Cerita Aldebaran

1.7K 255 59
                                    

You must remember, family is often born of blood, but it doesn't depend on blood. Nor is it exclusive of friendship. Family members can be your best friends, you know. And best friends, whether or not they are related to you, can be your family.

––Trenton Lee Stewart, The Mysterious Benedict Society

***

Siapa yang tidak kenal dengan Cakrawalan Abiyasa Aldebaran atau yang lebih Akrab di panggil Alden?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang tidak kenal dengan Cakrawalan Abiyasa Aldebaran atau yang lebih Akrab di panggil Alden?

Jawabannya, oh tentu saja banyak.

Realistis saja lah, Alden bukan Presiden republik Indonesia, jadi pasti banyak yang tidak tahu dengan dirinya. Bahkan jangankan Alden yang hanya mahasiswa biasa, Fahmi yang ketua BEM Universitas saja kadang masih banyak yang gak kenal.

Tapi kalau nanya siapa yang tidak kenal dengan Alden ke anak FIB maka jawabannya, tentu saja tidak ada.

Karena cowok tinggi berkulit eksotis pengagum sastra terlebih karya Sapardi Djoko Darmono dan Pramoedya Ananta Toer itu merupakan mahasiswa yang terkenal di kalangan anak FIB, apalagi anak Sastra Indonesia.

"Tahu Cakrawala gak?"

"Hah? Cakrawala yang mana?"

"Si Alden,"

"Oh, mas-mas gula Jawa."

Iya, dibanding dikenal dengan nama Cakrawalan Abiyasa Aldebaran, Alden lebih di kenal sebagai mas-mas gula jawa sama teman seangkatannya di FIB. Asal muasal kenapa Alden dikenal sebagai mas-mas gula Jawa karena ketika masa orientasi mahasiswa dulu Alden pernah kebagian untuk membaca surat yang ditujukan kepada mentor kelompoknya yang tidak lain adalah perempuan.

Isi suratnya seperti ini.

Untuk wanita kuat yang aku kagumi.

Elina Farhana Pramudhita

Kemarin, di tengah siang yang panas, di tengah keramaian yang bagiku masih terasa sepi, aku menemukan sosok mu berdiri, dibawah pohon, sendirian. Saat itu, sosok mu bagaikan sebuah gravitasi yang mampu membuat atensiku hanya jatuh tertuju pada mu.

Terlebih ketika kamu berusaha mengikat rambut panjangmu yang semula kamu biarkan terurai hingga tertiup angin.

Saat itu rasanya aku ingin berlari ke arahmu untuk membantumu mengikat rambut atapun membawa barang-barangmu yang cukup banyak itu.

Namun kemudian aku tersadar ketika kenyataan menamparku cukup keras.

Kamu tidak mengenalku dan hanya aku yang mengenalmu.

Lantas hari ini, ketika aku menulis rangkaian kata ini, aku kembali menemukan mu.

Masih sama di bawah pohon dengan rambut yang sengaja diurai.

Jagat AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang