Dark Day

137 11 2
                                    

Pagi itu untuk pertama kalinya dua orang yang selalu berkelawanan, tak pernah akur datang bersamaan. Namun mereka datang lebih awal, sehingga sekolah masih terlihat sepi. Hanya satu atau dua orang yang sudah datang itupun anak kelas satu yang belum terlalu kenal Keyra dan Atlas. Meski Atlas cukup popular di sekolah, ternyata ia tak cukup popular di adik-adik kelas satu.

"Kamu mau bubur ayam Kang Maman?"

Keyra menggeleng.

"Ya udah kalau gitu aku tinggal ya?"

"Lah bukannya tadi udah sarapan?" Tanyanya sambil menahan tawa.

"Udah deh nggak usah ngeledek, walau asin juga buktinya kamu doyan."

"Ya kan ngehargain kamu," Tukasnya tersenyum yang dibalas Atlas dengan senyuman juga.

"Ya udah aku keluar ya. Saolnya emang Lagi pengen makan bubur ayam Kang Maman di samping sekolahan. Buburnya enak," Tukasnya berjalan ke luar kelas.

"Hmmm yang kenyang makannya."

Ia hanya geleng-geleng melihat sikap Atlas. Sikap yang dibencinya kini menjadi sesuatu yang membuat ia candu. Keyra mengeluarkan bukunya, kemudian mengulang-ulang pelajaran, karena dua hari lagi akan di adakan Ujian Nasional. Tentunya ia harus mempersiapkan segala sesuatunya termasuk fokus menghapal materi-materi yang diajarkan oleh guru-guru.

Namun pagi itu terasa aneh, satu persatu siswa datang menatap Keyra dengan tatapan jijik dan sinis. Keyra menyapa Tiara, namun gadis itu memilih menjauh dan mengacuhkan dirinya. Keyra merasakan ada yang aneh dengan hari ini namun ia tidak tau apa yang membuat teman-teman sekelasnya tiba-tiba menjauhinya.

Keyra memilih cuek dan tak peduli. Pikirnya, bisa jadi teman-temannya masih berpikir tentang video kemarin. Maka Keyra tetap fokus melanjutkan belajarnya. Namun tiba-tiba geng Anna masuk dan berdiri di depan meja Keyra. Anna menarik buku Keyra dan memberikannya ke Ulan yang ada di sampingnya.

"Gue kira lo itu cewek baik-baik, alim secara tertutup gitu. Hhmmm dan nggak terlalu terbuka sama cowok. Tapi nyatanya tampang polos lo ini boleh juga buat narik om-om, terus porotin deh uangnya. Secara lo kan orang miskin, pasti butuh banget uang ya?" Tukas Ana tertawa.

"Wajahnya berbeda banget sama kelakuannya!" Timpal Ulan.

Larisa yang baru datang bersama Reno tiba-tiba masuk kelas menatap Keyra dengan tatapan dingin. Larisa memapah Reno yang baru saja sembuh ke tempat duduknya, Keyra tersenyum menyambut Reno, ia berjalan ke tempat duduk Reno, sementara teman-temannya menatap Keyra jengkel dan jijik.

"Ren kamu udah sekolah?"

Reno tak menjawab, ia justru membenamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya. Teman-teman yang meyaksikan tertawa melihat Keyra pertama kali dicuekin oleh Reno. Gadis itu terpaku, kemudian berjalan ke arah bangkunya kembali.

"Kalau sekolah..sekolah yang bener. Dikasih uang berapa sih lo, sampai ngejual diri buat biayain hidup. Gue tau Key, biaya hidup di Jakarta mahal, tapi nggak ngorbanin harga diri juga kali!" Tukas Larissa, kali ini membuat dadanya terasa sesak.

Keyra meremas roknya, ia menundukkan kepalanya dan matanya mulai berair. Semua siswa kini menghujatnya, atas apa yang tidak ia ketahui sama sekali. Apakah ini nasibnya, setelah ditinggalkan, kini ia harus menanggung beban yang tak seharusnya ia tanggung.

"Sok suci lo, mending lepasin aja jilbab lo!" Kamal ikutan geram.

"Tau, percuma aja pakai jilbab tapi Jablay, idih untung gue nggak temenan sama ni orang." Ana menunjuk wajah Keyra.

Keyra masih menangis dan membenamkan wajahnya di atas meja, membiarkan hujatan dari teman-temannya terus bergantian menyerangnya. Reno yang tidak tega tiba-tiba berdiri.

"KEYRA & ATLAS: Tentang Luka, Cinta dan Sebuah Penantian" (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang