"Tidak, aku harus pergi sekarang. Aku tidak mau menjadi tumbal mereka."
Ternyata firasat tidak enak Hanna sejak tadi pagi memang benar, perubahan ibu tirinya yang seratus delapan puluh derajat itu memang memiliki tujuan tertentu. Bukan hal biasa ketika dia tiba-tiba sebaik itu, ternyata mereka memiliki rencana lain. Yaitu tumbal?
Hanna terlihat shoock ketika tidak sengaja menguping pembicaraan ibu dan ayah tirinya sore tadi. Bahkan disaat seluruh orang di rumah itu menyiksanya, Hanna masih saja mempercayai mereka sebagai keluarga. Harapan Hanna untuk menjadi salah satu dari mereka memang tidak akan pernah terjadi, bukannya kasih sayang yang akan ia dapat melainkan nyawanya yang akan melayang.
Namun tidak dengan kali ini, Hanna merasa sudah muak. Satu-satunya cara agar dia selamat hanyalah pergi dari tempat itu.
Meskipun terbilang terlambat karena seperti yang ia tahu, gerhana bulan pertama sudah muncul. Dan sesuai dengan adat suku di sana, bahwa setiap gerhana bulan tiba maka harus ada satu orang gadis dari setiap generasi kepala keluarga untuk ditumbalkan ke hutan terlarang untuk dipersembahkan kepada pangeran kegelapan yang dipercaya sebagai penjaga sekaligus penguasa hutan terlarang. Dan menurut perhitungan itu, malam ini adalah giliran keluarga Chandrick untuk menumbalkan salah satu anak gadisnya.
Hanna sendiri tidak mengerti dengan tradisi seperti itu, awalnya ia juga menganggapnya sebagai cerita mitos belaka. Namun, akhirnya ia pun harus dihadapkan dengan kenyataan yang bahkan melibatkannya.
Persetan dengan adat suku ini! Yang jelas Hanna harus pergi saat ini juga.
Melihat kesempatan, Hanna berjalan mengendap keluar kamarnya. Karena ia tahu ayah, ibu serta kakak dan adik tirinya tengah berada di ruang depan. Namun sebelum Hanna benar-benar pergi menuju pintu belakang, ia menyempatkan untuk sedikit mendengarkan perbincangan mereka.
"Biarkan dia tidur nyenyak sekarang, tepat jam dua belas nanti baru kita akan membawanya ke tangah hutan." Ucap Hans, pria itu tengah menyesap sebatang rokok bersama Robeth kakaknya.
"Yah, setidaknya dia menikmati tidur terakhirnya malam ini." Sahut Robeth yang juga nampak tengah meminum sebotol bir kecil di tangannya.
"Aku juga tidak sabar melihatnya didandani dan menjadi santapan pangeran kegelapan itu." Timpal
"Wah bu, apa aku boleh melihatnya juga? Aku juga sedikit penasaran dengan pangeran kegelapan itu. Mungkin saja dia tampan kan?" Ucap Keyla yang justru nampak lebih antusias.
"Bicara apa kamu!? Apa kamu ingin mati? Harusnya kamu bersyukur karena ada Hanna yang menggantikan posisimu malam ini. Jika tidak, mungkin kau yang akan mati."
Hanna terbelalak, kenyataan baru itu kembali membuat hatinya sakit. Kenyataan bahwa bukan dia yang seharusnya ditumbalkan malam ini melainkan Keyla kakaknya. Namun mengapa harus dia? Jika memang mereka melindungi Keyla kenapa mereka tidak melakukan hal yang sama untuknya? Selama ini Hanna terus bertanya-tanya mengapa hanya dia yang selalu dibedakan oleh orangtuanya, namun saat ini Hanna yakin bahwa dia bukanlah bagian dari keluarga ini.
"Aku hanya becanda, memangnya ibu tega menumbalkanku?"
"Dasar bodoh! Jika aku tega, sekarang juga aku sudah melemparmu jauh ke hutan!"
"Ish! Bagaimana pun aku anak kandungmu bu, tidak seperti si Hanna jelek itu yang hanya anak buangan."
"Kapan otak bodohmu itu berkembang hah? Justru karena itu kau adalah anakku makanya aku tidak akan membiarkan mu mati sia-sia. Apakau pikir dengan bertemu pangeran kegelapan hidupmu akan berubah huh?"
"Iya iyah, lagipula tidak masalah jika aku tidak melihat pangeran kegelapan, meskipun dia tampan.. tapi siapa juga yang mau padanya. Untung saja Hanna menggantikanku kalau tidak-"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Moon
Manusia Serigala"Akhirnya.. aku menemukanmu Luna." Hanna gadis lugu yang tidak tahu apa-apa mengenai werewolf maupun magic. Namun kehidupannya yang tragis dari keluarga angkatnya, berakhir menjadikannya seorang tumbal bagi generasi keluarga mereka. Namun siapa sang...