Bab 3 Prince Of Darkness

1K 75 1
                                    

Gelapnya langit malam memberi suasana mencekam dikala rimbunnya pepohonan hutan yang berjejer rapih menjulang ke langit. Udara dingin yang menusuk kulit serta kabut tebal memenuhi jalanan setapak membuat siapapun yang melihatnya akan langsung merinding dibuatnya.

Tidak ada sedikitpun penerangan, terkecuali cahaya murni dari sang rembulan malam yang hampir tertutup sepunuhnya karena akan segera terjadi gerhana bulan total.

Sekelompok orang yang kini berjalan beriringan itu melangkah dengan langkah cepat dengan satu orang membopong seorang gadis malang di tangannya.

Gadis itu sudah terlihat rapuh dan tidak berdaya. Seluruh tenaganya seakan habis terkuras hingga kedua matanya tertutup rapat dan tidak sadarkan diri.

Entah sebuah keajaiban apa lagi yang akan menghampirinya kali ini. Yang jelas keberadaannya sekarang sangatlah berbahaya. Dimana ia harus dijadikan sebagai tumbal dari generasi keluarganya. Walaupun bukan dia yang seharusnya menjadi tumbal, namun pada kenyataannya saat ini dialah yang akan menjadi korbannya.

Sunyi. Hanya kata itu yang dapat mendominasi tempat ini. Sesekali hanya terdengar suara gesekan dari dedaunan pohon yang tertiupkan angin. Di tambah suara lelah dan takut dari ke-lima orang ini sehingga membuat suasana hutan yang dingin, gelap dan berkabut itu terasa ramai hanya dengan suara deru nafas mereka.

"Ayah! Apa tempatnya masih jauh?" Tanya Keyla memeluk erat tangan kanan Hans.

"Sudah dekat Key, bersabarlah sedikit."

Keyla mengedarkan pandangannya pada hutan gelap di sekelilingnya. Ia bergidik ngeri dengan hembusan angin yang tiba-tiba menyentuh kulitnya.

"Tapi mengapa kita harus berjalan kaki? Kitakan membawa mobil."

"Kita tidak boleh mengganggu ketenangan hutan ini. Atau kita akan memancing keluar banyak makhluk di sini. Sudahlah... bersabarlah sebentar." Bisik Hans dengan langkah semakin dipercepat.

Seketika itu hembusan angin dingin kembali menghantam mereka. Membuat mereka pun spontan menghentikan langkah.

"Tadi itu apa?" Tanya Lisa, perempuan itu sudah terlihat sangat ketakutan dengan Keyla yang terus menggenggam erat tangannya. Bukan karena apa, tapi karena mereka sudah bisa merasakan aura menyeramkan tengah mendekati mereka sekarang.

"Sebaiknya kita cepat Hans. Aku takut akan terjadi sesuatu pada kita." Ujar Robeth.

Kepekaannya terhadap sesuatu memang bisa diandalkan. Mungkin itu juga alasan terbesar mengapa dia sangat dipercaya oleh Hans. Bahkan Hans pun sering tidak mampu membatah segala perintah laki-laki berjanggut itu.

Hans menganggukki saran Robeth. Mereka pun kembali melanjutkan langkahnya.

"Kalian tunggu di sini, ayah akan meletakkan Hanna di sana. Jangan sampai berpisah, mengerti?"

Intruksi Hans diangguki cepat oleh mereka. Kini mereka tetap berdiri berdempetan saling melindungi satu sama lainnya tanpa bergerak sedikitpun dari tepat dimana Hans minta tadi.

"Hati-hati Hans.." Ujar Sonya istrinya, ia menatap gelap suaminya yang kini sudah berjalan menuju sebuah batu besar seukuran ranjang yang berbentuk lonjong runcing dan meletakkan tubuh Hanna di atasnya.

Hans menghela nafas dalam. Mengumpulkan semua keberaniannya dan membuang seluruh ketakutan di hatinya. Kedua manik mata cokelatnya menatap pasti sang rembulan sebelum kemudian ia berteriak.

"Wahai pemilik kegelapan! Aku sudah membawa persembahan untukmu! Tolong terimalah persembahan kami!"

Suara Hans begitu menggema dikala hutan yang sepi senyap. Bahkan disaat itu suara angin berhembuspun tidak lagi terdengar.

The Black MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang