1

884 54 13
                                    

~~~~~~~~~~Author pov~~~~~~~~~~

Matahari mulai tenggelam di ufuk barat.

Suara kaki dan ringikan kuda mulai bersahutan.

"Buka gerbangnya !" Teriak seorang prajurit yang berdiri di atas benteng pertahanan utama kerajaan.

Empat ekor kuda dengan masing-masing satu prajurit mengendarainya dan disusul oleh seorang penunggang berpakaian zirah hitam berlapis emas dibeberapa bagian menandakan bahwa orang itu petinggi prajurit. Tak lupa jubah berwarna merah dengan ukiran lambang kerajaan menutupi pedang dipunggungnya. Mereka memasuki gerbang utama kerajaan.

Kelima ekor kuda itu berhenti di halaman utama istana.

Seorang yang menonjol di antara para prajurit itu berkata, "Aku akan menemui raja. Kalian beristirahatlah."

"Siap Jenderal !" Ucap para prajurit serentak.

Sang jenderal pun berjalan menuju ruang pertemuan raja.

"Jenderal Tang Jian memasuki ruangan utama !" Ucap salah seorang prajurit dengan lantang.

Terlihat sosok lelaki duduk dengan gagah di atas kursi kehormatan dengan ditemani seorang wanita di sisinya. Tang Jian segera duduk dengan bertumpu kaki kiri. Telapak tangan kiri dan punggung tangan kanan bertemu di depan dada. Kepalanya menunduk dalam. Inilah sikap hormat kepada raja di daratan barat, Kerajaan Li.

"Salam Yang Mulia Raja dan Ratu. Hamba izin menghadap." Ucap jenderal.

"Bangunlah. Informasi apa yang kau bawa ?" Tanya raja.

"Prajurit Kerajaan Wang dari daratan timur, mereka kembali melewati perbatasan, Yang Mulia." Jawab jenderal.

"Berapa banyak pasukan dan apa yang mereka lakukan ?" Tanya raja kembali dengan wajah yang memerah karena marah.

"Siap. Sekitar seratus orang prajurit penunggang kuda. Mereka hanya berkeliling dan mengawasi kita dari jauh, Yang Mulia." Jawab Jenderal Tang.

"Rupanya mereka masih menginginkan daerah kita. Tingkatkan keamanan, aku tidak ingin kejadian beberapa tahun yang lalu terulang kembali." Ucap Raja Li.

"Siap, Yang Mulia. Hamba izin undur diri." Ucap Jenderal Tang seraya melakukan sikap hormat kembali.

Setelah kepergian Jenderal Tang, ratu berkata, "Apa yang harus kita lakukan ? Apakah perang ini tidak akan berhenti ? "

"Aku juga tidak tahu, Ratu. Mereka terlalu tamak akan kekuasaan. Bukan hanya Kerajaan Wang yang menginginkan daratan barat. Namun juga daratan utara, Kerajaan Wen. Aku khawatir mereka bersatu menyerang kita." Jawab raja sambil memijat pangkal hidungnya.

"Bukankah kita memiliki Dan Chi ? jika mereka menyerang kita, sebelumnya mereka harus menghadapi Dan Chi. Ayahku pasti akan membantu kita. Lagi pula kerajaan kita sama kuatnya dengan mereka." Ucap sang ratu.

"Aku tahu. Namun kau jangan melupakan bahwa ada kemungkinan kedua kerajaan itu akan bersatu. Ketika kedua kerajaan kuat menyerang satu kerajaan, maka sudah dapat dipastikan kerajaan kita akan kalah. Dalam hal jumlah, persenjataan, dan kekuatan." Jelas raja. Sang ratu pun terdiam memikirkan sesuatu.

"Kalau begitu, apakah tidak sebaiknya kita membuat perjanjian untuk mengikat salah satu kerajaan itu ? Bukankah itu akan memperkecil bersatunya kerajaan wen dan kerajaan wang ?" Ucap ratu.

"Perjanjian ya ? Aku akan memikirkannya. Namun jika perjanjian itu dilakukan, aku tidak akan mengikat dengan kerajaan wen, mereka sangat licik." Ucap sang raja pada dirinya sendiri.

~~~~~~~~~~###~~~~~~~~~~

Di sebuah danau lotus yang tidak jauh dari ruang pemandian kerajaan, dua remaja laki-laki dan seorang gadis bercanda ria.

Love Catastrophe (YiZhan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang