Amira namanya, gadis SMA yang lelet dan pemalas. Saat ini Amira menginjak kelas 11 SMA. Ia menempati kelas 11 IPS 1. Namun, kebiasaan Amira yang lelet semakin hari semakin mendarah daging. Jam menunjukkan pukul 06.55, tetapi Amira baru selesai memakai seragam. Amira bergegas membuka pintu rumahnya. Cling. Matahari tepat menyinari wajahnya.
“Ya ampun, sudah siang! Jam berapa ini?!” Teriak Amira sambil menyahut sepatu.
“Makanya kalo dibangunin tu segera bangun.” Timpal Ibu Amira.
Amira bergegas mengambil kunci motor dan berangkat sekolah.
“Kalo telat lagi gawat ni, bisa dijemur di tengah lapangan.” Gumam Amira sambil memacu motornya agar lebih kencang.
Dari kejauhan terlihat satpam sekolaah sudah menutup gerbang sekolah. Itu tandanya upacara bendera sudah dimulai. Amira panik, karna sudah pasti ia akan dihukum oleh guru BK untuk berdiri ditengah lapangan saat upacara berlangsung.
“Alamat dihukum ini, hadeh ya sudahlah.” Gumam Amira sambil menyetandarkan motornya didepan gerbang.
“Pak buka Pak!” Teriak Amira kepada satpam sekolah.
“Jam berapa ini? Kamu ini!” Bentak satpam sekolah sambil membukakan gerbang.
“Makasih Pak” Balas Amira.
Amira bergegas memarkirkan motornya dan berlari menuju lapangan upacara. Dari kejauhan sudah terlihat Pak Bobi sudah menghadang sambil menggelengkan kepala.
“Ayo cepat!” Teriak Pak Bobi.
“Jam berapa ini? Itu upacara sudah dimulai.” Tambah Pak Bobi.
“ Iya Pak, maaf tadi bangun kesiangan.” Jawab Amira
“Kesiangan kok tiap hari. Yaudah sana ikut baris teman-temanmu!” Kata Pak Bobi sambil menunjuk arah barisan peserta upacara.
Fyuuuh! Amira lega. Ia tidak jadi dihukum berdiri di tengah-tengah lapangan. Amira langsung menyesuaikan barisan dengan teman-temannya.
“Heh jam berapa ini baru berangkat? Orang gila!” Tanya Sarah, geng Amira.
“Hahaha kesiangan dong.” Jawab Amira cengengesan.
Amira mengikuti upacara sambil bersendau gurau dengan gengnya. Geng Amira berjumlah Sembilan orang yaitu; Sarah, Nanda, Gina, Tasya, Indah, Dea, Vista, Rinda, dan tentunya Amira. Kesembilan orang tersebut selalu bersama saat disekolah. Tempat duduk harus berdekatan, makan dikantin harus duduk satu meja, sampai-sampai ke kamar mandipun harus berjamaah.
Bangku lorong sekolah menjadi basecamp Amira dan teman-temannya untuk sekedar duduk-duduk bercerita. Setiap menunggu bel tanda masuk, istirahat, sampai pulang sekolah Amira dan kedelapan temannya selalu nongkrong di bangku lorong sekolah.
Upacara telah selesai. Amira dan teman-temannya bergegas ke kantin.
“Sekarang pelajaran apa sih?” Tanya Dea kepada teman-temannya.
“Matematika kayaknya” Jawab Tasya sambil menatap Dea.
“Hah! Bu Anik? Gawat kalo kita sampe telat gak dibolehin masuk” Timpal Tasya sambil menghentikan langkahnya.
“Halah nggak papa, santuy aja dong.” Sahut Amira sambil menggandeng Tasya.
Amira dan teman-temannya bergegas ke kantin untuk membeli makanan ringan. Sesampainya Amira dan teman-temannya di depan kelas ternyata Bu Anik sudah masuk kelas.
“Mampus! Bu Anik udah masuk.” Celetuk Amira sambil menghentikan langkahnya.
“Aduh gimana ini? Timpal Gina panik.
“Tenang gaes. Jangan panik, coba masuk siapa tau boleh.” Sarah mencoba menenangkan teman-temannya.
Tok-tok-tok. Nanda mengetuk pintu kelas untuk meminta izin masuk kelas. Teman-teman satu kelas sontak menengok ke arah Amira dan teman-temannya.
“Kalian mau ngapain?” Tanya Bu Anik kepada Amira dan teman-temannya.
“Bolehkah kami masuk Bu? Tanya Nanda kepada Bu Anik.
“Nggak nggak. Sana kalian balik ke kantin saja!” Jawab Bu Anik kesal.
Amira dan teman-temannya kemudian pergi dari depan kelas dan menuju ke bangku tempat mereka biasa nongkrong.
“Berangkat telat, gak bisa masuk kelas pula.” Gumam Amira kesal.
“Tau gitu, tadi kamu gak usah masuk aja.” Timpal Nanda.
“Oh iya aku tadi dapat titipan surat kamu nih Ra, dari Raka.” Sahut Sarah.
“Apaan sih gak jelas banget tu orang, bikin rishi aja.” Ucap Amira.
Cie-cie. Teman-teman Amira meledek. Amira membuka surat dari Raka dengan kesal. Ternyata isi surat itu adalah puisi yang ditulis oleh Raka. Raka sudah lama menyukai Amira. Ia sering mengirim pesan melalui whatsapp kepada Amira.
Amira dan kedelapan temannya terus bersendau gurau tanpa menghiraukan bahwa saat itu adalah jam pelajaran. Brakk! Terdengar suara hentakan yang sangat keras.
“Heh! Ngapain kalian?” Bentak Pak Rudi guru fisika kelas sebelah.
“Eee..eee ini pak kami…” Ucap Nanda kebingungan.
“Ini jam pelajaran! Siapa yang suruh ramai di sini?! Pelajaran apa ini?” Sahut Pak Rudi dengan mata melotot.
“Pelajaran matematika Pak, tapi kami telat masuk kelas.” Amira mencoba menjelaskan.
“Udah sekarang kalian ke ruang BK sana! Bikin ulah saja.” Ucap pak Rudi kesal.
Raut wajah yang layu, Amira dan kedelapan temannya berjalan menuju ke ruang BK. Tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibir kesembilan orang itu. Hanya raut muka yang sedih bercampur dengan kesal yang nampak dari Amira dan teman-temannya. Terlihat Pak Rudi mengikuti dari belakang.
Cepat masuk! Pak Rudi membentak Amira dan kedelapan temannya untuk segera masuk ke ruang BK. Pak Rudi menceritakan kejadian di lorong sekolah kepada Pak Bobi guru BK sekolah. Semua tertunduk diam. Tidak ada yang berani bersuara. Almira dan teman-temannya merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuat.
Pak Bobi memberikan nasihat kepada Amira dan teman-temannya agar tidak mengulangi perbuatannya. Namun, kemungkinan sanksi yang akan diperoleh Amira dan gengnya adalah mereka akan dipisah dengan cara memindahkan ke kelas IPS 2 dan IPS 3. Hah? Sontak mereka semua terkejut mendengar ucapan Pak Bobi.
“Tapi kalo kalian bisa berkelakuan baik, kami pihak sekolah tidak akan membagi kalian dalam beberapa kelas.” Imbuh Pak Bobi yang membuat Amira dan teman-temannya lega.
Terimakasih Pak. Amira dan teman-temannya meninggalkan ruang BK dan kembali ke kelas. Di dalam kelas semua hanya diam merenung. Apalagi Amira yang merasa sangat kesal dari mulai berangkat sekolah.
“Gaes, nanti kita perlu diskusi setelah pulang sekolah di basecamp ya” ucap Sarah kepada teman-temannya.
Bel tanda berakhirnya pembelajaran berbunyi. Amira dan teman-temannya berkemas-kemas untuk pulang.
“Ra, kamu sama teman-temanmu kenapa? Tanya Raka mendekati Amira.
“Nggak kenapa-kenapa kok, Cuma tadi disuruh Pak Rudi ke ruang BK” Jawab Amira sambil memasukkan buku ke dalam tas.
“Ra, kita tunggu di basecamp ya” Ucap Vista.
Amira mengangguk kepada Vista dan lanjut membereskan kotak pensilnya.
“Pak Rudi guru fisika? Kok bisa? Timpal Raka.
“Iya Pak Rudi Guru Fisika lagi ngajar di IPA 3 trus karna aku sama temen-temen berisik jadinya dimarahin” Tutur Amira sambil menatap Raka.
“Yaudah yang sabra ya, yuk pulang” Ajak Raka kepada Amira.
“Duluan aja, aku mau kumpul sama teman-temanku dulu.” Jawab Amira menolak ajakan Raka.
“Yaudah, kamu nanti hati-hati ya pulangnya” ucap Raka sembari meninggalkan Amira sendirian di dalam kelas. Amira hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
Di kelas hanya tersisa Amira sendiri yang masih meratapi dirinya. Ia sangat kesal dengan apa yang dialaminya dari berangkat sekolah hingga di ruang BK mendapat gertakan akan dipisahkan dengan teman-temannya. Pikiran Amira sangat kacau. Ia terus memikirkan bagaimana kalau sampai gengnya dipecah. Dengan wajah yang layu Amira mendatangi teman-temannya yang sudah menunggunya.
“Gimana ini teman-teman?” Tanya Amira kepada teman-temannya.
Semua teman-teman Amira hanya menggelengkan kepala dengan wajah yang pasrah tidak tahu harus berbuat apa. Amira mencoba memberikan saran untuk menenangkan teman-temannya.
“Aku punya saran, gimana kalo sekarang ini kita jangan bergerombol dulu, kita jangan nongkrong-nongkrong dulu di sini. Agar kita tidak jadi dipisah kelasnya. Gimana teman-teman? Tanya Amira.
“Tapi kita tetap temenan kan?” Imbuh Indah dengan mata berkaca-kaca berkaca-kaca.
“Iya kita temenan selamanya.” Sahut Gina.
Mereka semua berpelukan dan meninggalkan lorong sekolah satu persatu. Masih tersisa Amira di bangku lorong. Amira menangis sejadi-jadinya menginggat keseruan bersama teman-temannya di lorong itu. Esok Amira dan teman-temannya tidak bisa lagi bersendau gurau di bangku lorong sekolah agar gengnya tidak dipecah.
Keesokan harinya, Amira berangkat sekolah dengan wajah yang sendu. Ia seperti tidak ada semangat lagi berangkat sekolah. Walaupun ia masih bisa bersendau gurau dikelas tetapi seperti tidak ada kebebasan untuk Amira dan teman-temannya. Sesampainya di sekolah amira melihat ke lorong yang biasa ia tempati bersama kedelapan temannya. Deg. Amira terkejut melihat bangku-bangku yang ada di lorong sekolah itu tidak ada.
Kemana bangku-bangku itu? Gumam Amira keheranan. Ia segera berlari ke kelas.
“Gaes-gaes bangku kita udah nggak ada!” Amira memberitahu teman-temannya.
“Iya aku udah liat tadi Ra. Trus parahnya lagi Indah, Vista, sama Dea dipindah ke kelas IPS 2. Trus…” Jelas Sarah
“HAH?!” Sahut Amira terkejut.
“Trus Gina, Tasya, sama Rinda di IPS 3.” Imbuh Sarah.
Amira langung lemas mendengar ucapan Sarah. Ia lalu memeluk Sarah dan Nanda yang masih tersisa di kelas IPS 1. Mereka bertiga menangis tersedu-sedu. Merka tak menyangka akan dipecah secepat itu.
Hari-hari berikutnya Amira dan kedelapan temannya hanya bisa bermain diluar sekolah saat akhir pekan. Sudah tidak ada nongkrong di lorong sekolah lagi. Kejadian itu dijadikan pelajaran untuk Amira dan teman-temannya agar tidak membuat onar di sekolah lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/209403329-288-k3cffeb.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Roman d'amourCerpen Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Sastra