Ruangan luas dengan dinding bercatkan hitam dan silver itu menjadi sangat khas dikala kursi kebesarannya berada di tengah-tengah ruangan.
Tiga laki-laki berjubah hitam yang saat ini berada di hadapan Axel belum juga berhenti bicara perihal semua tugas yang mereka dapat telah selesai sesuai dengan perintahnya.
Axel yang hanya terdiam berusaha fokus menyimak apa yang mereka ucapkan walaupun kenyataannya ia tidak bisa fokus sama sekali. Pikirannya terus melayang pada gadis malang yang baru saja pingsan akibat ulahnya tadi.
Walaupun begitu, sebagai seorang Alpha ia tetap harus melakukan tugasnya.
"Bagaimana Alpha? Apa yang harus kami lakukan selanjutnya?" Tanya salah satu pria bertudung hitam itu.
"Kalian sudah bekerja dengan baik. Walaupun semua telah terkendali, namun bukan berarti posisi kita tetap aman. Kaum lain mungkin sedang merencanakan sesuatu untuk memasukki wilayah kita. Aku tidak ingin ada satu pun yang lengah. Tetap perketat perbatasan, dan awasi semua pergerakkan mereka. Dan satu lagi, tangkap semua penghianat itu. Jangan sampai mereka menyebarkan informasi mengenai kaum kita ke wilayah manusia." Tegas Axel yang langsung diangguki semua orang di ruangan itu.
Damien yang sejak tadi berdiri di samping Axel hanya bisa mengangguk segan dengan senyuman tipis di bibirnya. Damien begitu peka, ia sangat tahu bahwa Axel sedang tidak fokus sejak awal pembahasan. Tapi hal inilah yang Damien kagumi dari sosoknya, walau dengan pikiran yang rumit tapi Axel selalu tahu apa yang harus dilakukan.
"Damien, perintahkan Sean untuk menemuiku besok pagi. Aku tidak ingin ada keterlambatan."
Mendengar perintah Axel, Damien segera mengangguk. "Baik alpha."
"Dan kalian bertiga." Axel beranjak dari duduknya. Ia lalu memberikan lembaran kertas pada salah satu dari mereka. "Ini data orang-orang yang harus kalian awasi, laporkan apapun hal yang menurut kalian mencurigakan. Dan ingat, mereka bukan manusia biasa. Jadi berhati-hatilah dalam bertindak."
"Baik alpha." Serentak ketiga laki-laki itu yang kemudian melesat hilang dari ruangan.
Kini hanya menyisakan dua orang saja, yang tak lain adalah Axel dan Damien.
"Kau tahu aku sedang tidak fokus bukan?" Ucap Axel tiba-tiba.
"Aku mengerti situasimu saat ini Alpha. Lagi pula aku tahu kau bisa menanganinya," ujar Damien. Namun hal itu justru membuat Axel terasa semakin terbebani. Dari sorot matanya terpancar berbagai kegelisahan.
"Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu Damien."
Axel bangkit dari duduknya.
"Ada apa Alpha? Apa ada masalah lagi?"
"Tidak. Hanya saja ini mengenai Lunaku."
Damien mengernyitkan dahinya. "Memangnya ada apa dengan Luna?"
Axel menghela nafasnya dalam. Setelah dipikir-pikir Damien memang orang yang tepat untuk bisa ia andalkan.
"Kau tahu kan Luna hanya manusia biasa?"
Damien mengernyitkan dahinya.
"Aku hanya khawatir, karena ada beberapa pihak yang tidak akan menerimanya di sini." Ujar Axel, jelas penuh kekhawatiran.
"Aku mengerti maksudmu Alpha. Tapi kita tidak bisa melawan kehendak Moongodness, kau memang sudah ditakdirkan dengannya. Lagipula tidak ada yang bisa menentang keputusanmu."
Axel mengangguk anggukan kepalanya. "Aku tidak mempermasalahkan hal itu, hanya saja... ini akan menjadi ancaman juga bagi Lunaku."
Lagi-lagi Damien mengerutkan keningnya menatap Axel.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Moon
Lupi mannari"Akhirnya.. aku menemukanmu Luna." Hanna gadis lugu yang tidak tahu apa-apa mengenai werewolf maupun magic. Namun kehidupannya yang tragis dari keluarga angkatnya, berakhir menjadikannya seorang tumbal bagi generasi keluarga mereka. Namun siapa sang...