01

211 6 0
                                    

"Ala ndak mau makann" ujar seorang anak kecil yang baru berumur 3 tahun itu sambil berlari dengan menutup kedua mulutnya dengan tangan kecilnya

"Yasudah ara ngga makan lagi, tapi udah ya nak lari-lari nya nanti jatuh" Ujar sang Bunda yang berusaha menggapai anaknya yang terus saja berlari dengan menutup mulutnya

Tak menghiraukan ucapan sang Bunda anak itu tetap saja terus berlari sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sampai.

BRUK!

"Araa.." Jerit sang Ibu dan berhasil menggapai tangan anaknya

"Shabrina!" Jerit semua orang yang ada di ruangan itu

Ara yang baru saja tersadar mengerjabkan kedua matanya dan melihat sekelilingnya orang-orang menatapnya dengan tatapan marah

"Ara jahat!" Jerit Fadel kakak sepupunya

Ara, gadis kecil itu yang masih tak mengerti dengan apa yang terjadi menatap bingung ke arah kakek, nenek, om, tante dan juga sepupunya yang seperti menatapnya dengan raut yang sulit di pahami oleh anak seusianya

Anak kecil yang tak tau apa-apa itu hanya mampu menundukkan kepalanya takut dengan kedua tangannya yang memeluk kaki bundanya dengan sangat erat

Di bawah sana tantenya Sabrina tak sadarkan diri dengan Ikhsan sepupunya yang telah bersimbah darah

"Adik Farel meninggal karena Ara! Ara Jahat! Farel benci sama Ara. Bencii...!" Jerit tertahan Farel yang di sertai dengan tatapan yang membuat nyali Ara semakin menciut

"Ara bunuh Ikhsan" Ucap Tio kakak sepupunya

"Ara pembunuh" Tambah sepupunya yang lain

Mendengar semua jeritan dan makian itu membuat hati Ara kecil sakit bagai tercabik-cabik

"ARA BUKAN PEMBUNUH. ENGGAAAA...!!" Teriak Ara kemudian terbangun dari tidurnya

Mimpi itu lagi. Mimpi yang terus membayangi nya selama 12 tahun terakhir ini

Peristiwa yang membuat ia bagai orang asing di tengah keluarga nya sendiri. Hampir semua keluarga dari ayahnya menjadikannya bak orang asing, walau samar tapi Zafina merasakannya.

"Ikhsan maafin Zafina yah. Zafina ngga tau, Zafina ngga sengaja" Ucap Zafina yang kemudian isak tangis mulai keluar dari bibir mungilnya

"Ya Allah, Zafina bener-bener ngga sengaja. Zafina sayang sama Ikhsan. Ikhsan maafin Zafina" Racau Zafina terus menerus sambil meringkuk dengan seluruh tubuhnya yang dibalut selimut juga mata yang tertutup dan air mata yang tak berhenti mengalir

Seperti malam-malam sebelumnya, malam seorang Shahraz Zafina Shatara selalu di isi tangisan. Tak pernah ada yang tahu bahwa selama ini dia menyimpan luka yang begitu besar

Setelah peristiwa menyakitkan itu, tak pernah lagi ada malam yang indah, tidur yang nyenyak dan kasih sayang keluarga yang utuh untuknya

🍃🍃🍃

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Zafina selalu bangun paling awal dari semua orang di rumahnya. Mengendap-endap ke dapur lalu dengan gerakan cepat mengambil es batu dan membawanya ke kamar

Selalu seperti itu, mengompres mata sembabnya dengan es batu. Kemudian bergabung bersama keluarganya seolah malam tadi tidak pernah terjadi apa-apa padanya

Melihat pantulan dirinya pada cermin membuat menarik seutas senyum. Bukan, itu bukan senyuman bahagia. Melainkan senyuman miris; mengasihani dirinya sendiri

"Kamu lucu Za, selalu tersenyum manis untuk semua orang. Namun lihatlah dirimu. Begitu malang, hahah kamu munafik Za" Ucapnya sambil memandang nanar dirinya di pantulan cermin

"Zafina... Sudah bangun?" Itu suara sang Bunda, orang yang tak pernah menyalahkannya

Mengusap wajahnya pelan kemudian Zafina berjalan menuju pintu, menarik nafas dalam kemudian seulas senyum manis di terbitkan dari bibirnya.

Knop pintu terbuka memperlihatkan wajah ayu sang Bunda yang sedang bercak pinggang di depan kamarnya.

"Selamat pagi Bundaaa" Sapanya riang pada Bundanya

"ckck pagi anak nakal" Ucap bundanya sambil mengelus rambutnya

"Mandi sana, habis itu sarapan. Ajak kakak kamu sekalian"

"Iya bunda" Ucap Zafina kemudian mengecup pipi bundanya

Shanum, perempuan yang telah melahirkan Zafina itu tersenyum hangat pada putri sulungnya.

Setelah semuanya siap Zafina melangkahkan kakinya menuju meja makan, bergabung bersama kedua orangtua nya dan kakaknya.

"Ujiannya kapan dek?" Itu adalah suara Atala, ayah Zafina

"Sebulan lagi yah"

"Lanjut SMA nya jadi di tempat yang kemarin?"

"Iya yah"

"Ekskulnya gimana dek? SMA nanti lanjut ngga?" Tanya Fadlan kakaknya

"Udah ngga minat kak"

"Loh kenapa? Kakak juga di sana loh"

Pertanyaan itu hanya di balas senyum oleh Zafina

"Masa SMP Zafina di sana ngga enak kak. Karena mereka hanya manfaatin Zafina kak. Ngga ada yang bener-bener tulus. Zafina hanya di jadikan boneka di sana. Zafina bukan benci sama ekskul atau organisasi nya, Zafina hanya muak dengan orang-orang di dalamnya. Dan SMA nanti sebagian dari mereka bakal lanjut di tempat yang sama dan ambil ekskul yang sama, Zafina udah ngga bisa sama mereka" Ucap Zafina, namun ia hanya mampu menyimpannya dalam hati tanpa mampu mengutarakan nya

"Udah ceritanya nanti aja sekarang sarapan dulu, nanti sekolah nya telat lagi"

"Zafina biar aku yang nganter" Ucap Fadlan

🍃🍃🍃

Izinkan Aku Bahagia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang