"Eh, Kei. Tunggu gue!" Teriak Joshua, aku berhenti dan berbalik ke belakang.
"Kenapa?" Tanyaku bertanya, ia mengatur napasnya sebentar, "Kelompok Bahasa Indonesia gue gabung lo, ya."
Aku mengangguk sebagai jawaban lalu kami beriringan menuju parkiran.
"Oh, iya. Kan satu kelompok terdiri dari tiga orang. Gimana kalo Rama juga masuk kelompok kita?" Tanyaku, Joshua memasang raut heran, "Kita berdua aja."
Aku menjitak kepalanya, sudah dibilang bahwa satu kelompok itu terdiri dari tiga orang, Joshua masih keukeuh dengan pernyataannya.
"Sakit tau. Parah lo jadi cewek!" Bentak Joshua, aku hanya bisa tertawa melihat ekspresinya yang lucu.
"Eh, Ram." Aku melambaikan tangan padanya, dia tersenyum sekilas lalu berjalan mendekat ke arah kami.
"Kenapa?" Tanyanya. "Lo kelompok Bahasa Indonesia bareng kita, ya? Kurang satu, nih." Ajakku, Rama tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk.
——
Keisyas
Eh, Josh. Klompok bindo kapan, sih, dikumpul?Aku menggigit kukuku, selang beberapa menit Joshua membalas.
Joshua
Sabtu, emg knp?Keisyas
Klo gt kerja klompoknya di rmh gue aja, skrg, jam 4Joshua
Yah, lagi mager, nih-_-Keisyas
Bsk pas di kelas temuin gue:)))Aku tersenyum puas, pasti Joshua bakal langsung iyain apa yang aku bilang. Aku yakin!
Joshua
Et, dah. Serem amat lo jdi cwek. Gue siap2 dlu
Eh, tpi. Rama gimana? Wa dia jarang aktif, kita berdua aj, ya? Rama gk ushKeisyas
!Joshua
Iya, iya, Kei. Gue otw. Dan gue udah wa Rama untuk datang ke rumah lo. Alamatnya udh gue share——
Rama memadangi rumah yang ada dihadapannya ini. Rumah cewek itu masih tetap sama. Ingin masuk tapi kakinya tiba-tiba kaku tak bisa digerakkan.
Dari arah kiri, Joshua datang dengan motor miliknya memandangi Rama. Joshua mengklakson bermaksud mengejutkan Rama. Rama malah menatapnya tanpa ekspresi, cowok itu sama sekali tak terkejut.
"Ini rumah Kei, lo jangan bingung gitu." Joshua melongos begitu saja meninggalkan Rama di depan. Rama mengangguk-anggukan kepalanya—entah apa yang ia pahami.
Di dalam, Rama melihat Keisya dan Joshua saling bercengkrama, tak ada lagi raut kesedihan yang terpancar di wajah cewek yang mengenakan kaos biru polos itu. Rama ikut bergabung tentunya agak jauh dari mereka takut bila ia menganggu suasana bahagia ini.
"Eh, Ram. Sini gabung sama kita, kenapa jauh-jauh disitu." Ucapku, ia tersenyum kikuk. Lalu pantatnya bergeser 30 centi ke arah kiri—tepatnya di samping Joshua. Pikirku Rama sepertinya merasa tidak nyaman.
Untuk menghilangkan kecanggungan, aku memulai pembicaraan, "Gimana kalo kita langsung kerjain aja? Kalo cepet kan kita tinggal makan-makan." Rama dan Joshua mengangguk, aku mengambil buku paket yang berada di lantai, membuka lembar demi lembar dan menemukan lembaran yang dilipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER
Roman pour AdolescentsKehilangan seseorang memang menyakitkan. Tak bisa dipungkiri, kehilangan adalah salah satu hal yang paling banyak terjadi di hidup kita. Bagaimana jika kehilangan itu disebabkan oleh orang yang paling dekat dengan kita yang tak pernah kita pikirkan...