✔-19

3.4K 359 14
                                    


Maap kalau Ada typo~
Untuk bahasa, mohon maap kalau bingung:) soalnya gue buat baku and nonbaku.
Dan untuk kayak keterangannya itu gue ubah jadi baku. Mohon di mengerti~
.

.

Sudah seminggu sejak iyas mengajak wara jalan itu wara sama sekali tidak memperlihatkan Batang hidungnya. Bahkan pulang ke rumah pun tak pernah kata bundanya.

Tinggalah iyas yang seorang diri. Ia merutuki dirinya karena telah mengucapkan bahwa ia berpacaran dengan bibin. Ternyata itu berpengaruh besar terhadap wara.

"Mikirin wara?"

Iyas kaget sampai bakso yang ada dimulutnya keluar lagi, sampai bagas memandangnya jijik.

"A-apa sih enggak! Haha, ngapain mikirin tu anak? Gabut banget gue mikirin dia." iyas menunduk lagi.

Bagas ngusap punggung iyas, "Udah ga usah gengsi. Gue tau lo kalau mikirin seseorang itu gimana. Sebelum terlambat, mau cari wara ga?"

Iyas mendongak sambil berbinar. Memang sahabatnya itu paling pengertian padanya.

"Pulang sekolah aja ya."

"Sekarang aja gimana?"

Pletak!

"Sekolah."

"Iya iya gas.." iyas cemberut.

Bagas dan iyas tertawa sampai pundak iyas ditepuk sama seseorang.

"Sayang.."

"Eh? Bibin. Kenapa?"

Bibin duduk di sebelah iyas, ngusap rambutnya sayang. Iyas hanya tersenyum maklum atas perlakuan pacarnya.

"Nanti temenin aku cari kadonya hanna."

Iyas mendelik dan mengumpat di dalam hati. Pasalnya ia akan ikut bagas mencari wara, tapi disisi lain dia juga sayang sekali pada hanna dan mustahil untuk menolak ajakan kekasihnya.

"Jam berapa?" katanya sambil mengusap lengan bibin.

"Pulang sekolah."

Iyas kembali mendelik lalu menatap bagas. Bagas pun cuma mengendikkan bahunya sekilas.

"M-malem ga bisa?"

Bibin menatapnya datar, "Khawatir sama wara?"

Iyas sontak berdiri dan menggebrak meja. Itu perilaku yang tak disadarinya.

"Kenapa?" tanya bibin menarik tangan iyas agar kembali duduk.

"Aku bener kan?" bibin menyeringai kecil.

"Seberapa penting sih dia di hidup kamu?" iyas menatap pacarnya itu tak percaya.

Hari-hari kemarin bibin bersikap hangat sekali padanya. Tapi kenapa hari ini saat membicarakan tentang wara, bibin mulai kasar padanya? Segitu cintanya kah bibin ke iyas?

"Dia–"

"Kamu suka kan sama dia?"

Plak!

Iyas reflek menampar bibin didepan semua orang. Sungguh, itu sangat diluar dugaannya. Iyas tidak bermaksud untuk nampar pacarnya sendiri. Tapi hati iyas menyuruh untuk melakukan itu.

Bibin terkekeh sinis, "Kenapa? hm? Kamu suka kan sama wara?"

"Gue kira lo baik bin."

Bibin diam memandangi iyas yang terlihat sangat marah.

"Ternyata lo brengsek kaya gini. Gue kecewa sama lo."

"Gue? Brengsek? Okay fine! Tapi darimana brengseknya ha?!"

You Like Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang