu semuanya. Lalu kenapa masih butuh pengakuan ku? Lucu sekali." Lantas lelaki itu bermain-main dengan tangannya yang terborgol di bawah meja, sedangkan Chan mengembus kasar.

"Kami butuh pengakuan secara langsung darimu. Agar kasus ini bisa selesai, dan aku dapat segera diadili." Chan menuding Changbin, dan sang dokter malah terkikik.

"Itu menguntungkan bagiku? Jika tidak, aku tidak mau. Lagipula aku punya hak untuk tetap menutup mulut, aku punya pengacara." Kemudian Changbin mengedipkan sebelah matanya pada Chan. Sisi lain Changbin yang Chan baru ketahui.

Ternyata selama ini ia sepenuhnya tertipu. Topeng Changbin membuatnya termanipulasi dengan sangat baik. Chan benar-benar tidak menyangka.

"Tidak ada pengacara yang mau membela pembunuh kejam seperti kau."

"Terimakasih atas pujiannya." Changbin menyeringai, kornea karamel yang biasanya mengendar polos itu kini terlihat begitu menyeramkan. Seolah terdapat kabut yang menutupi indah disana.

Tak mendapatkan apapun, Chan mau tak mau menggunakan rencana lainnya. Dimana ia akan menggunakan cara terakhir untuk membuat Changbin berbicara. Salah satu saran yang diberikan oleh kekasih Changbin, Minho.

"Bawa tas nya masuk." Chan tiba-tiba berbicara membuat perhatian Changbin tersita, alisnya bertaut setelah mendengar Chan mengatakan sesuatu yang sudah pasti tidak ditujukan untuknya.

Melainkan ditujukan untuk rekannya yang berada di ruangan sebelah ruang interogasi, memantau dari tempat lain.

Tak berapa lama, Hyunjin masuk ke dalam ruangan tersebut dengan sebuah tas tas besar hitam yang sama seperti milik Changbin ketika hari dimana ia mencoba untuk kabur. Menyadari itu pupil Changbin sontak melebar.

[7]SEXY KILLER || SKZ [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang