6. So what now?

14 3 0
                                    


Happy reading!

Now playing

****
Online
Yandi

Rindu..........
Rinduuuuuuuu
Ohhhhhh Rinduuuuu
Sayang bebep

Apaan si
Urusin pacar lo kek dari pada ganggu gue
Lagi badmood

Elah masih marah sama gue?

Ga penting marah sama lo

Terus ini apaan?

Kesel:)

Kangen 
Ketemu kuy

Ba cot ya n di je lek

Otw rumah lo

Hujan geblek

Gapapa demi lo

Yandi ko lebay y skrg

Karena cinta

BUCIN NAJISSSSSSS!
Cinta lo kan si ana projen
Ga percaya gue lo bakal kesini

Ofline

Rindu baru ingat jika tadi dia diberi tugas oleh gurunya selama 3 hari kedepan. Dia mengerjakan tugasnya sekaligus hari ini hingga larut malam. Bahkan hingga subuh.

Rindu cukup pintar soal pelajaran, dibantu brainly sesekali jika benar benar tidak mengerti. Setelah memastikan jawabannya dengan jawaban di aplikasi belajar itu sama, Rindu beranjak ke kasur. Tidak lupa men charger hp nya yang dari tadi dipakai sebagai pendamping belajar.

Ia masih tidak bisa menerima kejadian hari ini. Bahkan mencernanya di dalam otak saja sangat sulit dilakukan. Kejadiannya begitu cepat. Sungguh. Rindu masih mencerna dalam dalam apa yang sedang terjadi.

Setelah mengerjakan tugas tugas tadi dia masih belum bisa tertidur. Rindu masih menatap atap plafon kamarnya dengan tatapan kosong. Padahal ini sudah jam 3 dini hari.

Rindu berpikir sejenak lalu mengambil laptopnya. Dia seperti tak asing dengan wajah pria yang bersama ibunya di hotel. Benar saja.

Google

Biodata.
Nama: Arie Wicaksono
Umur: 40 tahun
Sekretaris di salah satu Perusahaan besar di Ambon.

'Umur 40 menjadi sekretaris? Sakit ni orang' batin Rindu. Ada banyak berita menarik tentang Arie Wicaksono ini. Tapi yang paling menarik adalah berita dari banyak situs berita terpercaya mengenai orang ini.

Arie Wicaksono, sekertaris teladan ini kini menjadi DPO(Daftar pencarian orang) karena berhasil membawa kabur uang Perusahaan dan menelantarkan pegawai yang gajinya digantung. Bagi orang yang menemukannya silahkan hubungi: 08213466****

Berita yang mengesankan sekali bukan?. Rindu ingin sekali mengejar pria ini lalu membekuk membawanya ke penjara. Biarkan dia membusuk di penjara. Atau bahkan mati ditembak saat pengejaran oleh polisi. Mati jatuh diatas gedung karena bunuh diri.

Rindu memikirkan cara seperti itu. Rindu bukan psikopat. Dia hanya terlalu kesal dengan keadaan saat ini. Jika ayahnya tau, akan berbeda lagi masalahnya. Mungkin ayahnya akan membawa senapan milik temannya dan menembakkannya langsung tepat di dada Arie brengsek itu. Rindu lebih berharap dia mati rasa. Setelah itu harapan Arie untuk hidup sudah meredup seperti 'mati segan hiduppun tak mau'.

Sejak saat itu untuk menaikkan mood Rindu bukan memakan coklat, melainkan lebih suka membuka fitur YouTube untuk menonton film action dengan pukulan mautnya, film detektif dengan cara cara yang indah untuk sekedar membunuh atau menemukan seseorang.

Bukan lagi vidio gen halilintar yang menunjukkan keharmonisan sebuah keluarga. Sesekali vidio pembelajaran meski jarang.

Rindu masih menjadi anak periang disekolahnya, disukai banyak orang dan prestasi nya meningkat sedikit demi sedikit. Tujuan hidupnya berubah. Dia sudah tidak ingin menjadi Guru. Padahal cita citanya dari tk sudah ingin menjadi guru.

Keadaan merubahnya. Ralat. Ibunya yang merubahnya. Dirumah, jika sedang ada ibunya. Rindu menjadi pendiam dan langsung masuk kamar. Tidak ada yang tahu perselingkuhan ibunya dengan om brengsek satu itu.

Pernah. Sekali, saat semua orang pergi meninggalkan Rindu dan Ibunya di rumah berdua. Raut wajah Rindu berubah sedingin es ketika berbicara dengan ibunya. Itu sangat menyeramkan. Ibunya meminta mereka berbicara berdua dikamar Rindu. Rindu mengiyakannya saja, ingin tahu apa yang mau bundanya bicarakan itu.

"Apa?" Kata Rindu dengan wajah datarnya. "Rindu, dia cuma sahabat ibu. Percaya deh" jawab Bundanya. "Sahabat rangkul rangkulan ya? So sweet banget deh punya sahabat kaya gitu. Yandi aja yang notabene nya sabahat gue ga pernah tuh rangkul gue" Rindi dengan senyum miringnya membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya.

"Intinya. Dia cuma sahabat bunda. Gausah di lebih lebihin. Dia cuma temen curhat." Tegas bundanya. "Ohhh curhatnya di hotel ya? Ati ati tuh, harus pake pengaman. Gue males punya adik lagi" jawab Rindu.

PLAAKKK

Satu tamparan membekas di pipi kanan Rindu. "Dasar anak kurang ajar. Awas aja kalo berani aduin ini ke ayah kamu!" Sarkas bundanya lalu keluar kamar Rindu membanting pintu.

Rindu memegangi pipinya yang memerah berbekas telapak tangan. Sehari setelah kejadian itu, Rindu tidak keluar kamar untuk makan bersama. Dia diam dikamar. Maaf, dugaan kalian salah jika menduga Rindu menangis. Dia hanya sibuk dengan tugas kelompok yang dilimpahkan semua menjadi tanggung jawabnya.

Kejadian tamparannya tidak berpengaruh sama sekali. Walau hatinya sempat terguncang, Rindu masih bisa mengendalikannya. Dia tidak boleh berlarut larut. Kalu dia berlarut dalam masalahnya, dia tidak akan bergerak maju.

Andra, kakaknya. Menjelaskan bahwa kemarin mereka sengaja keluar rumah agar ada ruang bagi Rindu dan Bundanya untuk bicara. Mereka tau gerak gerik Rindu yang selalu menghindar.

Saat Andra bercerita Rindu sengaja berbalik berlawanan arah agar Andra tidak melihat bekas telapak tangan di wajahnya. Tapi Andra menarik bahu Rindu agar mereka berhadapan.

Alhasil Andra melihat bekas telapak tangan di wajah Rindu. "Pipi kamu kenapa de? Merah merah gitu?" Tanya Andra. "Tadi malem, bantalnya kurang ajar ahahaha jadi ada bekasnya gini" jawab Rindu terkekeh.

Andra percaya saja karena memang tidak terlalu terlihat bekas tamparannya. Rindu bersyukur bekasnya sudah tidak nampak.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cabang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang