Z-I-Y-A-D

52 9 0
                                    

ㅤㅤ  Muhammad Ziyad Al-Fatih. nama yang indah untuk si pemilik wajah dingin itu. hidupnya tak seperti anak-anak sebelumnya yang dilimpahkan kasih sayang kedua orangtua nya.

ㅤㅤ  ayah nya yang memberi nama untuk anak itu telah pergi di usianya yang menginjak 8 tahun. Bunda nya menikah lagi di usianya yang ke-sepuluh, lalu mulai sibuk bekerja.

ㅤㅤ  dengan asisten rumah tangga, Ziyad menjaga adik kembar nya yang berusia 10 tahun, karena bunda dan papa tiri nya sibuk bekerja dan dinas keluar kota.

ㅤㅤ  rumah peninggalan alm ayah Ziyad cukup besar, bahkan keluarga mereka memiliki satpam yang setia membantu menjaga keluarga Ziyad.

ㅤㅤ  "Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel, kala itu umur nya menginjak 19 tahun." Baca Ziyad saat tak sengaja membuntuti Medina ke dalam toko buku.

ㅤㅤ  "huuuft.. kangen ayah... " tak terasa tubuh nya bergetar dan berkeringat, ia menatap buku tersebut, meskipun Medina telah pergi dari toko buku itu, ia tetap malanjutkan aktifitas nya, membeli novel, untuk adik kembarnya yang suka menulis cerita.

ㅤㅤ  "loh, Ziyad? Ziyad anak futsal itu ya?"

ㅤㅤ  ia mengutuk diri nya sendiri, yang lupa kalau kakak seniornya, kak Fariz, masih berada di dalam toko buku tersebut.

ㅤㅤ  "eh, kak... Fariz?" ujar nya kepada kakak kelas yang tinggi nya lebih rendah 5 cm dari diri nya.

ㅤㅤ  kak Fariz menjabat tangan Ziyad yang lebih putih dan kekar dari nya.

ㅤㅤ  "lu ngapain disini?" tanya kak Fariz sambil menatap lekat mata cokelat milik Ziyad.

ㅤㅤ  "adik gue suka novel, jadi gue kesini mau beli novel buat adik gue." ujar nya sambil menaikan kacamata yang jarang ia pakai itu.

ㅤㅤ  "oalah... gue kira lu buntutin Medina hahahahha..."

ㅤㅤ  Ziyad terdiam. awalnya ia hanya ingin membeli novel untuk adiknya, Riana dan Raina, tetapi ia juga membuntuti perempuan yang sampai sekarang masih ia kutuk, Medina.

ㅤㅤ  "hahahahahha, yakali kak, yaudah gue pergi dulu, udah di tunggu adik." sejujurnya Ziyad malas berhadapan sama kakak kelas ini.

ㅤㅤ  "oh oke, sampai ketemu lagi, Assalamu'alaikum." ujar kak Fariz yang di balas oleh Ziyad, lalu pergi menuju kasir.

ㅤㅤ  Ziyad pulang kerumah membawa plastik berisi dua buah novel untuk dua adiknya, ia tak sabar melihat ekspresi kedua adiknya tersebut.

ㅤㅤ  "Assalamu'alaikum Riana, Raina..." Ziyad membuka pintu rumah nya dan melihat seorang wanita yang duduk di sofa.

ㅤㅤ  "Wa'alaikumussalam sayang... eh udah pulang." sambut bunda nya yang baru pulang, ia tau, jika bunda nya pulang siang, pasti bunda nya harus dinas sehingga siang ini pulang untuk membereskan barang-barang.

ㅤㅤ  Ziyad berlalu tanpa mencium tangan bunda nya, bunda nya hanya tersenyum pasrah. "Riana... Raina... " panggil Ziyad seraya menaiki tangga.

ㅤㅤ  "mereka sedang tidur siang... " ujar bunda dari bawah. ia diam saja lalu menaruh plastik berisi novel di engsel pintu kamar Raina Riana.

ㅤㅤ  "Bunda mau dinas kan? aku udah tau." ujar Ziyad, dingin.

ㅤㅤ  bunda menghela nafas sambil tersenyum tipis, "ya, kamu paham kan nak?" kata Bunda dengan tetap menatap anak sulungnya itu.

ㅤㅤ  "Ziyad paham sama Bunda, tapi, Bunda gak paham sama Ziyad. " ujar nya kemudian berlalu memasuki kamar.

ㅤㅤ  bunda mengejar Ziyad yang memasuki kamar, namun pintu kamar Ziyad sudah dikunci oleh Ziyad.

ㅤㅤ  "Bunda mau apa? jangan ganggu Ziyad, Ziyad juga mau tidur siang kayak Riana dan Raina..." ujar nya yang terduduk dikasur, iya sejujurnya menyayangi bunda nya, namun bunda nya lebih mendengarkan sosok pria baru yang masuk dalam kehidupannya, lalu menyuruh nya ikut bekerja, bukan mengurus rumah tangga.

ㅤㅤ  "nak... kamu masih membenci papa mu? atau bunda?" tanya bunda di depan pintu kamarnya.

ㅤㅤ  "Ziyad ngerti bunda, Ziyad sayang bunda, tapi, bunda malah dengerin papa,  bukannya mendidik anak, usia Riana dan Raina udah 10 tahun bun! bentar lagi baaligh, siapa yang ngajarin ia soal baaligh nanti? ilmu agama aja ia belajar ke surau diluar komplek, bunda gak tau kan? ya karena bunda terlalu sibuk!" ujar Ziyad dengan nada yang agak ia tinggikan.

ㅤㅤ  "nak, papa mu menyuruh bunda bekerja juga ada alasannya, papa mu sayang kamu nak, apalagi bunda..." belum sempat bunda nya berbicara sampai selesai, Ziyad memotong lagi.

ㅤㅤ  "dulu bunda pernah berkarier kan? tapi ayah nyuruh bunda berhenti, karena apa? untuk mendidik anak-anak! tapi, sekarang bunda malah langgar perintah ayah! Ziyad tau kok bunda harus nurut sama papa, tapi kalau soal bekerja lagi apa bunda gak bilang ke papa kalau kodrat bunda itu dirumah! bukan di perkantoran!" Ziyad marah, Ziyad bersungut-sungut, ia ingin bundanya mengerti.

ㅤㅤ  "kalau Ziyad mati duluan gimana bun? siapa yang rawat Raina Riana? bi Sumi? bi Sumi doang? sama pak ngatno? iya?".

ㅤㅤ  "Ziyad! jaga bicara mu! siapa yang ngajarin kamu?!" bunda nya geram sekaligus sedih, ia tak tahu harus bagaimana.

ㅤㅤ  "gak ada yang ngajarin Ziyad, bunda aja gak pernah ngajarin Ziyad! udah lah, mending bunda siap-siap aja dinas, daripada emosi ngadepin Ziyad, Ziyad mau tidur!" ujar Ziyad yang tubuh nya kini sudah tertutup selimut.

ㅤㅤ  Bunda terdiam, lalu pergi meninggalkan kamar putra sulungnya itu, entah sampai kapan harus begini, entah sampai kapan semua nya berhenti, entah sampai kapan Ziyad mau mengerti.












.
.
.












oke aplot lagi, btw aku masih bingung cast nya, pake cast gak ya? gausa lah ya? wkwkwkkwkw. dahla, jangan lupa vote yaaa, biar makin semangat ni akuuu 😊❤




.
.
.

ily❤🌷

.
.
.
@najlarahma_

MedinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang