Teman atau sahabat?

21 5 0
                                    

*ke esokan hari nya seperti biasa aku bersiap-siap untuk pergi ke kantor setelah menyiapkan makanan chimmy aku segera memakai sepatu

"Bruk" suara pintu yang tertutup bersamaan lalu saling memandang dengan canggung

"Hallo selamat pagi, apa kau akan berangkat kerja?" Menyapa dengan suara terbata-bata seperti orang salah tingkah

Aku hanya mengangguk guna membenarkan pertanyaannya lalu pergi lebih dulu dan dia mengikuti di belakang

"Ah iya" ucapnya mengerti lalu kita saling berdiam diri

"Berangkat naik busway? Dan kalo boleh tau kerja dimana? Sebagai" belum selesai dia bertanya aku menoleh ke arahnya yang menatap ke arahku dia sepertinya terkejut karena langsung memalingkan wajah.

"Ah maaf kalau terlalu banyak bicara, hanya bertanya saja, aku pikir sejak kejadian kemarin kita bisa menjadi lebih akrab" ucapnya mencoba menjelaskan

Dan entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak, sungguh aneh biasanya aku tidak pernah perduli lagi kepada seorang laki-laki

"Tidak apa-apa" menganggukan kepala lalu masuk ke dalam busway, aku duduk dekat jendela lalu tanpa sadar melihat kearah seokjin dia melampaikan tangan dan tersenyum aku langsung memalingkan wajah.

*sejak kejadian kemarin aku jadi mengingat namanya. tidak ada salahnya bukan mengingat nama seseorang yang telah menolongku.

Setelah sampai di kantor seperti biasanya aku menjadi bahan tatapan setiap mata dikantorku

"Cih, menyebalkan sekali" ucapku pelan
"Heiii pagi-pagi udah murung, udah jangan dipikirin kan masih ada aku teman mu yang cantik dan imut ini" ber-aegyo

Aku hanya mengangkat jempol guna meng-iyakan ucapannya lalu memberikan satu susu pisang padanya dan pergi begitu saja

"Terimakasih temanku yang cantik tapi kaku" ucapnya sambil berteriak. Sontak aku langsung menengok dengan mata yang melotot.

"Viss aku cuma bercanda, semoga harimu menyenangkan" melambaikan tangan lalu pergi

*jam makan siang
"Hei ayolah, jangan kerja terus ini waktunya makan siang" sambil menarik paksa tanganku untuk pergi.

Ya setiap istirahat dia selalu menyempatkan waktu untuk menjemputku hanya sekedar untuk makan bersama padahal dia bisa saja makan dengan orang lain karena dia juga memiliki teman banyak di kantor.

*taman dekat kantor
Ya aku dan jina memang biasa makan di taman karena kami selalu membawa bekal, sebenarnya awalnya hanya aku saja yang sering membawa bekal aku hanya berpikir harus berhemat dan menghindari orang-orang dikantor kalau makan dikantin aku merasa tidak nyaman tapi dia jadi ikutan bawa bekal.

"Kamu bawa bekal apa hari ini?" Bertanya penasaran sambil menungguku membuka kotak makanan

"Seperti biasanya hanya ditambah buah-buahan, mau?" Ucapku menawarkan

"Ah kau sangat pengertian sekali padahal aku baru saja akan meminta, sayang sekali kau sangat kaku" cekikikan sendiri

"yaaaa, Tak akan kuberi jika kau masih saja meledekku" ucapku ketus

"Iya iya aku hanya bercanda" mempoutkan bibirnya ke depan

"Aku suka sekali kita makan di taman mengingat pertama kali aku bertemu denganmu juga di taman ini" sambil melahap makanannya

"Iya kau terus saja menggangguku padahal aku hanya ingin sendiri" ucapku sambil menatapnya

"Hmm entah kenapa aku sangat ingin berteman denganmu kau berbeda selalu saja sendirian, seperti...."menanggalkan ucapannya  yang bernada pelan sambil menahan tangis

"Sudahlah jangan di ingat lagi dia sudah tenang disana" ucapku mencoba menenangkannya karena tau apa yang sedang mengganggu pikirannya saat ini

"Heem, Btw gimana keadaanmu sekarang?" Bertanya serius

"Lumayan ada peningkatan" berbicara dengan nada datar

"Ah seriusss lain kali kau harus menceritakannya padaku ya" ucapnya senang dan antusias

Ya begitulah sikap jina tidak pernah memaksaku, dia adalah satu-satunya orang yang tau cerita masalaluku entah kenapa semenjak dia terus mendekatiku dahulu akhirnya aku luluh dan mau berteman.

Awalnya aku tidak menceritakannya namun dia seperti tau penyakitku dia selalu melindungiku ketika ada pria yang akan mendekatiku

Akhirnya saat itu aku memberanikan diri untuk bertanya dan ternyata dia merasa jika melihatku seperti mengingat adiknya yang meninggal akibat depresi pembulyan bahkan dia lebih parah dariku dia takut bertemu semua orang, maka dari itu dia selalu melindungiku.

"Eh udahan nih istirahatnya yuk ke kantor lagi" ucap jina sambil merapikan kotak makan

Aku menganggukan kepala lalu kita berdua kembali lagi ke kantor.

Gimana-gimana nih ceritanya?
Maaf ya kalo kurang feel nya 😂 aku usahakan agar dapat menulis lebih baik lagi
Seperti biasa jangan lupa komen dan vote 💜

Distruzione Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang