Alam Bawah Sadar

11 2 0
                                    

Pagi ini cukup terkontrol. Meski sebenarnya aku tak kepalang senang, karena aku akan bertemu dan tahu orang tuanya. Secara,,, pastinya,,, hari ini adalah hari pertama para orang tua siswa berkumpul untuk merapatkan sesuatu hal dengan lembaga sekolah.

Pelajaran pertama pun mendukung untuk otak. Yaitu pelajaran bahasa inggris. Favorit, lah. Namun, ketika pelajaran telah usai, aku mulai merasakan gejala-gejala yang sudah lama tak timbul, yang sama seperti pada masa aku masih lemah.

Sebenarnya aku hanya positif anemia, namun anemiaku diikuti oleh sesak nafas dan magg, memang itu semua hanyalah hal normal. Tetapi, aku lebih bermasalah pada Hemoglobin yang cukup rendah. Ya, setelah pelajaran pertama, aku kumat lagi. Aku membuat satu kelas panik tak terkecuali dia yang terus melirikku seolah memastikan keadaanku.

"Nayn,?! Kamu kenapa? Sesak?" pertanyaan Ummii 'Aisy terus memberondongiku.

"Nggak papa, Ummii" jawabku sembari menenangkan diri dengan senyuman hambar, seperempat tulus.

"Nggak papa gimananya?! kamu pucet banget, mana nafasnya nggak teratur banget" sela Mamah dan Mama kompak.

"Beneran, aku nggak papa kok." Aku mencoba menenangkan teman-temanku.

Hingga tak sadar aku tak sadarkan diri. Sadar-sadar aku sudah berada di teras masjid dan kulihat beberapa temanku, guru dan ibuku.

"Neng, kenapa?" tanya seorang guru yang merupakan pembina PMR di sekolahku.
Aku hanya menggeleng pelan.

"Biasa ibu, anemianya. paling, parah lagi" jelas ibuku.

"Gimana, mau pulang aja?"tanya ibu guru

"Nggak bu, mau tetep disekolah aja, Soalnya mau ada ulangan Kimia sama Geografi, Bu" jawabku parau.

"Nggak papa, kalau masalah ulangan kan bisa di lain hari, pulang aja, ya?"pinta ibu guru.

"Nggak bu, saya tetap di sekolah saja" jawabku.

Setelah merasa rileks. Aku pun kembali ke kelas. Sebenarnya, aku bersikeras tetap sekolah bukanlah karena ulangan, tetapi belum puas rasanya hari ini bersama dia didalam kelas. Aneh sekali aku ini. #Dasar aku

Sesampainya dikelas. Ya, dia tetap seperti itu. Tak bertanya, namun terus menengok kearahku. Seolah mengontrol keadaanku. Entahlah, dia sama sepertiku. Orang bergengsi tinggi.

"Nayn, tau nggak?? tadi tuh si Fiki tuh nanyain terus ke aku tentang keadaan kamu. Keliatan banget muka khawatirnya." Jelas Ummii 'Aisy sembari berbisik

"Oh. Dia khawatir? Tapi kok pas aku liat, dia malah bodoamat main game?" Tanyaku heran.

"Mungkin hanya sedang mencoba menetralkan ekspresinya yang melihatmu baik-baik saja." Jawab Ummah.

"Mungkin saja. Secara kan dia tuh gengsinya tinggi, Nayn" Timpal Bunda.

"Ya." Jawabku singkat.

Bel istirahat pertama berbunyi. Aku hanya pesan makanan pada teman-temanku. Mengingat, tubuhku pun masih merasa lemas serta pegal-pegal sekujur tubuh. Seperti baru saja bangun dari tidur yang pulas. Hingga akhirnya kelas itu hanya tersisa aku dan dia. Karena dia pun malas untuk berjalan ke arah kantin yang seperti berjalan dari ujung sekolah ke ujung sisi lainnya yang berhadapan.

Di keheningan kelas yang hanya terdengar deru angin dari arah jendela tak berkaca yang terhembuskan dari daerah pesawahan yang membentang tepat dibelakang bangunan sekolah.

"Nayn.." jelas sekali dari siapa asal suara itu. Tapi tak terasa ada orang yang menghampiriku

Aku hanya menunduk dan meyakinkan diriku, itu hanyalah angin lalu. Jangan menjadikannya pemikiran yang merumitkan pikiran.

GretharseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang