Minggu itu Keyra hanya duduk di depan jendela sambil menopang dagunya, sambil memandang ke taman. Tiba-tiba memori tujuh tahun silam berputar-putar tanpa jeda di kepalanya. Awalnya ia menahan isakan yang ingin meledak. Beriringan rintikan hujan yang jatuh ke bumi dari yang semula gerimis tiba-tiba menjadi deras, dan saat itulah tangisnya pecah tersamarkan oleh hujan.
"Pah, Mah harusnya aku yang mati waktu itu," Cercanya dalam isakan tangis yang semakin keras.
Atlas yang bingung mengapa Keyra sejak pagi tak keluar kamar, begitu penasaran kemudian menyusul istrinya ke kamar. Mengingat hari sudah siang dan ia belum juga makan sejak semalam.
Atlas membuka slot pintu kamar Keyra, matanya terbelalak saat Keyra menangis di depan jendela sambil memukul-mukul kepalanya. Atlas langsung berhambur ke dalam dan memeluk Keyra dari belakang.
"Udah Key, udah kalau lo seperti ini nggak akan ngebalikin keadaan." Atlas menahan tangisnya, meski tanpa sadar air matanya sudah mengalir di pipi.
"Harusnya gue yang ngegantiin papa sama mama Las, gue pembunuh." Tangisnya semakin menjadi.
"Kalau lo yang ngegantiin Mama sama Papa lo, terus gimana sama nasib gue Key. Gue nggak mungkin ketemu lo dan jatuh cinta sama lo. Berarti lo egois!" Atlas melonggarkan pelukkannya kemudian menatap Keyra tajam.
"Atlas!" Tangisnya tiba-tiba terhenti, sambil menatap suaminya.
"Dengar aku Key. Meski kamu jatuhin diri ke jurang, gantung diri atau minum racun sekalipun, tetap nggak akan ngerubah semuanya. Sesuatu yang sudah terjadi biarlah terjadi, biarkan takdir bekerja dengan masa yang sudah Tuhan tentukan. Lakukan apa yang belum pernah kamu lakukan, jangan sia-siakan kesempatan yang udah Tuhan kasih untuk kamu Key."
Mata Keyra belum beralih dari manik hitam milik Atlas. Kalimat gue-lo, seketika berubah menjadi aku-kamu membuat dada Keyra berdesir. Ia tersenyum dalam isakan tangisnya, membuat Atlas bingung.
"Kenapa! ada yang aneh?" Tanya Atlas.
"Gue senang dengar lo pakai kata aku-kamu," Ucapnya sambil menghapus air matanya.
"Oalah dikirain apa, sini peluk lagi!" Atlas membenamkan kepala Keyra di dadanya. Matanya menatap ke luar jendela, menatap nanar setiap tetesan hujan yang terus jatuh ke tanah. "Allah jangan Kau ambil dia, Jika Engkau ingin ambil, maka ambil lah aku. Biarkan dia sedikit lebih lama lagi bersamaku, sampai takdir berjalan sesuai dengan ruls nya." Batinnya.
***
Hujan masih belum berlalu dari kota Jakarta, musin hujan di bulan April seakan memberikan ketenangan di tengah-tengah sembrautnya otak dalam menghadapi ujian yang sebentar lagi akan terlaksana. Keyra dan Atlas masih betah duduk di depan jendela dengan selimut yang membaluti tubuh mereka.
Atlas menoleh ke arah istrinya, Keyra masih sibuk menatap air hujan yang terus mengucur dari atap rumah pohonnya, kemudian jatuh ke bawah. Atlas beranjak dari tempat duduknya kemudian keluar dari kamar.
Sementara tatapan Keyra masih belum beralih. Beberapa menit ia membenamkan kepalanya di lutut yang terbungkus selimut. Saat detik-detik ia ingin kembali menangis, Atlas masuk dengan secangkir coklat hangat.
"Key, diminum dulu mumpung masih hangat!" Atlas menyerahkan secangkir coklat hangat itu pada Key.
"Kamu tau dari mana aku suka coklat hangat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEYRA & ATLAS: Tentang Luka, Cinta dan Sebuah Penantian" (End)
Fiksi RemajaKeyra tidak tau kalau lelaki yang dijodohkan dengannya adalah Atlas pria brengsek yang sering membuatnya menangis di sekolah. Apa jadinya jika Atlas menjadi suaminya dan kehidupan Keyra berubah lebih sangat menyedihkan. Setelah divonis mengalami ga...