02

153 8 2
                                    

Bismillah.
Temen-temen tolong jangan jadi silent readers, soalnya ini cerita baru. Masih perlu dukungan dari kalian🤗🤗

Zafina telah tiba di gerbang sekolahnya, dari luar masih nampak sepi pasalnya ini baru pukul 06:45 namun kakaknya yang begitu rajin membuatnya mau tak mau harus mengikutinya

Dipandangi gerbang sekolahnya itu. Kemudian menarik nafas dalam. Waktunya di sini sebentar lagi telah usai, namun tak ada sedikitpun kisah yang indah yang dia ukir bersama teman-teman nya. Yang ada hanya tawa palsu dan kesedihan, tak ada tawa dan senyum bahagia. Semua sendu, sunyi dan senyap.

Menghela nafas dalam, Zafina kemudian melangkahkan kakinya memasuki pekarangan sekolah. Masih sepi pikirnya.

Angin yang berhembus di pagi ini masih terasa sejuk. Kaki dan tangan Zafina terasa dingin, walau telah di balut dengan kaos kaki dan handsock. Kuliat tangan dan kakinya memang sesensitif terhadap udara dingin

Zafina berjalan sambil menunduk, selalu begitu. Ia tak punya cukup keberanian untuk mendongak. Hatinya terus harap-harap cemas selama berjalan di Koridor sekolah. Ia berharap semoga tidak ada yang melihatnya

"Eh Zafina..." Sapa Reza dari kelas 9a dengan senyum yang terlihat mengejek

Reza ketua ekskul Zafina. Dan Zafina sudah terbiasa akan ejekan semacam itu. Entah mengapa laki-laki itu sering sekali menggodanya dan memberikan senyuman miring padanya

Ia tak membalas sapaan dan senyuman Reza, hanya tatapan mata yang ia layangkan. Begitulah Zafina dia tidak banyak bicara, dia lebih suka menggunakan matanya untuk mengekspresikan sesuatu dan tak jarang orang yang salah menafsirkan itu.

Tapi lagi-lagi dia tak peduli. Dia sudah terbiasa mendapat banyak prasangka itu. Mengapa tak coba menjelaskan? Sudah Zafina lakukan. Tapi percuma, tidak ada yang mengerti dengan penjelasannya. Jadi dia biarkan saja terus menerus begitu. Lagipula waktunya di sini sebentar lagi selesai

Sesampainya dikelas Zafina langsung duduk di bangkunya. Bangku paling belakang, duduk bersama salah seorang sepupunya yang juga teman kelasnya

Sampai saat ini rasa bersalah dan tak enak masih menggerogoti hatinya. Zafina merasa bersalah pada sepupunya, harusnya dia tak perlu pindah di kelas ini. Itu dulu hanyalah alibi Zafina yang membawa-bawa nama sepupunya agar ia di pindahkan ke kelas 7c tempat sahabat semasa SD nya berada. Namun karena seorang guru yang salah tangkap, tinggallah sepupunya kini di kelas yang sama dengannya

Jam pelajaran telah dimulai namun belum ada sedikitpun tanda-tanda bahwa gurunya akan segera tiba

Semua temannya sibuk bercerita satu sama lain, di bangku depan ada 5 orang yang berkumpul sedangkan di bangku sampingnya 3 orang dan di belakangnya juga 3 orang. Tinggallah dia seorang diri, tidak ada seorang pun yang mengajaknya bicara kecuali jika mereka membutuhkannya

Teman laki-laki nya juga hanya akan terus menganggu dan membuatnya kesal

Menghela nafas sejenak, Zafina kemudian menekuk tangannya di atas meja kemudian menenggelamkan kepalanya di sana. Setetes air mengalir. Lagi-lagi Zafina hanya begini, terdiam seorang diri.

"Zafina" Panggil seorang temannya

Buru-buru ia menghapus sisa air matanya kemudian mendongak

"Temani aku ke toilet yah?" Ucap temannya. Tak ada jawaban dari Zafina namun dia memundurkan kursinya dan berdiri mengikuti langkah temannya

"Giliran butuh baru cari aku" Ucapan getir Zafina dalam hatinya

Mereka kemudian berjalan menyusuri koridor sekolah menuju toilet

Izinkan Aku Bahagia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang