Start

794 21 0
                                    


Namanya Keyra Egy Pillanatra. Namun ia lebih suka dipanggil Keyra dari pada Egy Pillanatra. Kalian tau kenapa? Egy Pillanatra dalam bahasa Hungaria artinya sesaat. Sebab Mamanya seorang Imigrasi dari Hungaria, sementara Papanya asli dari Indonesia tepatnya Pariaman. Ia tak tau mengapa orang tuanya memberikan nama itu, namun yang pasti ia tidak pernah menyukainya. Baginya Egy Pillanatra adalah nama kutukan. Sama hal dengan hidupnya, yang dilahirkan sesaat untuk menikmati kebahagiaan, sampai semuanya benar-benar musnah.

Lima tahun yang lalu, gadis berusia 13 tahun harus menangung hidup sebagai yatim piatu. Ditinggal keluarga tercinta membuatnya menjadi gadis kecil rapuh, seakan kebahagian dirampas dari hidupnya.

Jika saat itu ia tak memaksa untuk pergi berlibur ke kampung halaman Mamanya di Hungaria, malapetaka itu tak mungkin terjadi. Namun Takdir tak dapat dielakan dan ia harus menerimanya. Papa dan Mamanya lebih dulu pergi, menghadap Sang Pencipta dan meninggalkan luka. Hingga kebahagian hanya sesaat mampir, sebelum direngut oleh takdir.

Sejak saat itu ia sangat membenci nama belakangnya, ia lebih suka seseorang memanggil namanya Keyra yang artinya cantik. Tentunya nama itu sesuai dengan dirinya, gadis pemilik tubir mungil dan wajah sedikit kebulean, memiliki mata coklat bulat yang indah, kulitnya putih namun tubuhnya sedikit lebih pendek. Karena ukuran tubuhnya yang pendek itulah Keyra akhirnya dipertemukan dengan Mohamed Atlas AlFateh, pria dengan tubuh tinggi dan wajah tampan yang mampu menebar rindu pada hati gadis di sekolah Taruna Bangsa.

"Cantik sih, tapi sayangnya pendek. Nanti kalau gue jalan sama dia, dikirain adek gue lagi," Tukasnya saat sedang duduk di belakang kelas dengan segerombolan murid laki-laki di jam kosong pelajaran.

"Kalau yang duduk paling depan, rambut di kuncir dua gimana Las?" tanya Rio.

"Nggak deh, culun. Gue nggak suka sama cewek yang kelakuannya kayak anak TK, nanti dikatain memacari anak di bawah umur." Atlas tertawa terpingkal-pingkal diikuti oleh anak laki-laki lainnya yang ikut gabung, dengan segerombolan anak-anak yang selalu bikin rusuh di dalam kelas.

Suasana di kelas semakin heboh, saat beberapa anak laki-laki bermain ABCD dengan menyebutkan nama-nama benda, jika salah satu dari mereka tidak bisa menjawab, mereka harus rela wajahnya untuk dicoret sebagai hukuman. Sementara rombongan yang lainnya memilih untuk bernyanyi, sehingga suasana kelas tidak bisa lagi dikendalikan.

Keyra yang tak ingin jam kosong pelajaran di isi dengan hal-hal tak berguna, sehingga ia lebih memilih ke ruangan guru, untuk meminta tugas mengisi kekosongan mata pelajaran yang gurunya hari ini tidak dapat hadir. Setelah mendapat soal, Keyra kembali lagi ke kelas. Tiba-tiba suasana yang tadi heboh, mendadak hening. Semua menoleh pada satu orang yang sedang berdiri di depan kelas, sambil menuliskan soal-soal Matematika pada papan tulis.

Atlas berdiri dari tempat duduknya, kemudian berjalan ke depan dan duduk di atas meja. Ia melipat kedua tangannya di dada, dengan tatapan tidak suka. Sesekali berdeham, sehingga membuat beberapa siswa di kelas saling melirik satu sama lain.

"Eh, ustadzah. Kalau lo mau caper sama guru, bukan di sini tempatnya! Maksud lo apa, pake minta tugas ke ruang guru? Gue ingetin sama lo, Ini kelas XII IPS B, bukan XII IPS A. Jadi sebagai penghuni baru di kelas ini, lo nggak ada hak buat ngatur-ngatur. Ketua kelasnya gue, jangan sok jadi penguasa!" Atlas menatap Keyra tidak suka.

Ya sejak kelas 1-2 Keyra selalu berada di kelas unggul (A), nilai yang stabil membuat gadis itu selalu menjadi murid kebanggan sekolah. Namun menginjak kelas tiga ada musibah terjadi dengan Keyra, yang akhirnya memaksa gadis itu harus dipindahkan ke kelas XII IPS B.

"KEYRA & ATLAS: Tentang Luka, Cinta dan Sebuah Penantian" (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang