Bagian 3

3.3K 160 11
                                    

Pukul 4 sore Aydin sudah sampai dikostan. Dia memasuki kamar mandi terlebih dahulu untuk mengambil wudhu sebelum melanjutkan berjalan ke kamarnya lalu shalat Ashar.

Aydin merebahkan tubuhnya di kasur. Ingin sekali dia tidur untuk melepas lelah akibat perjalanan yang telah ditempuh, namun dia berusaha menahan rasa kantuk yang telah menyerang karena dia tahu bahwa tidur di waktu Ashar itu tidak baik.

Karena rasa kantuknya mulai tidak tertahan, dia bangun untuk membuat kopi. Diisinya teko listrik dengan air dan memanaskannya sampai mendidih. Dia tuangkan airnya ke dalam gelas lalu keluar kamar dan duduk di teras.

"Pembunuhan. Haruskah kuceritakan kejadian ini kepada teman kelompokku?" pikir Aydin sambil meneguk kopi dan menghisap rokok filternya.

Terdengar sebuah bisikan.

"Yang harus lebih kau waspadai adalah hutan itu. Persiapkan dirimu, jaga dan nasehati teman-temanmu!"

Aydin pun teringat dengan hutan yang tak luas ketika akan menuju rumah pak Eka.

"Aku merasakan banyak mata memandangku namun aku tak mampu melihat mereka. Ada apa sebenarnya di hutan itu?" tanya Aydin.

Namun tak ada jawaban yang dia dapatkan. Aydin menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Lagi-lagi sebuah peringatan tanpa penjelasan." keluh Aydin.

Seketika setelah Aydin mengeluh, dia mendapatkan penglihatan yang menggambarkan bahwa pada hutan itu terdapat sebuah perkampungan gaib. Lalu bisikan itu terdengar lagi.

"Janganlah menggantungkan dirimu pada siapapun, termasuk kepadaku. Ingat, hanya kepada Allah lah kamu berserah diri!"

"Maaf." hanya kata itu yang keluar dari mulut Aydin dengan kepala yang menunduk sambil beristighfar.

***

Keesokan harinya Aydin menghadiri pertemuan dengan teman-teman KKNnya. Ardan membuka pertemuan dengan menceritakan perjalanan ketika survey lokasi. Selanjutnya dia menyerahkan kepada yang hadir mengenai pembahasan apa yang akan terlebih dahulu didiskusikan.

Diana
"Berapa iuran per orang untuk kita KKN di sana Ar?"

Winda
"Beda ya kalau sudah jadi ibu Rumah Tangga, bicaranya langsung masalah uang."

Ucapan Winda membuat teman-teman Aydin tertawa sedangkan Aydin cukup tersenyum kecil. Wajah Diana sedikit memerah menahan malu mendengar celetukan Winda yang mengundang gelak tawa teman-temannya.

Weni
"Menurut teh Diana sendiri berapa jumlah iuran yang ideal?"

Diana
"Kita di sana sekitar 60 hari, perhari anggap saja 50 ribu pengeluaran perorang. Jadi sekitar 3 juta perorang."

Achi
"Waduh 3 juta teh, bisa ditawar gak?"

Tommy
"Nah ini calon ibu RT selanjutnya, ada tawar-menawar harga layaknya sedang di pasar."

Gelak tawa kembali mengisi ruangan sedangkan Achi cemberut mendengar Jawaban Tommy.

Risa
"Butuh komputer gak Ar di sana?"

Ardan
"Tentu, kamu punya?"

Risa
"Ada, tapi monitornya suka ngadat."

Inna
"Saya ada monitornya, tapi bagaimana bawanya?"

Ardan
"Nanti kita bicarakan masalah itu. Ada lagi yang akan kita bahas?"

Hampir semua orang yang hadir di sana melanjutkan berwacana dan berargumen, hanya Aydin yang tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Winda yang menyadari itu langsung berbicara yang ditujukan kepada Aydin.

"Dari tadi kami berbicara tapi kamu hanya diam saja, kelihatan seperti yang tidak perduli."

Semua mata langsung tertuju kepada Aydin.

"Mungkin bukan tidak perduli Win, tapi karakternya saja yang pendiam." terang Prita.

Ardan yang sedikit mengetahui karakter Aydin berusaha menengahi situasi dengan bertanya kepada Aydin.

"Ada yang ingin kamu sampaikan Ay?"

Aydin pun tersenyum melihat reaksi teman-temannya. Dengan tenang dia berbicara.

"Saya diam karena belum waktunya untuk berbicara. Apakah kalian menyadari bahwa selama kita diskusi belum ada satu pun yang ditetapkan?"

Mereka pun terdiam, pernyataan sekaligus pertanyaan Aydin membuat mereka menyadari bahwa apa yang diucapkan Aydin itu benar.

Karena tidak ada yang berbicara, Aydin pun melanjutkan ucapannya.

"Baik ini saatnya saya berbicara. Pertama mengenai iuran. Kita tinggal di sana tidak sampai 60 hari, hitungan saya hanya 42 hari. Mengingat kita akan masak sendiri dan makan bersama, maka pengeluaran akan lebih hemat. Oleh karena itu sehari untuk makan sepertinya tidak akan lebih dari 30 ribu perorang. 30 ribu dikali 50 hasilnya 1.5 juta."

Risa
"Katanya 42 hari, kenapa dikali 50 Ay?"

Aydin
"Karena kita iuran bukan hanya untuk makan, maka yang 8 saya anggarkan untuk pengeluaran lainnya semisal pembelian kertas, pembayaran listrik, serta pengeluaran-pengeluaran lainnya yang tidak pernah kita duga. Bagaimana menurut rekan-rekan usulan saya? Apakah setuju iuran per orang 1.5 juta?"

Semua yang hadir serempak mengatakan setuju.

Aydin pun melanjutkan berbicara.

"Saya akan membicarakan mengenai komputer sekarang. Na, kamu punya PC nya juga kan?" Aydin bertanya kepada Inna yang dijawab anggukan kepala oleh Inna.

"Karena Inna memiliki satu paket komputer, untuk memudahkan pengambilan dan tentu saja menghemat pengeluaran, sebaiknya kita pinjam komputer milik Inna saja. Bagaimana Na, boleh?"

"Tentu saja boleh Ay." jawab Inna.

"Kalau begitu Ar dan kamu juga Tom bisa tidak sehari sebelum kita berangkat kalian membawanya dan dititipkan di himpunan jurusanmu?"

Keduanya mengangguk tanda bersedia.

"Masalah iuran dan komputer sudah ada kesepakatan, sisanya saya pikir sudah disepakati hanya belum ditetapkan saja."

Tidak berselang lama pertemuan pun selesai. Aydin keluar ruangan dan Winda mendekatinya.

"Maaf ya Ay atas ucapan Winda tadi." kata Winda dengan menyatukan kedua tangannya di dada.

"Iya gak masalah ko Win. Aku duluan ya." ucap Aydin.

Aydin pun melangkah menuju masjid kampus untuk shalat dhuhur sebelum akhirnya pulang ke kostan.

***

Peristiwa Pada Saat KKN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang