1

1K 144 35
                                    

Sorry for typo


- can we? -




"Apa kalian bertengkar lagi?"

Dohyon menatap sang kakak yang berujar lirih menatap kedua orang tua nya

Semua ini berawal ketika mereka baru saja pulang sehabis mendapat kelas intensif di sekolah dan mendapatkan kedua orang tua mereka yang tengah beradu argumen. Tidak hanya itu, terdapat sebuah gelas yang sudah pecah tergeletak begitu saja di lantai

Ini bukan yang pertama kali nya karena hampir setengah dari hidup mereka hanya untuk menyaksikan atau mendengar perdebatan kedua orang tua nya jika mereka sedang berada di rumah

"T-tidak, bukan begit—"

"Lalu apa? Mama ingin menjawab bahwa kalian hanya sedang mengobrol?" Sela Haruto

Walaupun terlahir bersama, Haruto dan Dohyon tidaklah sama. Mereka memiliki sifat dan pembawaan yang berbeda. Haruto memiliki sifat tegas, pemberani dan seolah tidak pernah ragu. Namun Dohyon berbanding terbalik, ia lebih pasif dan sedikit pendiam. Itulah sebab nya mengapa hanya Haruto yang sejak tadi membuka suara nya

"Kami baru saja pulang, namun yang kami dapatkan hanya perdebatan tiada akhir dari kalia—"

"Dengan siapa kau sedang berbicara?" Sela Seungyoun

Haruto menatap sang ayah yang juga tengah menatap nya

"Kau bicara dengan kedua orang tua mu seperti itu? Jawab papa, Haruto!"

Dohyon menundukan kepala nya ketika sang Ayah berseru keras kepada sang kakak. Orang yang paling ia takuti adalah ayah nya dan kakak nya karena mereka bisa melakukan apapun ketika emosi menyelimuti diri nya

"Aku menyekolahkan mu agar kau hidup dengan tata krama dan sopan santun, bukan nya justru membuat mu bersikap seperti ini!"

Haruto masih bertahan untuk menatap ayah nya. Ia tidak takut, lagi pula ayah nya sendiri yang secara tidak langsung mengajarkan nya untuk bersikap kasar

"Haruto, Dohyon, segeralah beristirahat. Mama akan membuatkan kalian—"

"Lalu papa fikir dari mana ketidak sopananku berasal?"

Seungyoun terdiam menatap si sulung dengan satu alis yang terangkat

"Aku tidak mengerti mengapa kalian menjadi seperti ini. Aku hanya ingin hidup tenang, tolong berhenti."

Setelah nya ia langsung melangkahkan kedua kaki nya dan masuk ke dalam kamar nya yang berada di lantai dua rumah besar nya

Tatapan kedua orang dewasa itu tertuju kepada Dohyon hanya sejak tadi hanya diam

"M-maafkan Haruto jika ia bersikap tidak sopan," ia membungkuk kecil kepada kedua orang tua nya

"Aku pamit ke kamar."

Berbeda dengan Haruro, Dohyon tidak pernah meluapkan apa yang tengah ia rasakan. Sejin juga tidak pernah melihat putra bungsu nya itu menangis atau pun marah

Can We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang