1. Kisah Awal

43 5 2
                                    

Make the future with your smile.

Unknown

I'm heading straight for the castle, they wanna make me their queen.

Rabekka Zara

...

Now Playing| Red Velvet-Psycho

^_^

Sama seperti remaja 16 tahun pada umumnya. Mempunyai pacar yang tampan, romantis, dan penuh perhatian adalah keinginannya. Hal itu bisa terwujud karena ada Bian. Bian itu most wanted boy di SMAN 2 Bandung. Tampan, pintar, ramah, kapten basket, ketua ekskul jurnalistik, apalagi ya? Intinya semua yang terbaik itu nempel di Bian. Bekka selalu bersyukur kepada Tuhan karena telah mempertemukan dia dengan Bian. Namun, karena kesibukan Bian, Bekka lebih sering sendiri. Seperti sekarang, bel pulang sudah berbunyi tepat pada pukul 16.00. Tetapi Bian belum menampakkan batang hidungnya. Padahal Bekka sudah lama menunggu Bian di parkiran.

Karena lelah menunggu, Bekka langsung menelpon Bian. Belum sampai 10 detik, Bian sudah mengangkat panggilan darinya.

"Halo, Ara?" Bian bukan tanpa sengaja memanggil Ara, hanya saja menurut Bian, nama Bekka itu sulit diucapkan dan nggak ada imut-imutnya.

"Assalamualaikum, Bian." Itu bukan hanya ucapan salam melainkan sindiran untuk Bian. Padahal Bekka sudah sering ngomel tiap kali Bian tidak mengucap salam.

Bian terkekeh di seberang sana, "Waalaikumsalam, Ara. Sorry kelupaan, hehe..."

"Nggak usah ketawa, sekarang kamu dimana? Aku nunggu di parkiran daritadi tau!" omel Bekka.

"Aku ada latihan basket, Ra. Mending kamu jemput pangeran kesini." ucap Bian.

Bekka berdecak, "Ck, dimana-mana juga cowok duluan yang jemput cewek. Disini panas banget tau, Bian! Kamu tuh nggak ada pengertiannya sama sekali ya?"

"Bercanda Ara, iya aku jemput kamu pake jet pribadi nih biar cepet!"

"Gaya kamu nyebelin banget sih, jangan banyakin ria, Bian- loh kok di matiiin sih?! Awas aja kamu Bian, kalo ketemu aku lemparin kamu pake sepatu!!" Bekka terus terusan mengumpat meskipun sudah tau Bian mematikan panggilannya.

"Doorrr!!"

"Aaakkk!" Bekka langsung berteriak karena terkejut. Ini pasti perbuatan Bian. Memang siapa yang berani menjahilinya seperti ini?

"Kaget nggak, kaget nggak?" Benar saja, itu memang Bian.

Sesuai sumpah serapahnya tadi, Bekka langsung melempari Bian dengan sepatunya, "Kok kamu cepet banget udah nyampe sini lagi? Padahal lapangan indoor kan jauh dari tempat parkir." tanya Bekka.

"Aku kan sakti mandraguna, Ra. Aku tadi abis telepatian sama yang punya jet pribadi, sengaja aku pesenin buat jemput kamu doang. Hebat nggak?"

"Hebat, Bi. Nggak sekalian aja kamu beliin jet pribadinya buat aku?" sindir Bekka.

Bian terkekeh pelan, "Sumpah deh, Ra. Aku kok deg-degan gini ya gara-gara kamu nyebut-Bi. Berasa udah Abi sama Umi.." Mendengar itu, Bekka lantas mencubit perut Bian. "Kamu kalo ngomong suka nggak pake Bismillah ya!"

Bian meringis, "Bismillah. Aku sebenernya ada di deket mading tadi. Aku malah keterusan main game, Ra."

"Terus kenapa nggak langsung kesini aja?! Nggak liat aku kepanasan daritadi?!" Bekka langsung memaki Bian sambil memukuli Bian.

After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang