n

107 8 4
                                    

"Selamat siang."

Jungkook tidak mengacuhkan orang yang masuk ke dalam ruang inapnya, dia masih fokus ke game di ponselnya. Yah, lagipula Jungkook yakin orang itu hanyalah salah satu perawat di sana.

"Oppa sepertinya sudah sembuh, ya?"

Hampir saja Jungkook melempar ponselnya ketika melihat sosok perempuan berkulit pucat tengah berdiri di sampingnya.

"K-Kau—"

"Kau mengagetkanku tahu! Kukira kau itu hantu, Siyeon-ah!"

Siyeon terkikik melihat Jungkook, padahal dirinya tidak bermaksud untuk mengejutkan Jungkook. Salahkan saja lelaki itu yang terlalu fokus pada ponselnya.

Hening kembali, Jungkook masih harus menyelesaikan game yang baru seperempat jalan itu. Siyeon tidak keberatan, lagipula dia memang butuh waktu untuk menyusun kata yang tepat soal berita kematian Wonyoung.

Iya, Siyeon akan membeberkan semuanya.

"Oppa,"

"Hm?" Jungkook menengok sekilas, "Aku mendengarkanmu."

Gadis itu menghela nafasnya pelan, "Beberapa hari yang lalu, ada insiden yang tidak kau ketahui—"

"—insiden yang kulihat dengan mata dan kepalaku sendiri, di sini."

Penekanan kata 'Di sini' olehnya menarik atensi Jungkook. Ayolah, lelaki itu sudah terlalu lama berada di penjara serba putih ini, dia butuh berita dari dunia luar.

"Tapi tunggu—" Siyeon mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan, namun tidak menemukan sosok di benaknya. "—dimana Somi?"

"Somi pulang ke rumah. Katanya akan kembali pukul 1."

Siyeon lega mendengar jawaban Jungkook. Tidak akan ada yang bisa mengganggu rencananya—setidaknya untuk sekarang dan beberapa jam kedepan.

"Oppa, dengarkan aku baik-baik."

"Wonyoung, Jang Wonyoung, kemarin dibunuh."

"Apa?! Bagaimana—" Siyeon menempelkan jari telunjuknya di bibir Jungkook. "Ssht! Dengarkan aku dulu!"

"Dia dibunuh dengan cara yang sama dengan Jieun eonni. Tapi lagi-lagi, si pembunuh berhasil melakukan kejahatan yang sempurna."

"Tidak ada saksi, tidak ada jejak, tidak ada sidik jari. Ini semakin rumit."

Pening menyerang Jungkook, dia tidak bisa berfikir jernih lagi—teror ini perlahan membuatnya menjadi tidak waras.

"Tapi sekarang aku tahu siapa pelakunya, oppa."

"Kau tidak sedang bercanda, kan?" Tanya Jungkook ragu.

Siyeon mengangguk mantap, "Aku serius. Kemarin aku bertemu dengan detektif yang mengurus kasus ini."

"Pelakunya adalah—"


























"Oppa! Aku bawa burger—"

"—Siyeon...?"












Hening. Siyeon langsung membalas tatapan nanar Somi—yang baru datang—dengan raut jengkelnya.

"Oh? Kau sudah kembali, Somi?" Somi mengangguk dan menarik kursi untuk duduk di sebelah Siyeon.

"Tadi kalian sedang mengobrol, bukan? Tidak apa, lanjutkan saja Siyeon-sshi."

Seutas senyum terpampang di wajah Somi, namun Siyeon menangkapnya sebagai sarkasme. Ada sesuatu dari Somi yang membuatnya tersinggung seperti saat ini.

"Tidak usah. Aku akan pulang sekarang."

Siyeon melengos, meninggalkan Jungkook yang terheran-heran karena kedua gadis remaja ini.

"...Aku tidak mengerti jalan pikir perempuan."

-oOo-

Jendela ruangan itu terbuka, membuat semilir angin di penghujung musim gugur menyapa surai kemerahan milik Somi, dirinya memang sedang menikmati pemandangan dari lantai 4 rumah sakit tersebut.

Jungkook baru saja terlelap setelah meminum obat, jadi Somi bisa sedikit bersantai sekarang. Lagipula, dia tidak bisa berhenti memikirkan perkataan Siyeon barusan—dia mendengar semua percakapan Siyeon dan Jungkook tentang kasus ini.

"...Jadi detektif itu mendatangi Siyeon juga?"

Somi menggigit bibir bawahnya gelisah, "Bagaimana bisa Siyeon tahu pembunuhnya? Apakah tuan detektif benar-benar memberitahunya?"






























"Aku harus bergerak cepat."

TBC—

(A/N)

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan🙏🏻
Mohon maaf work ini lambat sekali wkwk🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Sasaeng] × JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang