2

14.5K 1.8K 409
                                    

Singkat cerita, disinilah Seokjin sekarang. Duduk kaku di hadapan tiga orang dengan wajah hampir mirip semua. Seokjin yakin jika mereka adalah keluarga.

"Ini calonnya, Namjoon"

Hutangnya sudah lunas. Bahkan Seokjin sempat menyombongkan diri dan merendahkan orang yang hampir setiap hari menagihnya. Sangat muak hingga dirinya lupa diri tadi. Bodoh memang. Yang penting dendam kesumatnya sudah terbayarkan berkat Tuan Kim. Orang yang membuat kemustahilannya menjadi nyata.

"Halo" sapa Seokjin benar-benar tak bernada. Sangat gugup lebih tepatnya.

"Pria ya? Sepertinya tak masalah"

Sahutan yang cukup datar itu membuat Seokjin hanya bisa diam saja. Bahkan suaranya sangat rendah dan... Sexy.

'Apa yang kupikirkan?!'

"Ya sudah, Eomma saja yang mengurus. Aku ada pertemuan satu jam lagi. Sampai jumpa"

Pria maskulin bersuara sex- bersuara manly maksud Seokjin itu langsung pergi begitu saja.

Meninggalkan si manis bersama sepasang paruh baya disana.

"Kau benar bisa hamil?"

Pertanyaan itu langsung mencuat begitu pintu utama rumah besar itu tertutup. Yang artinya orang yang baru saja beranjak, sudah benar-benar keluar.

"Eum...iya Nyonya" jawab Seokjin terpatah-patah.

"Apa ada buktinya? Bisa saja kau menipu keluarga kami hanya untuk kepentinganmu sendiri"

Nyonya besar itu mulai meragukan Seokjin. Yah, memang dari penampilannya yang jauh dari kata berkelas, bisa saja muncul prasangka buruk. Seokjin memakluminya saja.

"Saya punya hasil foto yang menunjukkan jika di dalam tubuh saya memang ada rahimnya, Nyonya" jawab Seokjin yakin kali ini.

Wanita itu memicing sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Sudah kan? Ya sudah langsung saja direncanakan" cuit suami si Nyonya besar yang daritadi diam saja.

"Namjoon juga sudah tidak keberatan seperti sebelum-sebelumnya" sahut sang Nyonya.

-*123*-

Satu bulan kemudian~

"Hai"

Sapaan Seokjin dengan nada canggungnya itu sungguh benar-benar kaku. Bagaimana tidak. Setelah pertemuan pertamanya dengan Namjoon tempo hari, kemudian pernikahan tadi pagi, kali ini adalah yang ketiga kalinya Seokjin bertemu pria tampan nan tinggi ini.

"Aku sudah menyiapkan air hangat" cuit Seokjin lagi.

"Ya"

Akhirnya ucapannya dijawab juga. Seokjinpun berusaha keras untuk tetap menyunggingkan senyumannya.

Hingga pria tinggi itu masuk ke kamar mandi, barulah dirinya bisa menghembuskan nafas panjang. Lega luar biasa. Meski sesaat saja.

Diraihnya ponsel canggih yang tergeletak begitu saja di kasur. Ada pesan masuk. Seperti dugaannya.

Dari : Ibu mertua
Langsung buat anak setelah ini

Wajah putih itu sontak saja memerah hanya dengan membaca pesan itu dalam hati. Perintah macam apa itu?!

Ah. Bahkan ia tak tahu harus menjawab bagaimana. Kalau di-iya-kan, ia sendiri yang akan malu. Tapi kalau ditolak, pasti wanita itu akan mengamuk padanya.

Mungkin tidak sekarang, karena dirinya tinggal terpisah dengan kedua mertuanya itu. Sekarang dirinya berada di apartemen mewah yang lumayan luas hanya untuk dua orang.

No Baby [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang