S3

12 2 0
                                    

Kulihat para Kanda-Kanda (Dewan Ambalan) telah ketalimpangan mengurusi anak kelas 10 yang berdatangan. Dilapangan, terdapat bertumpuk-tumpuk menyerupai perbukitan barang-barang perlengkapan kemah. Terlihat juga, beberapa mobil yang siap mengangkut kami beserta barang-barang kami.

1 mobil = 1 kelas .

Ketika kami sudah siap semua.. kami naik mobil masing-masing yang telah ditentukan. Dan dia-, dia duduk tepat didepan tempatku berdiri... rasanya entahlah.. antara senang dan kaku. Senang karena dia ada didekatku, kaku karena takut salah tingkah.

Selalu saja begini...


=*=

Hari pertama dibuper berjalan dipakai untuk membangun tenda dan embel-embel lainnya. Kala itu, waktu telah menunjukan jamnya makan siang, dan pembina pun sudah membagikan makanan kepada tiap sangganya. Langsung saja kami menyiapkan alat makan yang dibawa dari rumah sebagai salah satu persyaratan berkemah. Kebetulan aku adalah anak terajin, aku bawa sendok. Ketika kami bersiap didalam tenda, tiba-tiba-

"Heh, ada yang bawa sendok gak?" tanyanya main selundup, mengintip tenda sanggaku.

"Heeeeeeiii!!!" Sontak kaget kami berteriak.

"Heh, kamu tuh nggak denger ya kata pembina? cowo nggak boleh masuk ke tenda cewe" ucap Aw sedikit meninggi.

Mendengar perkataan Aw, dia lantas sigap keluar dari tenda.

"Gue Cuma nanya! ada yang bawa sendok nggak? udah!" timpalnya kesal.

"Aku!" entah sadar nggak sadar aku mengucapkan kata itu.

"Pinjem sih!" dia masih berteriak diluar.

Tanpa berpikir lama, aku langsung membawa sendok yang sedari tadi sudah kupegang dan memberikannya padanya.

"Nih..." ucapku sambil menyodorkan sendok.

"Lo nggak makan? Apa cuma gak pake ni sendoknya doang?" tanyanya ragu.

"Udah pake aja,,, aku? Makannya nanti aja" celetukku

"Oh yaudah, dipinjem ya!" Teriaknya sambil terburu-buru karena telah dipanggil temannya.

"Iya!" balas teriakku.

Sungguh rasanya berdebar hati ini. Senang sekali. Seperti biasa. Aku akan melakukan apapun, yang penting bisa bertemu. Termasuk, menunda makan siangku. Hanya demi, hanya untuk agar barangku dipinjam olehnya. Aah, lagipun aku tak nafsu makan. Bertemu dengannya sudah cukup membuatku kenyang.

Meski itu semua hanyalah pengalihan semata. Dasar kau, Nayn.

Ketika kami selesai makan siang, kegiatan berlanjut. Kali ini, kegiatannya adalah praktek menari per sangga, sesuai yang tertera didalam SKU.

Tak terasa bagian sanggaku yang melaksanakan tari di panggung, ya Tari Seribu, cukup sulit, bahkan ketika kami praktek pun, acak-acakan.

Setelah seling 2 sangga, kini bagian sangga cowo. Kebetulan tari pasundan, dan dia tidak membawa sinjang. Fyukh...

"Cewe..! Ada yang bawa sinjang lagi gak? Pinjem sih..." Tanyanya pada kedua sangga cewe di MIPA 9.

GretharseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang